14. Ternyata Dia

6K 897 464
                                    

BAGIAN EMPAT BELAS

Hai aku update lagi.

Yok banyakin komen dan like, sekalian kalau berkenan bantu untuk infoin ke yang lain kalau cerita Taksa Rasa akhirnya lanjut lagi.

Follow juga ya instagam-ku : Bellazmr dan Senandirasa

AYO SPAM KOMEN DI SETIAP BARIS

__

"Akhirnya aku sampai pada titik di mana saat melihat kamu, aku tidak ingin lagi kembali"-Tania Revania

"Gak ada bagian paling sedih di dalam hidup, selain mengasihani diri sendiri"-Ravelio Erick

___

Gedung rektorat Universitas Indonesia merupakan spot favorit para wisudawan-wisudawati mengambil gambar setelah berhasil menyelesaikan pendidikannya di kampus kuning tersebut. Tak terkecuali Berlin yang sejak dari tadi heboh diatur posenya oleh dua sahabatnya.

"Itu Lin, toganya agak dilepas gitu, pura-pura dilempar," suruh Tania. Perempuan itu ikut-ikutan menatap layar kamera dimana fotograper yang sengaja seharian ini mereka booking sedang berusaha mengambil gambar Berlin.

"Jangan kaku," lanjut Sari. Di hari wisuda Berlin, dia dan Tania sepakat memakai batik seragam. Sekalian mereka bertiga juga mengambil foto, meskipun hanya Berlin yang pakai toga.

Tania tertawa melihat Berlin yang memang tidak terbiasa bergaya di depan kamera harus rela seharian ini diatur-atur oleh Tania dan Sari.

"Pegang ijazah juga dong," Sari berkomentar, "Harus bangga sudah jadi S. Ked."

Tania menyodorkan segera karena tadi ijazah dan beberapa buket bunga yang Berlin peroleh dia bawa. Saat mendekat ke arah Berlin, Tania secara sengaja menjahili perempuan itu.

"Habis sarjana seharusnya nikah gak sih sama Bang Gerhana," ledeknya.

"Hus mulutnya."

Tania terkekeh geli, sejak dulu dia memang hobi sekali meledek Berlin terkait kisah cinta perempuan itu dengan salah satu seniornya. Yah meskipun sekarang tinggal cerita saja, tapi siapa yang akan tahu dengan apa yang terjadi di hari besok. Ya nggak?

Tania dan Sari terus saja mengajari Berlin untuk berpose hingga tiba-tiba suara yang memanggil nama Tania membuat mereka semua menoleh.

"Ania?"

Tania kaget, namun seharusnya dia sudah memperhitungkan dengan kemungkinan ini.

"Om... Tante," Dengan sopan Tania mencium tangan sepasang suami istri itu. Sedangkan Sari dan Berlin hanya mengangguk ramah dan ikut menyapa.

Berlin mendekati Sari, "Siapa tuh?"

Mendengar bisik-bisik kedua temannya, Tania memilih untuk pergi.

"Berdua aja Om Tante?"

"Iya, kan Raksa gak punya adek," kekeh wanita yang merupakan Tante Clara, hari ini ibu dari Raksa itu terlihat sangat cantik dengan kebaya berwarna marun, kain bawahannya tampak seragam dengan yang dikenakan oleh Om Setyo. Keluarga yang sangat harmonis.

"Oh, mak bapaknya Mahen," Sari berbisik menahan cengiran. Begitu juga dengan Berlin yang tampak memberi kerlingan pada Tania. Sahabatnya itu terlihat gugup.

"Ayo An, foto sama Raksa dulu," ajak Om Setyo.

Tania menoleh pada kedua sahabatnya.

Memahami itu Om Setyo terkekeh, "Pinjam dulu ya calon mantu ini."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 25 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Taksa RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang