Dua Puluh Delapan

122 10 0
                                    

"Gue kasih lo kesempatan."

Arjune membulatkan kedua matanya mendengar perkataan Allura. Laki-laki itu menggeleng pelan, tak percaya dengan apa yang barusaja ia dengar. Reflek ia memeluk Allura dengan cukup erat. Ah, lebih tepatnya sangat erat.

"Makasih, Al. Makasih banget!" serunya di sela-sela pelukan yang ia berikan.

Dengan sedikit ragu, Allura tersenyum lalu menepuk punggung Arjune pelan. "Jangan kecewain gue ya, Jun. Gue capek," gumam Allura yang kemudian dibalas anggukan oleh laki-laki yang masih memeluknya itu.

Arjune melepaskan pelukannya. "Gue nggak mau janji sama lo. Tapi gue bakal buktiin apa yang terbaik buat lo,"

Melihat Arjune yang berbicara seraya mengusap kedua mata dan pipinya membuat Allura mengernyit samar. Terlebih, ia merasakan dingin di bagian bahunya. "Arjune, lo nangis?!" tanya Allura ketika menyadari bahwa bajunya yang basah karena air mata Arjune.

"Nggak!"

Allura terkekeh, ia meraih wajah laki-laki dihadapannya lalu mengusapnya lembut. "Gemes banget nangis gitu,"

"Jadi, kita pacaran, Al?" tanya Arjune memastikan. Tangan laki-laki itu menggenggam telapak tangan milik Allura yang masih berada di pipinya.

Tak menjawab pertanyaan dari Arjune, gadis itu justru menarik tangannya dan berlalu pergi dari hadapan Arjune. "Masuk, ditunggu yang lain di dalem!" seru Allura seraya berjalan masuk ke dalam rumah.

"JADI BENERAN KITA PACARAN?!" teriak Arjune seraya menyusul Allura yang sudah lebih dulu masuk ke dalam rumah.

🍁

Setelah menginap satu malam di rumah Eyang Hairi, hari ini Allura bersama mamanya dan juga oma memutuskan untuk berpamitan dan menuju ke rumah sepupunya. Sebenarnya Allura ingin sekali menginap lebih lama, namun ia masih memiliki tanggungan dalam mendaftarkan diri ke perguruan tinggi yang diinginkannya. Di rumah sepupunya nanti juga ia hanya akan berkunjung sebentar tanpa menginap.

Semua barang-barangnya sudah masuk ke dalam bagasi mobilnya. Ia berjalan menghampiri Eyang Hairi yang tengah berdiri bersama dengan Tante Betty dan si kembar. Ah, mengenai Arjune, laki-laki itu tidak menginap dan kembali ke Jakarta semalam. Allura menghamburkan tubuhnya ke pelukan Eyang Hairi, gadis itu memeluknya sangat erat. Rasanya ia masih sangat rindu dengan Eyangnya yang satu itu. Hanya saja, lagi-lagi waktunya yang belum tepat.

Eyang Hairi mengusap punggung Allura penuh kasih sayang. "Tidak apa-apa, Allura. Masih banyak waktu untuk bertemu lagi. Kembalilah kesini saat urusan kuliah mu sudah selesai. Mengerti?" ucapnya dengan penuh kelembutan dan membuat Allura semakin merasa nyaman di dalam pelukannya.

Allura melepaskan pelukannya lalu mengangguk pelan. "Eyang harus jaga kesehatan dan jangan lupa makan yang banyak! Allura janji bakal kesini lagi secepatnya. Allura sayang eyang," cicitnya seraya mengerucutkan bibirnya bak anak kecil.

"Eyang pasti selalu sehat dan selalu makan banyak. Sudah pulanglah, mama mu sudah menunggu,"

Lagi dan lagi Allura mematuhi ucapan Eyang Hairi dengan menganggukkan kepalanya. Gadis itu berjalan masuk ke dalam mobilnya—menyusul mama dan Omanya yang sudah lebih dulu berada di dalam. Ia membuka kaca mobilnya lalu melambaikan tangannya ke arah keluarga Hairi seraya menghapus air matanya yang tiba-tiba saja menetes.

"Sampai ketemu lagi, Eyang!" teriaknya bersamaan dengan mobilnya yang berlalu dari kediaman keluarga Hairi.

🍁

Allura merebahkan tubuhnya di atas salah satu sofa yang ada di ruang keluarga. Setelah melakukan perjalanan beberapa jam dan mengunjungi rumah sepupunya, Allura merasa tubuhnya seperti akan remuk. Seluruh tulangnya pegal dan sakit, bahkan ia merasa tidak sanggup lagi sekedar berjalan menuju kamarnya.

Tak Lagi Sama [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang