Run away

507 74 22
                                    

"Everything you want is a dream away."

--Advanture of Lifetime, Coldplay.


***

Seumur hidupnya, Sinbi hanya menginginkan kebebasan yang mutlak tanpa adanya keterikatan dengan pihak manapun. Tapi mau seberapapun keinginannya itu, Sinbi sadar sampai kapanpun takdirnya hanyalah seorang budak yang bahkan derajatnya lebih rendah dari binatang peliharaan para bangsawan. Selama ini ia harus hidup dari rumah bordir satu ke rumah bordir lainnya berpindah-pindah tangan dari satu Tuan ke Tuan lainnya diperjual beli-kan selayaknya barang. Dimana orang tuanya? Mengapa ia harus hidup setragis ini? Sinbi tidak tahu, dimanapun mereka saat ini pun Sinbi juga tidak mau tahu karena selama 18 tahun hidupnya, Sinbi tidak pernah bertemu dengan mereka sekalipun bahkan tak ada ingatan apapun mengenai mereka.

Menyedihkan sekali bukan? Harus bertahan hidup dengan terus bekerja seharian tanpa upah dan hidup dengan nyaman. Lelah sudah tak tergambarkan di dalam benaknya karena jika ia berhenti ataupun berusaha melarikan diri, ia tidak akan bernafas lagi keesokan paginya. Hukum di kerajaan ini memang sangat kejam, budak diperlakukan tanpa belas kasihan. Tak ada yang boleh melawan ataupun menentang jika tidak mau nyawa sebagai taruhan. Kadang Sinbi merasa kasihan dengan budak lainnya yang bernasib tragis, tapi disini Sinbi juga sadar jika ia akan bernasib sama seperti mereka jika dirinya tidak pandai-pandai dalam menjalani hidup.

Dan pada akhirnya Sinbi pasrah, tidak apa bekerja seharian tanpa lelah asal ia masih bisa hidup dan bernafas. Tiba-tiba lamunannya pun buyar, ketika rumah bordir yang ditinggalinya ternyata dilanda kebakaran sehingga membuat para budak dipaksa keluar untuk membantu memadamkan api yang terus mengobar hampir menghabiskan sebagian bangunan.

"Cepat padamkan apinya!" teriak seorang penjaga berkepala pelontos kepada para budak.

Sinbi bergegas mengambil air dari sungai yang letaknya tak jauh dari rumah bordirnya berada dengan menggunakan ember, namun secara mengejutkan tiba-tiba lengannya ditarik oleh seseorang hingga masuk ke dalam semak-semak. Ia pun berniat memberontak untuk meminta tolong namun ketika mengetahui siapa orang itu Sinbi berdecak kesal.

"Bangchan, kau mengagetkanku. Apa yang kau lakukan? Kita harus bergegas untuk memadamkan apinya!" ucap Sinbi memberitahu dan akan pergi dari sana namun lagi-lagi lengannya ditarik oleh pria itu.

"Bang--"

"Ssst! Sinbi, ini kesempatan kita untuk melarikan diri!" bisik Bangchan tepat ditelinganya.

Lantas hal itu membuat Sinbi mematung. Melarikan diri? Hal itu sama sekali tidak terpikirkan olehnya sejak tadi. Apakah ini kesempatannya untuk bebas?

"Tidak, Bangchan. Aku masih mau tetap hidup!" tegas Sinbi. Mungkin Bangchan benar, ia bisa melarikan diri sekarang dalam keadaan seperti ini, tapi kemungkinan hidupnya untuk bisa bertahan pun hanyalah 15%. Daripada mengambil resiko yang lebih buruk, Sinbi memilih bertahan disini.

"Sinbi, pikirkan lagi semua ini. Rumah bordir itu sudah hangus terbakar, kau pikir Tuan Reynold akan tetap memikirkan kita?!"

Sinbi menoleh ke arah Bangchan kembali, pria itu pun menjelaskan lagi.

"Kita bisa memulai hidup di Kerajaan Desia. Aku tahu jalan yang aman menuju Kerajaan itu tanpa diketahui penjaga perbatasan."

Kerajaan Desia? Tujuan utama para budak yang berhasil melarikan diri. Sinbi sempat mendengarnya beberapa kali mengenai rumor ada beberapa budak yang berhasil hidup nyaman di kerajaan itu. Tawaran Bangchan sangat menggiurkan, apakah pada akhirnya ia bisa bebas dan hidup dengan tenang disana?

The Duke of GloucesterWhere stories live. Discover now