•20•

6K 681 105
                                    

Perlahan kelopak mata itu terbuka. Tangannya memegang kepalanya karna denyutan nyeri yang terasa. Tubuhnya setengah lemas. Dahinya membentuk kerutan tipis ketika menyadari dia ada dikamarnya. Yang dia ingat, terakhir kali adalah di depan club dengan dua orang bertubuh besar menyeretnya keluar. Setelah itu ia tak ingat apa apa lagi.

Tubuhnya ia tegakan. Kedua kakinya menyentuh lantai yang dingin. Helaan nafas panjang ia hembuskan. Kepalanya kembali berusaha mengingat siapa yang membawanya kesini, siapa yang tau password apartemennya hingga dia bisa tidur dikamarnya yang nyaman.

Ada senyuman kecut terulas. Di mimpinya, ada wooyoung yang menggenggam tangannya. Tampak begitu nyata karna ia merasakan hangatnya tangan orang itu.

Ia terlalu rindu pada sosok jung wooyoung hingga berhalusinasi orang yang telah disakitinya itu ada disampingnya. Jika itu hanya mimpi, dia lebih memilih untuk tidur lebih lama hanya sekedar memandang wajah manis yang dirindukannya.

Pandangannya ia edarkan ke sekeliling kamarnya. Gorden kamarnya terbuka sedikit sehingga cahaya matahari masuk dari celah celah.

San bangkit dari ranjang. Dengan kepala yang masih pusing ia berjalan keluar dari kamar menuju dapur untuk mencari air minum karna tenggorokannya begitu kering.

Langkah kakinya terhenti ketika netranya menangkap seseorang yang sedang berkutik didepan kompornya. Punggung itu ia hapal sekali.

"Mungkin aku terlalu rindu hingga membayangkan wooyoung memasak disana." Gumamnya.

Hal yang ia anggap 'bayangan' itu berbalik, menatapnya dengan senyuman manis diwajahnya.

"Kamu sudah bangun? Aku lagi masak bubur, bentar lagi masak. Sabar ya."

San mematung. Menatap lurus sosok wooyoung yang masih berdiri didepan kompornya.

"W-wooyoung?" Panggilnya.

"Iya san?"

Suara itu benar benar nyata.

.
.
.

"Kamu mandi dulu deh, habis itu sarapan. Ini udah hampir siap." Ujar wooyoung pada san yang masih berdiri diam ditempatnya.

Wooyoung berbalik. Tangannya meraih sendok dan mengaduk bubur buatannya.

Grep!!

Tubuhnya menegang ketika merasakan ada yang melingkar dipinggangnya dan bertopang dagu di bahunya. Senyuman kecil wooyoung ukir dibibirnya. Masih dengan mengaduk buburnya ia membiarkan san memeluknya seperti ini. Lagi pun ia rindu pelukan hangat san.

Ketika ia selesai mengaduk, sendok yang dipegang ia letakan lagi diatas piring. Tangannya beralih memegang lingkaran tangan san dipinggangnya dan mengelusnya lembut.

"San?"

Dan tak lama wooyoung merasa bahunya basah dan isakan kecil terdengar didapur itu. Wooyoung mencoba berbalik untuk menatap san, namun ia rasa gelengan kepala dilehernya hingga ia tetap diam dan menolehkan kepalanya kesamping.

"Bentar, sebentar aja wooyoung.." ujar san dengan suara yang parau.

Hampir lima menit mereka berdiri diposisi itu. San sudah lebih tenang sekarang. Wooyoung berbalik, menghadap san yang sedikit lebih tinggi darinya. Hatinya terenyuh ketika melihat raut wajah san yang kusut dengan mata yang memerah dan berkaca kaca.

Wooyoung tersenyum lembut. Tangannya bergerak naik untuk menghapus sisa sisa air mata dipipi san. Sedangkan sang dominan masih melingkarkan tangannya dipinggang kecil wooyoung.

"Kamu jelek banget kalau nangis." Ujar wooyoung bercanda untuk memecahkan suasana yang tegang.

Namun sepertinya san lagi mode gloomy hingga ia tak membalas candaan wooyoung. San tetap memandang wajah wooyoung dan seakan tak puas sekedar menatapnya sebentar.

How Bad I Like You? ; woosanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang