21. Sekejap

185 26 20
                                    

Jangan jadi silent reader
Vote dan komen ❤️

Happy reading








"Papi, mau kemana papi?" Tanya ku mendapati pria itu melangkahkan pergi meninggalkan rumah

"Kamu harus tau saya mau kemana?"

Helaan nafas ku terasa berat sekali

Pria itu terus melangkahkan kakinya keluar lalu menancap gas mobil dan berlalu meninggalkan halaman rumah.

"Mang itu papi mau kemana, kok tergesa-gesa gitu"

"Katanya mau nemenin nyonya Enjel sidang neng." Balas mang Ujang

"Menurut mang Ujang gimana, Tante Enjel itu bersalah atau tidak?"

"Hem, ngga tau pasti deh neng. Dari kabar-kabar yang mamang denger katanya nyonya Enjel cuma di fitnah karna terlalu banyak persaingan bisnis."

"Jadi... sudahlah kayaknya papi masih mempercayai dia." Gumam ku lesu

"Kelihatannya gitu neng, tuan sampai kayak gini belain dia."

"Rasanya baru kemarin Rindu senang dan sekarang harus jatuh lagi menerima kenyataan, kayaknya pernikahan mereka pasti terjadi."

"Sabar neng." Ucap mang Ujang seraya mengelus rambut ku

"Iya mang." Jawab ku seraya tersenyum hambar berlalu meninggalkan mang Ujang, melangkah ke kamar sekedar mengambil jaket dan melangkah lagi keluar rumah.

"Eh mau kemana neng." Tanya mang Ujang yang masih berada diposisi tadi

"Ke teman mang, Rindu kangen mami." Tutur ku, selain ke kuburan, toko buku, taman juga merupakan salah satu tempat. Tempat yang membuatku sekedar melepas rindu disaat ini aku ingin sekali memeluk nya

"Hati-hati ya neng, jangan terlalu malam pulangnya nanti tuan liat, neng Rindu bisa kena matah"

"Iya mang tenang aja, Rindu pamit duku assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

_

Taman tak terlalu sepi, masih banyak orang yang berada disini

Penjual pun masih setia menjajakan dagangannya di taman ini. "Jagung bakar?" Gumam ku melihat seorang pedagang jagung bakar.

Aku pun melangkahkan kaki ku kesana dan membeli jagung tersebut. "Ini jangung nya neng."

"Makasih pak." Balas ku dan memberi uang pada penjual itu.

Jangung ini hambar, entah lidah ku yang tak berselera atau jagung mmeeng kurang, entahlah

Benak ku seka terlintas lagi kenangan dulu, aku sering disini bersama mami dan papi sekedar melihat bintang dan bulan dimalam hari, aku rindu saat-saat dulu saat mereka masih ada disini ku

Tak terasa satu tetes air jatuh dari mataku, semesta tak adil. Kenapa hanya sekejap saja aku diberikan kebahagiaan, seharusnya papi tak perlu perduli dengan dia. Seharusnya papi tak ada niat menikah lagi seharusnya disisi papi hanya ada mami, mami Loventi

Kenapa semiris ini?

"Semesta kejam sekali, seharusnya mami tidak pergi. Seharusnya mami masih ada disini."

"Kalau bener-bener sedih nangis aja ngga usah ditahan."

"Rey?"

"Hemm." Rey tersenyum seketika mencondongkan kepalanya kearah ku. "Jahan sedih kayak gini."

Memeluk Rindu [TAMAT] [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang