Dua Puluh Satu

128 10 0
                                    

"Ra, lo nggak nyaman ya sama hubungan ini?"

Allura cukup terkejut mendengar pertanyaan dari mulut.... kekasihnya. Sekarang Allura merasa menjadi orang paling jahat karena tingkahnya sendiri. Apakah sangat kentara perubahan sikap Allura kepada Aubyn setelah mereka berpacaran?.

Gadis itu bahkan tidak tahu apa yang harus ia lakukan sekarang. Yang jelas, saat ini gadis itu tersenyum dan menggelengkan kepalanya pelan. Berusaha menyangkal pikiran Aubyn mengenai dirinya. Tentu saja Allura mengalami perang batin habis-habisan untuk melakukan itu. Ia sendiri tidak tahu apakah dirinya benar-benar tidak nyaman atau hanya belum beradaptasi dengan status yang baru saja.

"Kenapa gue harus nggak nyaman?" kini giliran Allura yang melemparkan pertanyaan konyol untuk menutupi 'kejahatan' yang dilakukan.

Dengan cepat laki-laki dihadapannya menggelengkan kepalanya. "M—Maksud gue, kalo lo emang nggak nyaman nggak apa-apa, Ra. Kita bisa balik lagi sahabatan kayak dulu,"

Ya Tuhan, Allura kini seratus kali lipat merasa lebih bersalah pada Aubyn. Laki-laki itu terlalu baik padanya. Bagaimana mungkin ia memperlakukan Aubyn sebaliknya?. Setidaknya Allura harus membalas perlakuan Aubyn dengan mencoba menerimanya sebagai kekasih, bukan sahabatnya lagi. Dan, sejak awal Aubyn menyatakan perasaannya, Allura sangat bisa melihat bahwa laki-laki itu memang tulus.

Oh, ayolah Allura. Memangnya ada yang diharapkan jika kau mengakhiri hubungan mu dengan Aubyn? Tentu saja tidak.

Setelah berpikir sejenak akan keputusan yang akan ia ambil selanjutnya, Allura memberanikan diri menggenggam punggung tangan Aubyn yang ada di atas meja. Gadis itu mengusap punggung tangan Aubyn dengan lembut. Bahkan ia tidak melepaskan senyumannya sejak tadi untuk laki-laki itu.

"Ayo kita mulai."

Aubyn mengernyitkan keningnya bingung. "A—Apa?" tanya Aubyn dengan wajah yang benar-benar bingung akan ucapan Allura yang sarat akan makna.

"Ayo kita mulai semuanya. Sebagai pasangan kekasih, bukan sahabat. Ayo kita pergi ke taman hiburan sebagai kekasih, ayo kita pergi makan siang sebagai pasangan kekasih, ayo kita makan malem romantis, ayo kita rayain anniversary setiap tahunnya, ayo kita lakuin semua hal yang dilakuin sama pasangan-pasangan lain pada umumnya,"

Ya, benar. Keputusan yang Allura ambil beberapa saat yang lalu adalah mencoba menerima Aubyn sebagai kekasihnya dan membuka hatinya untuk laki-laki itu. Tidak ada salahnya ia membuka hati untuk laki-laki sebaik Aubyn.

Bagaimana dengan Arjune?

Ah, Allura bahkan sudah tidak memikirkan laki-laki itu setelah malam dimana ia menangis semalaman. Ia pikir perasaannya untuk Arjune sudah samar. Meski tak bisa Allura pungkiri bahwa Arjune sempat menjadi salah satu alasan ia kurang bisa menerima Aubyn sebagai kekasihnya. Namun Allura juga tidak bisa berlarut-larut dengan pikirannya tentang Arjune. Lagipula, bukannya laki-laki itu menyukai Milkha?.

"Lo yakin, Ra?" tanya Aubyn yang masih tidak percaya dengan mata yang berbinar.

Allura menganggukkan kepalanya seraya tersenyum manis. "Aku yakin."

Aubyn bangkit dari tempatnya, menghampiri Allura dan memeluk gadis itu dengan sangat erat. Malam ini Aubyn merasa pusat semesta ada pada mereka berdua. Laki-laki itu merasa Allura adalah pusat bahagianya. Mendapat balasan dari Allura benar-benar membuat Aubyn merasa menjadi laki-laki paling bahagia di dunia.

"Terimakasih karena mau mencoba, sayang."

🍁

"BANG ARJUNE!"

"Ck, ada apa, sih, Thania?!" Arjune mengusap wajahnya kasar ketika mendengar teriakan sang adik yang membuatnya terusik saat sedang mengerjakan beberapa soal di buku paketnya.

Tak Lagi Sama [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang