15. Jangan Pergi Terlalu Jauh

36 8 0
                                    

Luka ini ternyata bukan dia penyebabnya. Karena malam ini, aku menyadari satu hal. Luka ini ... aku sendiri yang menciptakannya.

* * *

Sudah Lion duga.

"Kenapa, sih, Flower? Susahnya di mana?"

Lion menarik napas dan mengembuskannya dengan pelepasan yang normal. Sebelum menjelaskan kepada Flower, dia harus mempelajari cara untuk mengontrol amarahnya terlebih dulu.

"Kamu bisa memulai semuanya dari hal-hal kecil. Menyibukkan diri di toko bunga, mengerjakan tugas-tugas kampus, mengobrol dengan Tante Brianna, menemani Aurin belanja, atau sekadar berbincang santai dengan Barli. Kamu bisa melakukan semuanya jika kamu mau."

"Kamu gak ngerti apa yang aku rasain, Lion!" Flower berkata dengan intonasi yang lebih tinggi. Suara serak yang keluar dari bibirnya seolah tengah memperdengarkan kepada Lion bahwa dirinya memang harus bertahan sedikit lebih lama lagi. "Selama ini, semua langkah yang aku ambil selalu berkaitan dengan Mas Genta. Setiap detik yang aku lalui, semuanya berkaitan dengan dia. Setiap orang yang aku temui, semuanya juga karena dia. Karena dia aku bisa seperti ini──"

"Dan, karena dia kamu juga bisa sebodoh ini!" Lion menyela sebelum Flower menyelesaikan perkataannya. Ia menghela napas rendah lalu kembali menatap gadis itu dengan tatapan lembut. "Apa lagi yang mau kamu pertahanin di saat orangnya aja udah pergi entah ke mana? Setidaknya kamu pikirin tentang harga diri kamu sendiri. Cinta gak boleh menguasai kamu sampai sekuat ini. Seharusnya kamu bisa mengendalikannya. Cobalah untuk buka mata lebar-lebar. Keluar dari lingkaran setan ini. Pahami semua apa yang udah Genta katakan dan apa yang kamu rasakan. Jika dia memang benar-benar sayang, dia tidak akan menghilang tanpa pamitan."

Flower membuang muka ke lain arah. Amarahnya mulai terpancing saat Lion mengatakan hal seperti itu kepadanya. Dengan gerak cepat, Flower mengusap kedua pipi menggunakan tangan kiri, membersihkan bekas air mata yang bisa ditangkap oleh siapa saja.

"Mungkin selama ini, kamu gak pernah menemukan seseorang yang kamu anggap begitu berharga. Mungkin kamu gak pernah mengalami masa-masa sulit yang sangat sakit lalu seseorang datang dan membuatmu kembali bangkit. Mungkin kamu gak pernah menemukan seseorang yang bisa kamu ajak susah dan senang dalam waktu yang bersamaan. Mungkin kamu gak pernah menemukan seseorang yang memihakmu di saat dunia sedang terasa tidak adil. Dan mungkin ... kamu memang gak pernah menemukan seseorang yang seperti itu hingga saat ini. Makanya kamu berani berbicara tentang cinta dengan gaya sebodoh ini."

Lion terperangah, matanya terbuka lebar, menatap Flower tak percaya. Gadis itu berbicara dengan suara rendah, tetapi mengapa rasanya bisa sesakit ini?

Lima detik berlalu dan Lion masih betah menggepalkan sebelah tangannya. Dia tidak mengatakan apa-apa lagi. Toh, dari semua yang telah Flower katakan, Lion sudah bisa mengambil sebuah kesimpulan.

"Kamu adalah satu-satunya orang yang bisa sesuka itu hidup dalam ikatan penuh penderitaan, Flower. Kamu memang hebat!"

Lion tertawa kecil, memandangi si gadis yang belum mau mengalihkan mata ke arahnya. Ingin rasanya Lion bertepuk tangan detik itu juga. Bukan hanya untuk merayakan kehebatan Flower yang saat ini baru saja ia ketahui. Akan tetapi, Lion juga ingin merayakan hari patah hati yang tengah ia alami.

Detik ini──tepat di depan wajahnya──gadis yang ia cintai dengan sepenuh hati sedang membangga-banggakan seseorang yang katanya sangat berarti. Pedih, Lion akui itu.

"Kamu ngomong gini seolah-olah selamanya kamu bisa hidup sendiri. Gak tau apa, kerasnya kepalamu ini bisa membuat beberapa orang pergi bahkan tanpa kamu sadari."

20.12 Onde histórias criam vida. Descubra agora