"Hei! Ada apa? Apa yang kau rasakan eoh?" tanya Yoongi cemas.

Soobin tak langsung menjawab. Sakit kepalanya sangat menyakitkan, hingga indera pendengarannya sedikit berdengung.

"Binie-ya..." panggil Yoongi lembut.

Kekhawatiran di wajah Yoongi tampak sangat jelas. Ia mengulurkan tangan mencoba mengecek suhu badan Kim Soobin. Masih panas. Berarti Soobin masih demam dan harus segera memakan obat yang Yoongi bawa.

Sekitar kurang dari satu menit, Soobin menatap sahabat Kakak sepupunya yang memandang dirinya cemas. "Aku baik - baik saja, Hyung," sangkal Soobin serak. Tersenyum lirih setelahnya.

Yoongi terdiam. Menatap lekat tepat pada netra Soobin yang memerah. "Jangan menyangkal, Soobin-ssi. Lihatlah matamu sekarang, memerah seperti ini dan kau bilang baik - baik saja?!" tegasnya.

Seketika menunduk. Inilah yang Soobin takutkan dari seorang Min Yoongi. Jika sedang marah atau emosi, wajahnya sangat menakutkan bagi Soobin. Hampir sama seperti Seokjin. Terkadang ia juga takut dengan sepupunya itu. Tapi karena pemuda berbahu lebar itu adalah Kakak sepupunya dan sangat perhatian dengannya. Meski wajah selalu datar. Soobin tidak terlalu takut dengan Seokjin.

Lain halnya dengan Yoongi. Ia baru beberapa hari bertemu Yoongi, dan bahkan satu atap dengannya. Tapi Soobin masih merasa canggung dan takut jika bersamanya.

Yoongi belum tersadar akan sikapnya, malahan ia justru sengaja bersikap demikian. "Sekarang makan dan jangan membantah!" tegasnya lagi.

Mau tidak mau Soobin mengangguk kaku. Masih dengan kepala tertunduk. Yang melihat itu membuat Yoongi jengah. "Yak, apa kau tidak lelah menunduk terus huh? Cepat makan," Yoongi langsung menyerahkan nampan itu ke Soobin dan menaruhnya di paha.

Dalam diam dan perasaan takutnya Soobin langsung mengambil sendok. Segera memakan makan malamnya perlahan. Kepala Soobin tertunduk cukup dalam dan hanya terlihat ubun - ubunnya saja. Dan Yoongi tak perduli akan hal itu. Melainkan dirinya beralih bermain ponsel dan menemani Soobin makan malam, hingga bubur itu habis setengah.

Namun setelahnya Soobin mengingat sesuatu. Ia sangat yakin kalau ada beberapa sahabat Seokjin di ruang tengah.

Dengan keberanian ia mendongak. Menatap ragu akan Min Yoongi. "H-Hyung.." panggilnya sedikit ragu dan takut.

Yoongi yang sedang bermain ponsel mengalihkan pandangan. "Wae?"

Soobin menelan sejenak sisa - sia bubur yang masih di tenggorokan, meski bubur di mangkuk belum habis juga. "Apa di depan masih ada Hyungdeul? Apa Jungkook sudah pulang Hyung?"

Pertanyaan tanpa ragu itu meluncur dengan santainya dari bibir Soobin. Yang membuat Yoongi terdiam seribu bahasa setelah mendengar nama Jungkook terlontar. Bingung harus menjawab bagaimana atas pertanyaan saudara sahabat tertuanya ini.

Ia mengalihkan pandangan ke arah lain, hingga kerutan - kerutan di kening Soobin timbul. "Hyung? Kenapa tidak menjawab pertanyaanku? Tatap mataku, Hyung."

Soobin benar - benar sudah tidak perduli akan santunannya terhadap orang yang lebih tua. Kesal sekali melihat Yoongi yang hanya diam dan mengalihkan pandangan ke arah lain. Sontak membangunkan sisi lain seorang Kim Soobin yang selama ini bersembunyi di balik sikap polos dan lembutnya itu.

Apa kau belum melihat sisi lain yang tersembunyi di balik kepolosan dan keluguan seorang Kim Soobin? Sepertinya kau ingin melihatnya.

Beruntung Soobin masih bisa menahannya. Ia sudah berulang kali mengatur nafasnya yang sedikit emosi. "Aku mohon Hyung. Jawab aku," rengek Soobin. Ia menatap lekat sosok pemuda dingin yang masih menatap ke arah lain. "Atau jangan - jangan Yoongi Hyung menyembunyikan sesuatu dariku?" imbuhnya.

The Twins ✓Where stories live. Discover now