17. mas?

27.1K 1.5K 38
                                    

Keheningan malam membuat hawa dingin semakin terasa bagi seorang istri yang sedang menunggu suaminya pulang itu.

Nai menatap ke arah pintu rumahnya yang tidak kunjung terbuka, deru suara mesin mobil yang iya tunggu tidak kunjung terdengar.

Jam sebelas malam, tidak pernah Kenan pulang semalam ini. Selama berbulan-bulan Nai tinggal bersama dengan Kenan ini adalah pertama kalinya Kenan pulang larut malam, bahkan hampir tengah malam.

Nai Manarik nafasnya dengan panjang, berusaha membuang pikiran-pikiran negatif di kepalanya.

Entah mengapa ada rasa sesak yang tiba-tiba muncul di hatinya. Dua minggu lebih sikap Kenan terasa aneh setelah ia memergoki log panggilan tidak terjawab di handphonenya.

Dua minggu lagi adalah ulang tahun kembar yang pertama, Nai teringat ucapan Kenan bahwa setiap detik pertumbuhan kembar ia tidak pernah mau melewatkannya.

Hari ini kembar berhasil berjalan sendiri walau dengan tertatih, ia inisiatif merekam sore tadi saat kembar berhasil berjalan, agar suaminya bisa melihat pertumbuhan kembar. Semua anggota Atmaja menyaksikan saat sore kembar berhasil berjalan sendiri. Hanya suaminya yang tidak melihat secara langsung, suaminya bahkan tidak bisa di hubungin dari sore.

"Please, jangan overtingking Nai," gumam Nai sambil merebahkan tubuhnya di sofa, terlalu banyak pikiran yang berkecamuk di kepalanya membuat ia mengantuk, hingga tidak sadar ia terlelap di sofa tersebut.

Nyonya Atmaja berjalan menghampir Nai dengan tenang, ia telah memperhatikan hubungan rumah tangga anaknya selama dua Minggu ini, tapi kembali lagi ia tidak bisa banyak ikut campur pada rumah tangga anaknya.

Dengan senyum keibuannya nyonya Atmaja mengelus, rambut panjang Nai.

"kuat ya nak," gumam nyonya Atmaja. Ia menatap ke arah pintu depan rumahnya saat mendengar suara deru mesin mobil, tidak lama dari itu iya mendengar suara pintu terbuka.

"Assalamualaikum," salam lirih Kenan saat melihat istrinya yang tertidur dengan bundanya yang terduduk di samping istrinya.

Kenan dengan jas tersampir di tangannya, kemeja acak-acakan dengan lengan yang di gulung sampai siku, dasi tidak terpakai dengan benar. Membuat tatapan nyonya Atmaja semakin tajam.

"Bun," panggil Kenan berbisik ia mencium tangan ibundanya.

"Selesaikan dengan baik-baik mas. Bunda tidak mau dengar kabar buruk apapun!" peringat nyonya Atmaja sambil meninggalkan pasangan suami istri tersebut.

Kenan memperhatikan punggung bundanya yang menghilang di balik tembok kamar utama. Pandangan nya teralihkan ke istrinya yang terlelap di sofa, ia duduk bertumpu di bawah sofa, menatap wajah istrinya yang belakangan ini jarang sekali bersemu memerah.

"Maaf, maafin mas sayang," bisik Kenan tepat di telinga istrinya. Ia menyelipkan tangan di ceruk leher dan ceruk lutut istrinya. Menggendongnya dan mulai menaiki tangga.

Kenan berhenti di tengah tangga, ia menghela nafasnya dengan berat.

"Maaf," gumam Kenan sambil mengecup kening istrinya.

Tanpa Kenan tahu, Nai mendengarkan permohonan maaf itu, bahkan ia merasakan pipinya basah saat Kenan mengecup keningnya.

Ada apa mas? Tolong jelaskan, batin Nai berteriak.

Nai merasakan perutnya terasa sakit, kram perut seperti ini telah Nai rasakan belakangan ini. Nai memeluk perutnya sendiri hingga ia terlelap dengan merasakan dekapanya dari belakang.

***




Kenan menyesuaikan penglihatanya dengan cahaya yang masuk ke dalam matanya. Meraba kasur sampingnya yang terasa kosong.

"Sayang?"panggil Kenan sambil mendudukkan tubuhnya di kasur. Kenan mendengar suara gemercik air dari dalam kamar mandi kamarnya.

Kenan menyingkap selimut yang menutupi tubuhnya, Kenan berjalan ke arah lemari yang berada di samping pintu balkon kamarnya. Ia mengambil salah satu kaos dengan acak, ia terbiasa tidur dengan bertelanjang dada, membuka pintu balkon kamarnya, lalu Kenan memakai kaos tersebut.

Menghirup aroma pagi yang khas dengan embun pagi, menenangkan pikirannya yang banyak sekali berkecamuk belakangan ini.

Ia mendengar keran air di matikan berlanjut dengan suara pintu kamar mandi terbuka. Kenan menarik nafasnya dengan panjang sebelum membalikan badanya.

"Pagi sayang," sapa Kenan pada istrinya yang  baru saja selesai mandi. Bahkan ia masih memakai handuk untuk membalut tubuh polosnya.

"Pagi," sapa Nai dengan senyum tipisnya, ia berjalan ke arah lemari di samping tubuh Kenan. Lalu berbalik ke arah kamar mandi untuk kembali memakai baju.

"Nai," panggil Kenan. Yang di balas deheman Nai lalu Nai kembali melanjutkan jalanya.

"Dengerin mas, please," ucap Kenan sambil memeluk Nai dari belakang.

Nai membalikan wajahnya dengan wajah datar. Perut nya kembali terasa kram, Nai menutupinya berusaha untuk biasa saja.

"Apa yang bisa Nai dengerin mas? Mas tidak bicara apapun kan?" Ujar Nai datar sambil melepaskan pelukan Kenan pada tubuhnya.

"Maaf," lirih Kenan sambil menggenggam tangan Nai.

"Apa mas! Kenapa mas minta maaf?!! Jelasin mas!" teriak Nai kalut, hancur sudah pertahanan yang Nai buat belakangan ini.

"Nai mohon mas, jelasin!!"

"Nai kaya orang bodoh mas, Nai engga tahu apa-apa!! Jelasin mas!!"

"Nai mohon!!" Teriakan Nai bersamaan dengan sesuatu terasa mengalir di pangkal pahanya. Perutnya terasa di peras, di putar, sakit sangat menyakitkan.

"Mas?"  lirih Nai, kepalanya terasa berputar, kepalanya terasa sangat berat, Nai mendengar suara suaminya yang berdengung dengan cepat, dan yang terakhir ia lihat adalah gelap yang begitu pekat di sambut dengan dekapan hangat seseorang.

***










kembali lagi dengan embunsenja.

Maaf baru update hehe.

Saya Izin jarang update di karenakan sibuk dengan kegiatan pendidikan di dunia nyata.

Hayoo tebak Nai kenapa?

Trus Kenan ini kenapa sebenarnya?

Follow,Vote, dan Komen-komen lucu kalian memperbaiki mood saya untuk menulis:)

Tertanda
Embunsenja6
Sabtu, 22 Agustus 2020
Indonesia

second mother [COMPLETED]Where stories live. Discover now