34 | TITIK TEMU

482 68 14
                                    

- Kalion Ardenio Prakarsa -

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

- Kalion Ardenio Prakarsa -

"Jika komunikasi adalah urat nadi, maka seharusnya kita sudah mati. Sejak aku memutuskan untuk diam, ataupun sejak kamu memilih untuk meninggalkan." -Kirana's note

***

LAPORAN Prakerin harusnya tinggal acc sebelum minggu terakhir Kirana berada di PT. Andalusia Magicsting. Tetapi berkat masuknya ke kantor polisi kemarin, laporannya mendadak ditahan bahkan ia harus mengambilnya ke bagian HRD. Hey, Kirana tidak sedang akan di PHK, kan?

"Nama kamu Kirana Lionel Prakarsa?" Pak Dewanto menatap matanya dengan lebih tajam.

Kirana mengangguk pelan sembari meremat jemarinya, "Iya, Pak."

"Tau apa kesalahanmu kemarin?" Suara Pak Dewanto semakin mengitimidasi.

Kirana kembali mengangguk tanpa berani bersuara. Suhu pendingin ruangan justru kian mencekiknya. Ia ingin cepat-cepat pergi dari sini. Demi apapun, jika kesalahannya dapat ditebus dengan uang, maka Kirana akan merelakan uang-uangnya saja.

"Izin dengan Pak Handoko dan juga Pak Alex, mengatakan bahwa ada Om yang datang dari luar negeri. Ternyata tawuran dan masuk ke kantor polisi?"

Kirana ingin membantah, tapi Pak Dewanto sudah menuturkannya lagi.

"Kamu ini siswa magang di perusahaan kami, Kirana. Artinya apa yang terjadi dengan kamu, berdampak pada perusahaan kami. Sekalipun Prakarsa Group menanam saham sepuluh persen di sini, saya mewakili PT. Andalusia Magicsting tidak bisa memakluminya begitu saja."

Kirana mendongak, "Kalau begitu, apa yang harus saya lakukan, Pak?"

"Laporan Prakerin kamu ditahan, kami juga akan memberikan nilai C sekalipun kinerja kamu sangat bagus."

Kirana mengetatkan rahangnya. Ia murka dengan siapa yang sudah melaporkan dirinya sampai seperti ini.

"Tapi saya nggak akan memenuhi kualifikasi untuk lulus kalo laporan Prakerinnya ditahan, Pak." Kirana berusaha untuk bersuara lagi.

Pak Dewanto mengedikkan bahunya, "Resiko. Bahkan tahun depan, kami tidak akan menerima siswa Prakerin dari SMK Negeri 02 Cendekia lagi."

Mampus! Kirana bersorak dalam hati.

Sekeluarnya dari ruangan HRD, Kirana sudah digadang oleh Kepala Sekolahnya serta pengawas dirinya selama Prakerin. Jadilah Kirana duduk di ruang Kepala Sekolah, dengan Bu Kaila di sampingnya.

"Saat kamu memutuskan untuk mendaftar di sekolah ini, Bapak pikir kamu paham dengan aturan untuk tidak masuk ke geng-geng itu, Kirana. Tapi ternyata kamu justru menjadi ketua gengnya." Pak Arian menatapnya dengan lebih tajam.

Kirana menunduk takut, "Sebenernya, itu bukan geng, Pak. Tapi komunitas remaja yang resmi untuk saling menyemangati dalam ajang balap."

"Saya tidak ingin mendengar alasan kamu. Pembelaan." Pak Arian mencibir.

AKUNTAN(geng)SI [COMPLETED]Where stories live. Discover now