Tiga Puluh

376 15 0
                                    

"A—Arjune?" gumam Allura dengan sangat pelan hingga suaranya hampir tidak terdengar.

Tubuhnya terjatuh diatas lantai dengan tangannya yang masih memegang seragam bernamakan Arjune disana. Pikirannya memikirkan ketidakmungkinan yang sekarang justru menjadi kenyataan yang harus dihadapinya. Tangisnya pecah bersamaan dengan suara pintu yang terbuka. Allura menolehkan kepalanya dengan cepat. Wajahnya basah akibat menangis. Bahkan saat ini tangisnya semakin pecah ketika melihat siapa yang datang.

Allura bangkit dari tempatnya, berjalan menghampiri sosok yang tengah menutup pintu dan belum menyadari keberadaannya. Isakannya yang semakin menjadi membuat seseorang yang barusaja datang menolehkan kepalanya. Laki-laki itu membulatkan matanya tak percaya melihat keberadaan Allura dihadapannya.

"Allura, lo ngapain disini?! Lo tau darimana tempat ini?" tanya Arjune dengan wajah paniknya. Tangannya yang berusaha meraih tangan Allura langsung ditepis oleh gadis itu.

"Maksudnya ini semua apa? Kenapa banyak foto gue disini? Buat apa, Jun, buat apa?!" teriak Allura dengan tangisnya yang semakin deras.

Arjune melangkahkan kakinya mendekati Allura. Melihat pergerakan Arjune membuat Allura memundurkan posisinya. Saat ini rasanya untuk melihat wajah Arjune saja Allura tidak sanggup. "Al, dengerin gue. Gue bisa jelasin semuanya."

"Jelasin apa?! Jelasin kalo sebenernya lo itu cuma obsesi sama gue? Harusnya dari awal gue sadar—"

"DENGERIN GUE!" sentak Arjune dengan penuh amarah di wajahnya seraya mengguncang kedua bahu Allura.

Mendapat perlakuan seperti itu membuat Allura memalingkan wajahnya. Perasaannya semakin yakin bahwa Arjune tidak sebaik yang selama ini ada di pikirannya. Ia sudah menyukai orang yang salah sejak awal. Bahkan sejak semuanya belum dimulai.

"Allura liat gue," lirih Arjune seraya memalingkan wajah Allura untuk menatapnya.

Lagi dan lagi, Allura menepis tangan Arjune dan menatapnya nyalang. "Silakan ngomong tapi jangan sentuh gue sedikitpun."

Arjune mengedikkan bahunya acuh. "Allura, apa lo nggak tau kalo selama ini gue suka sama lo? Apa lo nggak sadar kalo selama ini gue berusaha menutupi semuanya dari lo? Tapi kenapa dengan gampangnya lo jadian sama Aubyn yang notabennya sahabat lo sendiri? Gue nggak akan kayak gini kalo dari awal lo nggak jadian sama Aubyn,"

"Tapi lo yang dari awal minta gue buat menjauh, Arjune!"

"Gue udah bilang kalo gue lakuin itu supaya lo nggak jadi bahan berita angkatan!" jawab Arjune dengan cepat. Tatapannya semakin tajam kepada Allura.

Allura menggelengkan kepalanya pelan. Ia menghapus air matanya sedikit kasar. Tenggorokannya terlalu sakit untuk membalas perkataan Arjune. "Karena sekarang udah nggak ada yang menghalangi kita lagi, jadi kita bisa tenang." Arjune melemparkan senyum manis yang justru terkesan mengerikan di mata Allura.

"Lo sakit, Arjune!" desis Allura dengan tatapan tajamnya yang terus mengarah kepada laki-laki yang ada dihadapannya.

Merasa tak ada lagi yang perlu ia bicarakan dengan Arjune, Allura memilih untuk melangkahkan kakinya dari hadapan Arjune, berniat untuk keluar dari gedung tua itu. Tapi, tepat pada langkah ketiga, Arjune mencekal pergelangan tangan Allura cukup erat. Tatapannya penuh dengan amarah.

"Disini lebih bagus buat lo, Allura." ucap Arjune yang sebenarnya lebih terkesan seperti, "Lo nggak boleh pergi, Allura."

"Lepasin gue." Allura berusaha menyentakkan tangan Arjune dari pergelangan tangannya.

Arjune menggelengkan kepalanya. "Nggak akan. Lo mau kemana? Mau nyamperin Aubyn yang juga udah bohongin lo? Jangan bodoh."

Allura mengernyitkan keningnya bingung. Apa maksud dari ucapan Arjune? Berbohong apa?. Gadis itu menelan salivanya susah payah. "Maksud lo apa?" sarkas Allura seraya berusaha mencari kebohongan dari mata Arjune. Tapi ia tidak menemukannya.

Tak Lagi Sama [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang