16| Simulasi Terkena Serangan Jantung

77 10 1
                                    

Entah Sinbi harus merasa senang atau terberkati, pasalnya sejak kecelakaan dari berpacu kuda kemarin, Raja Seonghwa selalu berada disisinya dan menemaninya. Tentu saja hal ini berada diluar dugaannya, padahal pria itu baru saja pulang dari bulan madunya bersama Putri Lia, otomatis hubungan mereka pasti sedang hangat-hangatnya. Namun sekarang justru dia malah berada disini, disampingnya. Dari tadi ia tidak pernah bosan memandang wajah Raja Seonghwa dari samping, pria itu sedang menengadahkan kepalanya ke atas melihat bulan yang nampak indah malam ini.

"Sampai kapan kau akan memandangiku, begitu hmm?" tegur Raja Seonghwa yang menyadari aksi diam-diam Sinbi itu.

"Umm, maafkan aku Seonghwa," katanya menanggapi perkataan Raja Seonghwa dan duduk dengan gugup. Raja Seonghwa yang melihat itu terkekeh lalu mengusap puncak kepala Sinbi lembut.

"Apakah wajahku terlalu tampan sampai-sampai kau memperhatikannya tanpa berkedip?" tanyanya dengan ekspresi lucu. Sinbi yang mendengar itu menoleh dan tersenyum canggung menahan rona merah di kedua pipinya karena malu.

"Kau memang tampan, memangnya wanita mana yang tidak akan terpesona melihat ketampanan yang kau miliki?" jawab Sinbi mengaku. Ya, gadis itu mengatakan dengan sejujurnya jika dirinya memang begitu terpesona dengan ketampanan yang Raja Seonghwa miliki. Dan meski ini terdengar begitu frontal, tapi Sinbi bersyukur bisa menjadi selir pria itu dan bisa dibilang mendapatkan perhatian yang sepadan dengan Putri Lia yang notabenenya istri sahnya.

Jika dibandingkan dengan Putri Lia, posisi Sinbi memang sering dipandang sebelah mata. Selir hanyalah hiasan sang Raja, sementara Ratu merupakan pasangan yang akan terus berjajar menemani Raja sampai kapanpun. Jika Raja merasa bosan, seorang selir bisa disingkirkan dengan mudahnya tidak seperti Ratu yang tidak akan pernah pergi dari samping Raja kecuali Raja dan Ratu sama-sama menginginkan perpisahan.

Darimana Sinbi mengetahui itu? Selama menjadi selir dan juga dari pelatihan pelayan beberapa waktu lalu, ia sering berkunjung ke perpustakaan Istana. Ia mempelajari banyak hal mengenai seluk beluk Istana, dan juga beberapa guru juga pernah membahas mengenai hal ini.

Meski ini merupakan topik yang cukup sensitif, tapi semua orang mengetahuinya dan bukan juga sebuah rahasia umum.

Kadang-kadang Sinbi membayangkan bagaimana jadinya jika Raja Seonghwa dan Putri Lia sama-sama memutuskan untuk berpisah, apakah kemudian ia akan menggantikan posisi wanita itu dan bersanding disisi Raja Seonghwa selamanya?

Sinbi kembali memandang ke arah Raja Seonghwa yang kembali fokus memandang ke atas langit dan tenggelam dengan pikirannya sendiri. Padahal tadi ia sudah memuji pria itu, tapi mengapa dia seperti tidak terpengaruh?

"Seonghwa?" panggil Sinbi lirih berusaha mengalihkan fokus Raja Seonghwa. Dan benar saja, kini pria itu sepenuhnya memandang ke arahnya. Hal itu membuat Sinbi tersenyum.

"Ya?"

Tangannya terangkat untuk membelai pipi Raja Seonghwa. Jambang halus mulai tumbuh disekitar dagunya, Sinbi bisa merasakan betapa rambut-rambut halus itu menggelitik kulitnya.

"Bolehkah aku bertanya sesuatu?" tanyanya.

Diluar dugaan tiba-tiba Raja Seonghwa menghentikan aksi Sinbi dan menahan tangannya. "Apa?"

Sinbi sempat berpikir jika Raja Seonghwa tidak menyukai aksinya, namun kini justru tangannya berganti posisi dengan berada digenggaman tangan pria itu. Ada satu hal lain yang membuat Sinbi terbelalak kaget karena tindakan Raja Seonghwa barusan. Pria itu tanpa permisi mengecup punggung tangannya kilas.

Jangan tanya bagaimana perasaannya setelah mendapatkan perlakuan tidak terduga dari Raja Seonghwa itu. Ini seperti mimpi.

"Sinbi?" Panggilan Pelan Raja Seonghwa membuyarkan lamunannya yang disebabkan oleh aksinya tadi. Kini Sinbi kembali ke dunia nyata. Padahal tadi ia ingin menanyakan sesuatu pada Raja Seonghwa, tapi karena ulah pria itu juga ia malah terdistraksi.

