Potret dua orang remaja dengan seragam SMA.

Ia tau siapa siswa itu, itu adalah pamannya, Lan Qiren ketika muda dulu, ada banyak foto muda sang paman di rak buku rumahnya.

Namun perempuan yang beridiri disampingnya, Wangji sama sekali tak mengenalnya.

Wanita yang sangat cantik dengan senyum lebar.

Wangji membalik foto usang itu dan menemukan sebuah tulisan,

'Senyumnya laksana angin di musim semi, menyejukkan hingga ke relung dimana perasaanku bersembunyi dan membisu.'

Wangji tertegun, "apakah dia kekasih paman?" Ia bergumam lirih.

Ia kembali mengingat, semenjak ia tumbuh dibawah asuhan pamannya, tak sekalipun ia mengingat bahwa sang paman pernah mengenalkannya pada sosok perempuan.

Sekalipun, pamannya tak pernah membahas tentang wanita manapun. Kehidupan pamannya terlalu kaku dan hanya berputar pada dirinya, sang kakak dan pekerjaan, tidak lebih.

Lalu, siapa wanita itu?

"Wangji? Kenapa masih disana?" Wangji terkejut ketika sang kakak memanggilnya, "Xiongzhang, aku akan segera turun." Wangji buru-buru mengembalikan foto itu kedalam figura kemudian turun mengikuti kakaknya.

Ia akan mencari tau lagi nanti.

.
.

Duk!

"Lan Er Gongzi! Bisa kau lemparkan bolanya pada kami?" Lan Qiren menatap ke arah lapangan basket yang dilewatinya, ia kemudian menemukan gadis dengan seragam olahraga tengah mengulurkan tangan untuk meminta bola yang baru saja terlempar hingga mengenai kakinya.

Lan Qiren melengos, ia malah menendang bola itu semakin jauh dari lapangan dan kembali melanjutkan perjalanan menuju perpustakaan.

Gadis itu menggeram kecil, ia lalu mengejar Lan Qiren yang kian menjauh.

"Lan Er Gongzi, apa masalahmu? Kenapa kau selalu begini padaku?" Gadis itu, Changse Shanren, menghadang jalan Lan Qiren, ia menyilangkan kedua tangannya dengan raut kesal, tak habis pikir dengan sikap menyebalkan tuan muda kedua Lan ini.

"Kau berisik." Desis Lan Qiren pelan, kakinya kembali melangkah meninggalkan Changse Shanren yang terperangah tidak percaya, "apa katamu? Aku berisik? Alasan macam apa itu? Ha!" Gadis itu berjalan disamping Lan Qiren, ia bahkan sudah tidak peduli lagi dengan bola basket yang menggelinding entah kemana.

"Kenapa kau mengikutiku?" Lan Qiren bertanha risih.

"Siapa yang mengikuti siapa? Kau GR padaku ya?" Changse Shanren menyeringai, namun diabaikan Lan Qiren.

"Membosankan." Gumam Lan Qiren.

Gadis itu memutar bola matanya malas, "kau yyang membosankan, bukan aku."

"Kalau begitu pergi sana! Kau pengganggu."

"Oh tidak, sepertinya aku akan menjadi parasit untukmu." Lan Qiren menggeram, ia menatap tajam Changse Shanren yang tertawa puas melihat ekspresi kesalnya. "Kau tampan saat marah." Ujarnya kemudian,

Chateau de WangxianWhere stories live. Discover now