13| Mulai dari Awal

147 30 0
                                    

Sudah seminggu berlalu sejak pertemuannya dengan Jendral Mingi di danau, Sinbi kembali disibukkan dengan kehidupannya sebagai seorang selir Raja dimana ia harus mulai mengikuti banyak kelas seperti membaca, menulis, etika, dan bahkan yang terbaru ia juga diwajibkan mengikuti kelas berpacu kuda. Ah, jangan bayangkan betapa lelahnya ia saat ini dengan begitu banyaknya kegiatan yang harus ia ikuti.

Dan ia juga belum bertemu dengan Raja Seonghwa lagi sejak terakhir kali ia melihat pria itu berciuman dengan Putri Lia di balkon istana. Sinbi dengar dari gosip para pelayan, mereka berdua sekarang sedang menikmati bulan madu selama sebulan di kerajaan Desia dimana terdapat banyak spot wisata romantis yang hanya bisa dikunjungi oleh orang-orang terpenting kerajaan. Sinbi menghembuskan nafasnya untuk melupakan rasa cemburunya setiap mengingat hubungan antara Raja Seonghwa dengan Putri Lia.

"Sadarlah dengan posisimu, Sinbi. Dan dengan begitu hidupmu akan tenang." ucapnya mengingatkan dirinya sendiri.

"Hai, kau Sinbi kan?" kata seseorang yang tiba-tiba mendekatinya yang baru saja selesai mengikuti kelas etikanya. Tidak sih, lebih tepatnya mereka berdua dan mereka sangat mirip. Oh tidak, Sinbi ingat sekarang. Mereka kan adik kembar Raja Seonghwa dan Jendral Mingi, Chaeryeong lalu satunya lagi Chaeyeon.

"Hormat saya, putri." sapa Sinbi balik dengan sopan.

"Benar, saya Sinbi."

Chaeryeong dan Chaeyeon nampak melirik satu sama lain, mereka tersenyum penuh arti.

"Kudengar Raja Seonghwa dan Putri Lia sedang berlibur berduaan saja di kastil yang terkenal romantis di kerajaan Desia, apa kau juga mendengar kabar itu?" tanya Chaeyeon.

"Ya, saya tahu." jawab Sinbi cepat.

Chaeryeong mendekatkan bibirnya di telinga Sinbi membisikkan sesuatu. "Bukankah itu tidak adil untukmu, Sinbi? padahal kau juga istrinya juga."

Setelah mendengarkan perkataan Chaeryeong, Sinbi akui hatinya terasa panas karena kenyataan itu. Tapi ia berusaha mengontrol dirinya, ia tidak boleh merasa ingin menang sendiri karena posisinya dengan Putri Lia tidaklah sepadan.

"Aku tidak berhak cemburu atas hubungan mereka, karena disini aku hanyalah selir dan aku sadar akan posisiku." tegas Sinbi kepada saudara kembar itu.

"Tapi Sinbi--"

"Maaf, putri Chaeryeong dan putri Chaeyeon jika saya sudah bersikap tidak sopan kepada kalian berdua. Aku harus kembali ke kamarku karena aku ingin beristirahat setelah mengikuti tiga kelas sekaligus hari ini." pamitnya lalu pergi dari sana meninggalkan Chaeryeong dan Chaeyeon begitu saja.

"Cih, apa-apaan itu? Mengapa dia sombong sekali, baru menjadi anggota kerajaan saja sudah berlagak, seharusnya dia ingat dengan posisinya dulu." Chaeyeon nampak marah-marah akan sikap Sinbi barusan yang seakan mengabaikan mereka.

"Tenang Chaeyeon, anggap saja ini sebagai perkenalan awal kita dengan kakak ipar kita yang satu ini. Nanti, kita harus lebih menguras emosinya lagi."

Chaeyeon mengangguk menanggapi perkataan kembarannya itu. Ya, Sinbi adalah target baru mereka setelah Putri Lia.

******

"Untuk memulai menunggang kuda secara biasa, hentakkan kedua kaki sedikit ke perut kuda dan kuda pun otomatis bakal bergerak maju. Pastikan posisi duduk sudah penuh di pelana dan merasa nyaman dan jangan lupa untuk menjaga keseimbangan. Keseimbangan dapat terjaga dengan baik ketika kita mengatur pinggang." ujar intstruktur mulai menjelaskan bagaimana cara menunggang kuda dengan benar. Sinbi yang hari ini mendapatkan kelas berpacu kuda untuk pertama kalinya merasa begitu gugup dan takut.

Sebelumnya ia tidak pernah membayangkan akan belajar di bidang ini, bahkan tertarik pun sama sekali tidak. Jika bukan karena aturan sialan itu, Sinbi tidak harus susah-susah mempelajarinya.

"Sinbi?" panggil instruktur itu.

"Ah iya, miss. Maafkan aku."

Instruktur itu tersenyum. "Panggil aku Elina saja. Kau tidak usah bersikap seformal itu kepadaku."

"Elina? Ah, oke."

Elina mengangguk. "Aku tahu ini terasa sulit untukmu karena ini kali pertama kau belajar untuk menunggang kuda, tapi kujamin kau akan menyukainya setelah belajar dengan baik."

Sinbi menghela nafas seraya mengangguk, ia tahu Elina hanya ingin menenangkannya dan ia sangat menghargai tindakan wanita itu.

"Terima kasih, Elina. Tolong bimbingannya ya, aku akan belajar dengan baik."

"Tentu saja, pokoknya aku akan mengajarimu sampai kau siap mengikuti perlombaan tahunan pacuan kuda kerajaan."

Sinbi mengernyitkan dahinya. "Perlombaan apa?"

"Pacuan kuda kerajaan, dimana para putri di kerajaan ini akan berlomba untuk menjadi yang terbaik." jelas Elina.

"Ah tidak, aku tidak akan mengikuti perlombaan semacam itu."

"Tapi kau harus, Sinbi. Dan inilah alasanmu belajar menunggang kuda sekarang."

Sontak hal itu membuat Sinbi panik, itu artinya ia harus bersaing dengan Putri Lia atau bahkan Putri Chaeryeong maupun Putri Chaeyeon. Dimana Sinbi tahu mereka juga begitu ahli dalam berkuda.

"Tidak Elina, katakan ini hanyalah sebuah lelucon."

Elina menggelengkan kepalanya. "Percayalah padaku, Sinbi. Kau akan segera menunggangi kuda dengan lancar dalam beberapa minggu ke depan."

"Elina, aku tidak siap."

"Oh, maafkan aku Sinbi. Itu sudah peraturan kerajaan."

Sinbi mengusap wajahnya yang dipenuhi oleh keringat dingin. Ia memang tidak meragukan kemampuan Elina, tapi ia tidak yakin dengan kemampuannya sendiri. Mengikuti perlombaan pacuan kuda dengan para putri yang sudah mahir dalam bidang ini sejak kecil, yang benar saja.

"Elina?" panggil seseorang yang tiba-tiba datang bergabung.

"Oh, Mingi?"

Sontak hal itu membuat Sinbi terkejut, mengapa pria itu selalu muncul disaat ia berada dalam kesulitan sih? Terakhir kali saat berada di danau, dan sekarang di arena pacuan kuda. Apakah dia peramal atau semacamnya?

"Rasanya sudah lama sekali tidak melihatmu di istana, kau kemana saja?"

"Kau tahu aku kan, Mingi? aku harus berpindah-pindah mengajari muridku untuk bisa menunggangi kudanya. Dan disinilah aku sekarang bersama murid baruku, putri Sinbi."

"Itu tandanya kau akan terus berada di kerajaan Phillip dalam waktu lama, bagus. Mampirlah ke markasku sekali-kali."

"Aku merasa begitu terhormat, Mingi. Baiklah, aku akan mampir jika aku sudah senggang."

Dan percakapan mereka pun berakhir ketika Jendral Mingi pamit pergi dari sana. Sepeninggal Jendral Mingi, Sinbi merutuki pria itu karena sudah mengabaikannya dan seakan tidak menganggapnya ada disana. Ada apa dengan pria itu? apakah kepalanya baru saja terbentur sesuatu?

"Kau mengenalnya kan?" tanya Elina tiba-tiba.

Sinbi menggelengkan kepalanya. "Tidak, aku tidak mengenalnya. Apakah dia alien atau semacamnya?"

Elina tertawa mendengar lelucon Sinbi. "Sinbi, kau tidak boleh membuat lelucon tentang pimpinan Jendral yang satu itu atau besok kau akan hilang."

"Ah, jika dia menghilangkan aku besok, sepertinya dia sudah berganti profesi menjadi pesulap."

"Astaga, Sinbi. Stop, oke? perutku terasa kram karena kau terus-terusan membuatku tertawa. Oke, mari kembali serius. Karena kau harus berlatih menunggang kuda lagi." ujar Elina mengingatkan Sinbi, dan kalimat terakhir wanita itu membuat Sinbi menghela nafas panjang. Ia benci berpacu kuda.

Tbc.

The Duke of GloucesterWhere stories live. Discover now