part 17

2.3K 293 11
                                    

Budayakan Vote dan Comment.
Gomawong!

# Happy Reading #

🌸🌸🌸

"Noona, cukup. Kita masih ada di rumah sakit dan tenangkan dirimu." tegur Seokjin dingin.

Jieun spontan diam dan menghela nafas kemudian. Berusaha mencoba menetralkan amarahnya yang meledak tadi. Berkat Seokjin, ia mampu mengendalikan emosinya sejenak.

Lalu menatap Minyoung yang telah menangis sesegukan dengan tampang yang sedikit menakutkan. "Berharaplah aku akan memaafkan dirimu suatu saat nanti, Nyonya Kim yang terhormat." ujar Jieun dingin, yang langsung berpaling menatap ke arah lain.

Membiarkan sang Ibu terdiam dan merenung dalam diam. Ia hanya tertunduk dalam dengan bahu yang bergetar karena menangis. Sedangkan Seokjin hanya menatap malas pada sang Kakak. Namun dalam diam Seokjin melangkah mendekati kaca besar ICU. Menatap kembarannya yang terbaring lemah tak berdaya di dalam sana. Sifatnya yang angkuh tetaplah angkuh. Meski lusa menangis karena Ibunya.

Cukup lama Seokjin terdiam di depan kaca besar. Kini dirinya membalikkan tubuhnya menghadap pada sang Ibu dan Kakaknya. Tatapannya berubah. Sangat amat dingin dan datar. Membuat keduanya tertegun melihatnya. Moodnya benar - benar buruk kali ini. Mengingat kembarannya tengah terbaring lemah di dalam sana. Menjadikan hati Seokjin memburuk dan tidak bisa terkendali.

"Kabar baik yang lainnya, Seokjun sudah mendapatkan pendonor. Tapi, Jantung itu masih di Jepang dan kita harus membawanya ke Jepang." ujarnya datar. Datar sekali.

Berita baik yang baru saja terlontar dari mulut Seokjin membuat sang Ibu sedikit merasakan bahagia. Meski terpendam di dalam hatinya. Rasanya ingin sekali mengatakannya secara langsung pada Putra kesayangannya itu tapi semuanya sudah terlambat. Anak kesayangannya sedang berada dalam keadaan kristis. Dokter juga sudah mengatakan secepatnya Seokjun harus segera operasi transplantasi Jantungnya sebelum terlambat. Beruntung mereka telah mendapatkannya secara cepat. Namun terlalu jauh. Dokter pasti tidak menyetujui Seokjun di bawa ke Jepang. Begitu pikir Minyoung.

"Namun kondisi Seokjun tidak memungkinkan untuk di bawa ke Jepang, kami berencana meminta bantuan pihak Rumah sakit Jepang untuk mengirimkan kedua Jantung itu ke Seoul. Jika kita membawa Seokjun ke Jepang, itu akan memperburuk kondisinya." jelas Seokjin datar.

Minyoung mengangguk. Tangannya menghapus air matanya yang sedari tadi masih mengalir. "Eomma serahkan semuanya padamu, Seokjin. Apapun yang terbaik untuk Seokjun, Eomma akan mendukungmu." balasnya lembut.

"Baiklah. Kalau begitu, aku akan segera membuat surat persetujuan pada pihak Rumah sakit Jepang untuk mengirim Jantung itu kemari. Aku permisi, Noona." putus Dokter Kim.

"Terima kasih, Jongsuk-a." ucap Minyoung. Di balas anggukan dari Jongsuk. Setelahnya ia beranjak dari ICU dan meninggalkan yang lainnya di sana.

Sepeninggal Jongsuk, keadaan semakin hening. Seokjin memandang kembarannya dari luar kaca besar ICU sedangkan Jonghyun berdiri di sampingnya bersama Jieun. Minyoung masih lekat menatap Putri Sulungnya yang acuh terhadapnya. Yakin sekali bahwa Jieun sangat membencinya.

Merasa sedang ditatap Jieun menoleh dan mendapati Ibunya yang gelagapan dan salah tingkah sendiri. Sebab ia seperti maling yang tertangkap basah oleh Tuan Rumah. Matanya kini berpaling dari Jieun. Tatapan malas nan dingin diberikan pada sang Ibu. "Kenapa Nyonya Kim terlihat salah tingkah? Apa Nyonya tertangkap basah karena menatapku?" tanyanya dingin.

Minyoung tak langsung menjawab. Ia terdiam membisu karena bingung harus mengatakan apa padanya. Terlalu takut hanya sekedar untuk mengeluarkan sepatah kata pada Jieun. Takut salah bicara.

The Twins ✓Where stories live. Discover now