20. HARI KEEMPAT (2)

719 33 2
                                    

"Kelvin, lo mau apa?" Gumam Chelsea ketakutan. Sementara Kelvin didepannya menyeringai penuh arti.

"Coba tebak," ujar Kelvin sambil berjalan mendekati Chelsea. "Apa? Lo jangan coba macam-macam!" Ancam Chelsea sambil memundurkan diri menjauh dari Kelvin.

"Kenapa gue nggak boleh? Lo kan udah jadi pacar gue," dengan sigap tangan Chelsea dicengkram kuat oleh Kelvin meninggalkan rasa sakit yang teramat. "Aww Vin sakit! Lepasin!" Teriak Chelsea terus mengaduh, namun tak dihiraukan Kelvin. Ia hanya menatap tajam gadis didepannya, entah panggilan gadis akan berubah setelah ini atau tidak.

"Lo tau! Gara gara dosen itu! Gue sampai dibentak bentak sama keluarga gue!" Bentak Kelvin yang membuat Chelsea mengernyit tajam. "Apa hubungannya sama gue?!"

"Lo kan! Yang nyuruh tuh dosen supaya ke rumah gue! Supaya ngapus itu postingan! Lo tau! Gue kena marah sama Bokap Nyokap!"

"Itu karena emang lo yang salah!" Dengan kekuatan yang ada, Chelsea berhasil menghempaskan cengkraman tangan Kelvin. Sakit sangat terasa di pergelangan tangannya. Tidak ada waktu untuknya menangis, ia harus pergi dari ruangan ini.

Kelvin menyeringai menatap tangannya yang digunakan untuk mencengkram terlepas. "Kenapa mesti gue yang salah huh?" Dengan lembut Kelvin bertanya sambil mendekat ke arah Chelsea lagi.

Hal itu sontak membuat Chelsea merinding. Napasnya terasa berat, dan mencoba untuk menghirup udara banyak banyak. Keringat mencucur dari dahi ke pipinya lalu terjatuh ke lantai.

Kelvin semakin dekat, begitu pula dengan dinding dibelakang Chelsea. Tidak ada jalan lainnya, akankah ia tamat sekarang.

"Awal permasalahan ini dari lo! Kalau aja lo nggak buat itu postingan, hal ini nggak akan terjadi!"

Brak...

Posisi Chelsea sekarang terhalang oleh kedua tangan Kelvin yang menapak di dinding samping Chelsea, ya Chelsea terpojokkan,

"Awal masalah ini ada saat lo nolak cinta gue!" Ujar Kelvin penuh penekanan dengan tatapan intens yang sedari tadi tak luput dari gadis didepannya. Nyali Chelsea seketika menciut. Ia hanya menutup rapat rapat matanya saat wajah nya dengan Kelvin mulai berdekatan.

Tok tok tok tok tok...

Sedetik lagi mereka akan berciuman sebelum suara gedoran pintu menginterupsi. "Vin! Bukaa! Ini gue Rea!" Chelsea menghela napasnya dalam. Untungnya kejadian tak lazim tadi terhentikan. Jika Kelvin meneruskan aksinya, Chelsea rasa hal yang tidak diinginkan akan terjadi, berbeda halnya jika dosennya yang melakukan. Chelsea tahu, Fahren selalu menjaga batas saat berada didekatnya. Ia merindukan pria itu.

"Bang***, dasar pel****," Umpat Kelvin sambil berjalan kearah pintu lalu membukanya. Chelsea sedikit terkejut, Kelvin yang biasanya berperilaku manis kini berkata kata kasar didepannya.

"Kenapa?" Tanya Kelvin saat mendapati Rea dengan senyum manisnya yang meninggalkan kesan jijik didiri Kelvin. "Gue mau ngehentiin hal yang akan lo lakuin. Gue udah jalani yang lo mau, sekarang biarin Chelsea pergi." Bisik Rea dengan senyuman menyeringai terhias dibibirnya.

