Bismillah Ta'aruf

23 4 0
                                    

Aku akhirnya memutuskan untuk menerima ajakan ta'aruf Mas Adrian setelah mengambil waktu tiga hari untuk berpikir. Sebenarnya aku tidak begitu mengerti soal ta'aruf secara syari'at. Yang aku tau, ta'aruf adalah jalan yang di sunnahkan untuk dilakukan sebelum pernikahan. Banyak orang bilang ta'aruf itu sama saja dengan pacaran, tapi kurasa tidak. Aku bisa merasakan perbedaanya karena aku pernah berpacaran jadi jelas saja aku paham perbedaan ta'aruf dan pacaran. Dulu, waktu berpacaran dengan Arkan aku tidak peduli soal waktu dan tempatku jalan bersama Arkan.  Kemanapun asal berdua bersamanya pasti ku jalani, tapi tidak pada hubungan ta'aruf yang kujalani saat ini. Komunikasi yang kulakukan pun sebatasnya saja. Saat keluar bersama Mas Adrian pun aku di temani kakak kandungku Zulfikar.

Aku akan menjalani ta'aruf bersama Mas Adrian sekitar sepuluh hari kedepan. Sebenarnya tidak ada aturan waktu khusus mengenai berapa lama kita harus berta'aruf. Aku dan Mas Adrian hanya memutuskan untuk menjalani tahap perkenalan dalam kurun waktu sepuluh hari saja. Sekarang adalah hari kedua aku dan Mas Adrian menjalani ta'aruf. Kemarin Mas Adrian datang kerumah untuk pertama kalinya menemui Papi, Mami, dan kakakku. Dia datang untuk meminta izin berta'aruf denganku. Semuanya setuju dengan niat baik Mas Rian, begitu kini aku menyapanya.

Hari kedua... (Tukar Biodata)

Hari ini Ayumi akan datang membawa biodata Mas Rian dan akan mengambil biodata yang sudah kutulis untuk diberikan pada Mas Rian. Kekagumanku pada Mas Rian kini muncul sedikit demi sedikit. Sebenarnya dia bisa menanyakan semua tentangku padaku dengan jalan kita bertemu, tapi dia tidak meminta itu. Dia lebih memilih jalan tukar biodata ini. Namun walaupun aku sudah mulai mengaguminya, tetap saja aku masih meminta Allah memberiku petunjuk.

  "Dek, kamu udah yakin mau ta'aruf sama laki-laki yang baru kamu kenal sehari doang?,"  Kak Fikar menyentuh pelan pundaku.

   "Kakak, sudah sejak kapan kakak disini?" aku tidak menjawab pertanyaannya malah kembali bertanya.

   "Sejak kamu mulai memikirkan pria itu."

   "Kak, apa salah yah aku menerima ajakan ta'aruf Mas Rian?"

   "Gak ada yang salah dek, hanya saja apakah kamu sudah benar-benar melupakan masa lalu diantara kamu dan Arkan?"

Pertanyaan kakaku membawaku kembali pada enam tahun yang lalu. Saat semua baru saja kumulai dan kujalani dengan Arkan.

  "Kak, aku sudah mengubur kenangan kami dan aku tidak ingin lagi terjebak dengan masa laluku bersamanya yang haram bagiku kak."

   "Kakak hanya bisa berharap kamu mendapatkan laki-laki terbaik untukmu dan agamamu dek."

   "Terimakasih sudah menjadi pria kedua setelah papi yang menyayangiku dengan sangat tulus. Aku berharap kelak jodohku yang adalah suamiku akan menyayangiku seperti kalian menyayangiku."

   "Tuan putri kakak ini memang harusnya mendapatkan putra mahkota yang entah dari kerajaan mana."

    "Asal jangan kerajaan dongeng yah kak."

Aku dan kak Fikar terkekeh bersama dengan gurauan kami.

     "Zuya, Fikar. Ayumi ada di bawah nak,"

Aku menjawab suara mami dan memakai cadarku berjalan bersama kak Fikar menemui Ayumi yang sudah duduk di ruang tamu rumahku. Aku bukan tidak tau alasannya datang kemari. Dia datang dengan membawa biodata milik Mas Rian.

  "Ayumi,"  aku memeluk singkat Ayumi dan duduk di sampingnya. Ayumi menangkupkan tangannya pada kak Fikar singkat.

"Ini Zu, beberapa lembar proposal diri milik Mas Rian. Kamu baca yah Zu, semoga setelah bertukar data diri seperti ini kamu dan Mas Rian bisa lebih mengenal satu sama lain."

Skenario Maha CintaOn viuen les histories. Descobreix ara