"Kau bilang memilihku menjadi selir karena menyukaiku, kan?" tanya Sinbi.

Mendengar pertanyaan tidak terduga dari Sinbi, lantas membuat Raja Seonghwa hanya tersenyum dan mengangguk. "Benar."

Sinbi nampak diam, gadis itu sepertinya sedang memilih kalimat yang tepat untuk mengutarakan pertanyaan lainnya dan juga rasa penasarannya itu.

"Aku penasaran, mengapa bisa kau menyukai gadis sepertiku yang dibandingkan dengan Putri Lia saja secuil kukunya tidak ada apa-apanya."

Dan lagi-lagi, diluar dugaan secara mengejutkan Raja Seonghwa malah mendekatkan wajahnya ke arahnya. Jarak yang makin terkikis dan menipis itu membuat Sinbi harus menahan nafasnya. Kedua matanya membulat sempurna. Betapa Raja Seonghwa suka sekali membuat dirinya bersimulasi terkena serangan jantung.

"Haaaah!" Sinbi mundur dan menghembuskan nafasnya setelah menjauh dari depan Raja Seonghwa. Gadis itu bahkan langsung berdiri dan memunggungi pria itu.

Raja Seonghwa yang mengetahui itu memandangnya khawatir dan langsung mendekatinya. "Kau kenapa?" tanyanya.

Sinbi memberi isyarat kepada Raja Seonghwa agar tidak terlalu dekat dengannya. Apakah pria itu masih tidak sadar jika aksinya tadi hampir membuatnya kehilangan nyawanya karena terlalu lama menahan nafas.

"Tolong jangan mendekat."

"Sinbi, apakah aku sudah melakukan sesuatu hal buruk sampai membuatmu begini?" tanya Raja Seonghwa lagi.

Setelah mendengar itu Sinbi langsung menggelengkan kepalanya kuat. Pria itu memang tidak melakukan apapun, tapi karena ulahnya itu justru yang membuat dirinya dalam keadaan berbahaya.

"Sudah aku bilang kan? Kau terlalu tampan, Seonghwa. Aku merasa tidak sanggup terlalu dekat denganmu!"

Sinbi mengatakan yang sejujurnya, ia tahu mungkin Raja Seonghwa akan merasa tidak nyaman karena pengakuannya, tapi nyatanya ia selalu salah tingkah berada didekat pria itu.

Dan tidak berapa lama Sinbi justru memekik dengan keras ketika secara tiba-tiba Raja Seonghwa menarik tubuhnya hingga ia menubruk bagian depan tubuh pria itu.

"Seonghwa?"

Pria itu tersenyum. Namun bisa Sinbi temukan jika senyum Raja Seonghwa tampak berbeda dan tidak sehangat biasanya.

Raja Seonghwa mengusap pipi Sinbi dengan pelan, sangking pelannya sampai membuat gadis itu merinding tidak karu-karuan. Ada apa dengannya? Mengapa ia jadi begini?

"Sinbi, bagaimana bisa ada gadis seperti dirimu di dunia ini?" ucap Raja Seonghwa kemudian. Sinbi mengernyitkan dahinya bingung tidak mengerti akan maksud pria itu, ia ingin bertanya lebih lanjut namun bibirnya sudah dilumat kasar oleh Raja Seonghwa tanpa permisi.

Mendapatkan serangan tidak terduga semacam itu, tentu saja membuat Sinbi hanya terbelalak terkejut. Raja Seonghwa mencium bibirnya?

Tanpa ada jeda, Raja Seonghwa mengekplorasi bibirnya seakan tiada hari tanpa esok. Sementara Sinbi yang lama-kelamaan tidak sanggup dan kewalahan karena pasokan oksigennya makin menipis, alhasil ia hanya memukul-mukul bahu pria itu agar dia mau melepaskan tautan bibir mereka.

Usahanya berhasil, Raja Seonghwa menjauhkan bibirnya sehingga kini ia bebas menghirup udara sebanyak-banyaknya. Dadanya naik turun karena ia seperti baru saja berlari maraton. Raja Seonghwa yang menyadari itu membelai bibir Sinbi yang sedikit membengkak karena ulahnya.

"Aku suka rasa bibirmu, sangat manis," katanya.

Apakah Raja Seonghwa tidak tahu jika hari ini dia sudah membuat dirinya hampir terkena serangan jantung berkali-kali karena aksi brutalnya yang sangat tidak ramah? Untung saja tangannya berpegangan erat pada lengan pria itu, mungkin kalau tidak ia sudah  jatuh begitu saja karena kakinya yang terasa seperti jelly saat ini.

Nih aku udah update, jangan lupa follow akun igku ya @shawingeunbi2

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 25, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

The Duke of GloucesterWhere stories live. Discover now