-02-

2.2K 100 8
                                    

*

"Ma, mama beneran mau jodohin aku?"

"Ck, kamu tuh nggak bosen apa nanya itu terus!" Seru mama Hera kesal.

"Ya lagian aku tuh udah dewasa ma, nggak usahlah main jodoh-jodohin gini." Keluh Hera.

Hera mengikuti kemana pun mamanya pergi. Padahal, yang mama lakukan menyiram bunga dari pot satu ke pot yang lain.

"Mama pusing tau nggak liat kamu ngintilin mama gini!"

Hera tidak peduli. Ia tetap mengikuti mamanya sambil menyerukan penolakan agar tidak dijodohkan. Tapi mama tetap berkeras hati, tidak mendengarkan Hera.

Tapi lama-lama Hera capek sendiri. Ia duduk asal di taman mini milik Mama yang di penuhi bunga yang Hera tidak tahu namanya.

"Hera! Kamu mau mama pukul ya bokongnya! Itu rumput impor mama kamu dudukin astaga!" Jerit mama frustasi.

Hera langsung mengangkat bokongnya dan meloncat ke teras. Menghindari mama yang akan memukul bokongnya dengan sapu lidi.

"Ya ampun ma! Cuma rumput jelek gitu doang disayang-sayang." Kata Hera cuek.

"Apa kamu bilang?! Rumput jelek?! Asal kamu tau ya! Itu mama beli lima belas juta! Kamu main duduk aja. Liat tuh! Rusak kan?!" Mama semakin murka.

Lain dengan mama, Hera malah cekikikan tidak jelas. Ia suka melihat mamanya murka. Hera sengaja menduduki rumput hias mama untuk membalas dendam agar mama juga kesal. Sama seperti Hera yang kesal karena akan dijodohkan.

"Mama tau nggak, hasil riset membuktikan kalau 75% pernikahan gagal karena faktor perjodohan." Kata Hera asal.

Mama mengernyitkan alisnya dalam. "Kamu! Bukannya kamu nikah hasil dari pacaran nggak jelas itu ya? Terus kenapa sekarang cerai?" Tanya mama sengit.

Hera gelagapan. "Ya ya ee. Belum jodoh kalau gitu."

"Lagian riset yang kamu tau itu kan kemungkinannya cuma 75%. Bukan 100%. Orang jaman dulu juga nikah karena dijodohin. Tapi langgeng sampai tua. Nih mama nih contohnya!" Sombong mama.

Hera berdecak, ia memang tidak pernah menang jika melawan mama.

"Kenapa diem? Udah kalah kamu debat sama mama?" Tanya mama telak.

"Mama lagi beruntung. Aku lagi ngalah buat mama."

Mama tertawa. Mengejek kekalahan Hera. "Kamu nggak akan sengsara kalau nurut orang tua. Insting mama tuh nggak pernah salah!"

"Aku mah apa, orang yang nggak punya insting." Cibir Hera.

Mama melotot. "Tuh! Kamu kalau dibilangin ngeyeeeel terus. Perasaan di keluarga kita nggak ada tuh yang kayak kamu."

"Jangan-jangan aku anak pungut." Kata Hera asal.

Tangan mama cekatan memelintir telinga Hera dengan kencang. "Kamu kalau ngomong jangan ngasal!"

"Aduhhh! Sakit ma!" Hera menggosok telinganya yang memerah.

"Sukurin! Tuh karmanya kalau anak ngeyel terus kalau dibilangin!" Mama kembali ke taman, ada beberapa pot bunga yang belum sempat disiram.

"Lagian, cowok mana sih yang mama mau jodohin sama aku!"

"Oh, jadi kamu mulai kepo ya?" Cibir mama.

"Ck, mama tuh ya! Orang cuma nanya." Elak Hera. Padahal ia sungguh penasaran, siapa laki-laki yang dijodohkan dengannya.

"Iya itu berarti kamu udah nerima perjodohan ini secara nggak langsung." Ejek mama sambil tersenyum geli.

Tujuan untuk membuat mama kesal ternyata bukan pilihan yang tepat. Malah menjadi boomerang bagi Hera yang kini malah kesal setengah mati. Memang benar, orang tua tidak boleh dikerjai. Pasti akan kualat.

"Nggak ada ya Hera ngomong gitu! Mama jangan ngada-ngada!" Seru Hera.

"Lah tadi?" Cibir mama untuk kesekian kali.

Hera cemberut. "Hera tuh serius ma!"

Mama menggulung selang, lalu menghampiri Hera yang duduk di teras.

"Beneran kamu mau ketemu orangnya?" Tanya mama.

"Idih, kapan Hera bilang mau ketemu. Orang cuma mau tau aja!" Elak Hera.

"Lama-lama mama nggak tahan juga pingin cabein mulut kamu!" Kesal mama.

"Udah lah, ntar malem juga kamu bakal tau!" Lanjut mama.

Hera yang sedang menertawai mama seketika diam. Karena saat ini matahari sedang kembali ke peraduan. Tinggal beberapa jam lagi, batin Hera. Ia lalu menghela napas dan masuk ke dalam rumah. Menuju kamar Erick mencari ketenangan.

*

Ini sbenernya cerita pertamaku yg aku unpub dan mau revisi. Tapi hpku rusaaaaakk dan aku baru inget ada nulis cerita disini wkwkwk

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 24, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Janda Memang Menggoda [REVISI]Where stories live. Discover now