Kita Tak Bisa Lebih Lama Lagi

76 13 3
                                    

Segala apa yang kau pikirkan adalah segala hal yang membuatku tak ingin lagi menetap untuk waktu yang lebih lama. Kurasa kau harus tahu hal tersebut dari awal cerita ini.

Dengan segala kelapangan dada, aku menerima apa yang kau tuduhkan. Itu wajar. Kuanggap sebagai caramu untuk menyelamatkan kita yang memang sudah tak lagi bisa dipaksakan untuk tetap bersama. Namun aku pun tetap bersikeras dengan kejujuranku, dengan apa yang kurasa, kepadamu aku tak lagi merasa kita sebagai sesuatu yang istimewa.

Keteguhan perasaanmu itu kuhargai, tetapi ini bukan soal siapa yang paling ingin bertahan. Untuk apa bertahan jika sudah tak kudapati lagi kebahagiaan?

Cobalah untuk merelakan. Aku meminta perpisahan ini dengan penuh kerendahan hati. Agar tak ada dendam sepeninggal kisah kita yang berakhir secepat ini dan harus seperti ini. Ketahuilah, aku sama sekali tak menyembunyikan apa pun darimu; tak ada orang ketiga atau keempat di antara kita. Ini murni karena aku yang sudah tak nyaman denganmu.

Kumohon jangan tanyakan apa alasannya, sebab tak ada alasan untuk itu. Seperti saat kita pertama saling menasbihkan diri sebagai sepasang, saat itu aku pun tak memiliki alasan untuk bisa menerimamu. Kala itu, kau seolah menjelma anugerah dari
tuhan. Itu saja.

Harapku kepadamu, jangan pernah menyesali keputusan ini. Semua sudah seperti seharusnya. Takdir tak mampu dilawan, perpisahan ini adalah jawaban.

Jika kau masih berkutat dengan segala kebingungan, maka kuberitahu satu hal, coba pikirkan tentang aku pada saat jiwamu berselimut ketenangan. Niscaya segala tanya akan terjawab dengan sendirinya, serta segala bimbang akan patah dalam hening renungan.

Termasuk perihal perubahan sikapku belakangan ini? Ya, aku mengakui. Kau benar aku perlahan sedang menjauhimu. Mencoba membuatmu merasa tak nyaman agar aku bisa lepas darimu dengan mudah. Aku tak bisa melepasmu begitu saja, kau terlalu baik untuk kusakiti, sebenarnya. Aku sadar hal itu.

Maka dari itu, sebelum kau menyadari perubahanku, aku sudah melalui banyak malam dan bergelut dengan bengisnya kebimbangan. Akhirnya kuputuskan untuk lepas saja, meski awalnya semua sulit dilakukan.

Namun, siapa yang bisa menang melawan rasa bosan? Tak ada. Juga tak ada satu pun yang sudi hidup dirundung kebosanan, termasuk aku. Aku bahkan pernah hampir mati ditikamnya dan kehadiranmu tak membantu sama sekali. Oh, sungguh. Aku tak menyalahkanmu soal itu.

Aku hanya ingin sedikit menyadarkanmu. Setitik ingin memberi pencerahan untukmu. Bahwa pertemuan adalah perpisahan yang tertunda. Kau tak bisa disalahkan, aku pun enggan. Semua sudah semestinya terjadi.

Perihal mungkin hatimu yang terluka oleh sebab semua ini, aku meminta maaf. Tetapi aku jauh lebih besar harus meminta maaf kepadamu karena tak bisa melanjutkan perjalanan kita, tak bisa mewujudkan beberapa mimpi yang sudah kita rencanakan berdua.

Hiduplah lebih baik setelah ini. Hentikan perdebatan di hati dan kepalamu. Aku harus berjalan sendiri dan kau kuminta untuk menerimanya. Jika kau berpikir aku egois, maka aku tak peduli. Mungkin setelah ini, aku tak akan menggubris apa pun penilaianmu tentang diriku; tentang cara berpakaianku, tentang selera makanku, tentang berat badanku, atau bahkan tentang keputusanku.

Saatnya kini kau dan aku mengarungi perjalanan yang tersisa dengan perahu yang berbeda, pada jalan yang berbeda pula. Setinggi dan seganas apa pun ombak serta badai yang menerjang, hadapilah. Bukan lagi waktunya kau mengharapkan kehadiranku lagi. Di depan sana samudera terbentang luas, silakan tuju ke mana pun kau mau. Jika lelah, carilah daratan untuk sekadar bersandar. Atau jika kau temukan seseorang yang menurutmu jauh lebih baik daripada aku, maka hiduplah bersamanya. Tak mengapa meskipun tanpa sepengetahuanku.

Sebab mungkin di sana pun, di suatu tempat, kelak akan kutemui seseorang yang bisa melengkapi tingginya keinginanku. Menemani perjalananku. Menyinari kegelapan hatiku. Saat itu kita sudah bahagia dengan apa yang sedang kita miliki.

Kini kumohon, ikhlaskan aku. Relakan kepergianku. Pahami keinginanku. Itu tentu akan membuatku merasa bahagia. Kebahagiaan yang sudah lama tak lagi kutemui di dalam dirimu.

Aku harap kita tetap seperti ini, seperti inginku.

Kita sudahi sampai di sini, ya?


_____________________________________
© uupadilah (2020)

DIALOGIKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang