Tujuh Belas

145 11 1
                                    

“Jelasin ke gue maksud dari foto itu, sekarang!” desak Katya ketika mereka sudah berada di lapangan indoor belakang sekolah saat jam istirahat.

Allura menarik nafasnya dalam sebelum akhirnya menjelaskan semuanya. “Itu bukan double date. Gue nemenin Aubyn ke pesta ulang tahun temen bisnisnya. Gue juga nggak tahu gimana, tapi Arjune dateng sama sahabatnya buat gantiin mamanya yang nggak bisa dateng. Dan yang bikin kita ada dalam satu table itu karena kebetulan nomer undangan dia sama Aubyn sama,”

Katya mengernyitkan keningnya—berusaha mengingat sesuatu yang mungkin pernah diketahuinya. “Aubyn?” tanya Katya pada sahabatnya berusaha untuk meyakinkan dan mendapat anggukan dari Allura. “Temen kecil lo yang pergi ke Amsterdam buat berobat? Kalian udah ketemu lagi? Kapan?” tanyanya secara berturut-turut.

“Sekitar dua minggu yang lalu i think?”

Mengerti dengan apa yang dikatakan sahabatnya, Katya menganggukkan kepalanya. “Terus lo mau gimana?” tanyanya yang berhasil membuat Allura bingung.

“Gimana apanya?”

“Ya gimana? Apa yang mau lo lakuin buat klarifikasi kalo itu bukan double date?”

“Gue aja nggak tahu siapa yang ngambil foto itu. Lagian kalaupun gue nggak klarifikasi, gue nggak mengiyakan berita itu, Kat.”

“Tapi lo juga nggak membantah, Allura. Ini Senna, kalo lo lupa. Semua tentang anak-anak sini bisa kebongkar dalam hitungan menit,”

I know. Tapi gue juga nggak bisa langsung ngomong ini-itu tanpa tahu siapa yang ngambil foto itu, Kat.”

Katya hanya diam mendengar ucapan Allura yang memang ada benarnya. Terjadi keheningan diantara keduanya untuk sesaat. Sampai akhirnya Katya memutuskan untuk menanyakan sesuatu yang mungkin sensitif bagi Allura.

Gadis itu sedikit memutar tubuhnya hingga menghadap ke arah Allura yang tengah memandang ke arah lain. “Gimana rasanya, Al?” tanyanya dengan wajah yang sulit disiratkan.

Allura mengernyitkan keningnya bingung. “Rasanya jadi bahan berita grup angkatan? Kesel, tapi mau gimana lagi?” Bodoh jika Allura tidak paham apa yang dimaksud Katya. Ia tahu rasa apa yang Katya maksud dalam pertanyaannya. Hanya saja, Allura tidak mau terlihat menyedihkan dihadapan sahabatnya.

Katya menggeleng pelan. Kini Allura dapat melihat siratan iba di wajah Katya. “Gue tahu lo pura-pura nggak paham, Al.”

Allura tersenyum manis ke arah Katya. “It’s okay. Gue yang udah bilang sendiri kalo gue bakal coba buat nggak jatuh terlalu dalam ke Arjune. Gue cuma berusaha mencegah perasaan gue semakin bertambah, tapi kalo untuk memaksa perasaan gue supaya hilang sepenuhnya buat Arjune, gue nggak bisa.”

“Gue nggak tahu apa yang sekarang lo rasain, Al. Tapi, gue cuma mau tanya satu, boleh?”

“Boleh, dong. Mau tanya apa?” balasnya dengan sangat antusias dan senyum yang terus merekah di wajahnya. Tanpa Katya sadari, sahabatnya itu tengah menahan air matanya.

“Gimana perasaan lo sekarang sama Arjune?” tepat ketika Katya menyelesaikan pertanyaannya, air mata yang sebelumnya Allura tahan pun jatuh tanpa diminta. Allura tidak terisak, tapi air matanya terus menetes.

Allura menggelengkan kepalanya pelan. “Nggak tahu, Kat. Gue bahkan bingung sama perasaan gue sendiri. Gue kehilangan saat bahkan satu hari nggak liat Arjune, gue selalu seneng meskipun cuma denger namanya, gue selalu antusias saat gue sama dia terlibat kerjasama, dan gue merasa aneh waktu dia deket sama cewek lain selain gue. Tapi, gue bahkan nggak jarang merasa kalo Arjune mendadak hilang dari hidup gue. Perasaan gue yang dulu selalu sedih waktu dia nggak berangkat, sekarang udah beda. Nggak jarang gue nggak peduli dia berangkat sekolah atau nggak. Sampai gue sering menyalahkan diri gue sendiri yang egois kayak gini,”

Tak Lagi Sama [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang