37🥀

115 7 0
                                    

"Yah, makanannya sudah siap. Makan yuk!" teriak sang gadis dari arah dapur. Membuat buyar obrolan serius antara ayah dan calon menantunya itu.

"Iya sebentar!" Pak Akhmad balik meneriaki. "Ayo Nak, kita makan sama-sama," ajaknya. Gua Reyhan hanya menganguk menanggapi.

Lalu turut mengekori langkah calon mertuanya menuju ruang makan. Kedua lelaki itu melangkah dengan langkah tegap nan gagahnya. Menuju tempat makan, untuk menyantap masakan buatan sang gadis.

Dimeja makan kayu berlapis kaca itu. Begitu banyak hidangan hangat yang tersaji diatas piring, bahkan asap tipis itu masih tampak mengepul disana. Bau yang menguar dari masakan-masakan itu pun turut menghujam penciumannya.

Sahira dan Gus Reyhan duduk berhadapan. Sedang Pak Akhmad memilih untuk duduk di satu kursi di ujung meja. Membuat kedua pasang tunangan itu sedikit malu-malu karena duduk berhadapan. Tak jarang netra keduanya juga sering bertemu.

"Ayah, mau pakai apa?" Sahira mulai bertanya, setelah meletakan nasi pada piring kedua lelaki itu.

"Pakai sayur, sama ayamnya saja." Setelah mendengar penuturan ayahnya gadis dengan manik hitam itu segera mengambil sayur sop dan ayam goreng yang sudah ia siapkan.

"Njenengan, mau makan apa, Gus?" Kini, pertanyaan itu beralih pada pemuda tampan yang duduk dihadapannya, dengan mata yang tak luput dari memandang wajah sang gadis.

"A-apa, saja!" serunya terbata. Sebenarnya bukan menatap sahira, terlebih ia sedang melamun saat itu. Jadi, ketika Sahira menanyainya ia merasa sedikit kaget.

Mendengar yang diucapkan sang pemuda. Tangan mungil gadis itu meraih beberapa masakan, lalu memasukannya ke dalam piring Gus Reyhan. Semoga Gus Reyhan menyukai masakannya. Walaupun hanya sebatas masakan sederhana.

"Terimakasih..." serunya lagi setelah mendapati piringnya sudah terisi penuh oleh berbagai macam lauk pauk. Pada Sahira. Gadis yang kala itu mengenakan kerudung merah mudanya mengangguk dengan sedikit senyum tipis, namun masih meninggalkan cekungan disalah satu sisi pipinya.

Mereka bertiga pun sama-sama menyantap makanannya dalam hening. Sebelumnya tak lupa doa turut mengiringi.

••••••••••••••••••••

"Kalau begitu saya pamit ya, Pak!"

"Lain kali mampir lagi, yang lama. Jangan kaya begini cuma sebentar." Pria paruh baya itu mengeluh, mengiring calon menantunya menuju mobil yang terparkir di halaman rumahnya.

Sat ini waktu menunjukan pukul 16.20. Setelah makan bersama dan salat Ashar berjamaah, Gus Reyhan akhirnya memutuskan untuk pamit pulang.

Tidak baik jika berlama-lama disana. Lagi pula niatnya kerumah Pak Akhmad hanya sekedar berkunjung sebentar. Dan tentunya, untuk melihat keadaan sang calon istri.

"Saya duluan, assalamualaikum!" ucapnya pada Sahira lalu masuk ke dalam mobil mewahnya itu. Sahira hanya mengangguk.

Sejurus kemudian mobil itu perlahan meninggalkan kediaman Pak Akhmad. Gadis berhijab merah muda itu hanya bisa melihat sekilas bayangan jejak sang calon suami. Yang kini, perlahan-lahan tak lagi tampak dimatanya.

"Ayo masuk!" ajak Pak Akhmad. Gadis yang masih terpaku menatap kepergian mobil hitam itu pun tersadar dari lamunannya. Lalu turut mengekori ayahnya yang kini berjalan memasuki rumah megahnya.

"Rara ke kamar dulu ya, Yah!" pamit sang gadis setelah menjejakkan kakinya di ruang keluarga. Tanpa menunggu persetujuan sang ayah gadis itu segera melenggang menuju kamarnya.

[REVISI] Cinta Di Atas Sajadah Kde žijí příběhy. Začni objevovat