"Ck, sana bawa dia," ujar Kelvin lalu meninggalkan Rea keluar villa. Sementara itu Rea dengan cepat menghampiri Chelsea yang termenung. "Chelsea....!!! Lo nggak apa apa kan??" Tanya Rea khawatir. Isakan tiba tiba keluar dari mulut Chelsea. "Hiks Rea gue takut hiks," dengan cepat Chelsea memeluk Rea didepannya, sementara Rea mengelus elus punggung Chelsea dengan tujuan menenangkan. "Udah gapapa. Kita pulang sekarang," ajak Rea yang diangguki Chelsea.

"Maafin gue ya Chel, seharusnya gue gak ngajak lo kesana dan berakhir seperti ini. Gue nyesel banget," kata Rea dengan sedikit penyesalan didalamnya. Mereka sudah berada. Didalam mobil sekarang, hanya mereka berdua disana meninggalkan dua temannya yang lain. Yang dirasa sudah pulang karena jam sudah menunjukkan pukul 00:59 AM.

"Iya, nggak apa apa kok. Makasih udah nyelamatin gue ya," ujar Chelsea sambil tersenyum.

Selang beberapa menit, mereka sudah sampai di rumah Chelsea yang sepi. "Kok sepi Chel, Tante Atri sama Bang Andra mana?" Tanya Rea sambil mengamati halaman rumah Chelsea yang terasa seperti sudah beberapa hari ini belum ditempati. "Bunda sama Abang lagi ke jepang, dah ya Rea. Gue duluan," pamit Chelsea. Lalu segera masuk menuju rumahnya. Sementara itu Rea melajukan mobilnya meninggalkan komplek perumahan Chelsea.

"Dari mana saja, saya cariin kamu," satu suara menginterupsi Chelsea yang hendak pergi menuju kamarnya. Suara nya tepat di sofa ruang tamu. Seseorang pria duduk disana.

Pria itu berdiri, kemudian mendekati Chelsea. "Kemana saja?" Tanya nya lagi. Chelsea hanya menunduk, takut menatap mata tajam yang menatapnya intens.

"Saya baru saja dariㅡ,"

"Klub? Hotel? Cafe malam?" Potong pria itu. "Bau kamu, bukan berasal dari parfum yang biasa kamu pakai," Chelsea hanya menunduk. Menahan isakannya lagi, hari ini sungguh berat untuknya.

"Kita pulang ke apart," ajaknya sambil menggandeng tangan Chelsea. Gadis itu tak berbicara sepatah kata pun.

Mereka sampai di apartemen yang Fahren tempati. Fahren melirik pada gadis disampingnya, Chelsea tertidur sangat pulas akibat kelelahan. Rambut yang berantakan, muka yang kusam akibat campuran antara keringat dan air mata.

Fahren merasa terenyuh melihatnya. Ia merasa gagal menjaga gadis itu. Pria itu keluar dari mobilnya dan beralih ke sisi mobilnya yang lain. Ia menggendong Chelsea ala bridal style. Lalu mengajaknya memasuki gedung apartemen tersebut.

"Gimana keadaan Chelsea?" Tanya seseorang saat pintu apartemen milik Fahren terbuka dan menampilkan sang empunya ruangan beserta gadis di gendongnya.

"Baik. Terima kasih telah memberitahu saya," ujar Fahren, "Kalau begitu kami berdua pergi dulu," ujar yang lainnya kemudian meninggalkan Fahren dan Chelsea di apartemen itu.

Hari ini hari yang sangat melelahkan. Fahren harap hal yang ia rencanakan dapat berhasil nantinya.

"Kamu selalu membuat saya gila," gumam Fahren sambil memandang gadis ciptaan Tuhan di gendongannya.

###
Tbc🍈

Happy eps ke 20 yeayyy:v

Mr. Cold [END]Where stories live. Discover now