62

24.9K 1.8K 91
                                    

"Pagi calon istri." Dyba tersenyum sambil merenggangkan badannya.

"Pagi. Kok kamu udah di sini aja?"

Sam tersenyum, ia mengelus pipi Dyba dengan hangat. Pagi ini ia sudah berada di rumah Dyba.

"Mau lihat calon makmum. Ternyata jam segini masih ngebo."

Dyba menyengir. "Aku lagi datang bulan makannya bangun jam segini."

Sam tersenyum, tangannya masih setia mengelus pipi Dyba dengan sayang. "Iya, gak papa. Kalau lagi shalat jangan lupa aja shalat subuhnya."

"Siap kapten!"

Dyba salah tingkah, tatapan Sam menyelami tatapannya terlalu dalam. Mata coklat itu seakan memancarkan binar-binar kebahagian di dalamnya. Pipinya memerah saat membalas tatapan mata itu.

"Pipinya kenapa merah, hmm? Malu?"

Dyba menaikkan selimut warna coklat muda itu untuk menutup pipinya yang memerah.

"Kamu natapnya biasa aja, kan aku jadi malu!"

Sam terkekeh, ia membuka selimut Dyba sedikit untuk mengintip gadisnya itu. "Tunangannya Sam malu nih ya."

"Sam kamu berisik ih!" Dyba menaikkan selimutnya sampai selimut itu benar-benar membungkus tubuhnya.

Tawa Sam keluar mendengar teriakan itu. Ia menarik-narik selimut itu, tetapi Dyba menahannya. "Buka, aku mau liat wajah kamu."

"Gak usah, aku jelek, belum mandi!"

"Yang bilang kamu jelek sini biar ku tonjok, masa bidadari kayak gini dibilang jelek."

"Gak usah gombal, aku masih malu!"

Tawa Sam semakin keras saat mendengar itu. "Dyba sayang, buka selimutnya."

Dyba dengan perlahan menurunkan selimutnya, hanya terlihat matanya. Ia menatap Sam dengan polos sambil mengerjap-ngerjapkan matanya.

Sam yang melihat itu mencubit pipi Dyba yang masih tertutupi selimut dengan gemas. "Muka kamu imut banget."

Wajah Dyba semakin merah, entah kenapa setelah statusnya dari pacar menjadi tunangan Sam ia menjadi lebih malu terhadap cowok di depannya ini. Padahal ini masih tunangan, entah bagaimana nanti kalau ia menjadi istri Sam.

"Maaf ya aku belum bawa mama papa ke sini untuk ngelamar kamu secara resmi. Mama sama papa masih di Australia. Mungkin, aku bakalan lamar kamu secara resmi nanti sekalian kalau aku udah lulus kuliah. Atau gak usah ada lamaran resmi kita langsung ke KUA aja?"

Dyba membuka selimutnya sampai wajahnya terlihat semua. "Aku terserah kamu aja."

"Berarti kalau aku ajak ke KUA sekarang mau?" kata Sam sambil tersenyum jahil.

"Bawa aku bang, aku ikhlas."

Sam tertawa mendengar itu. "Suara kamu bukannya imut malah buat aku jijik."

Dyba pun terkekeh mendengar itu. "Bercanda, aku aja yang ngomong gitu jijik sendiri."

Sam menarik tangan Dyba. "Bangun, mandi sana. Ada ilernya tuh."

Mata Dyba membulat, ia dengan kasar mengusap ujung bibirnya. Tawa Sam menggema lagi saat melihat kelakuan gadisnya itu.

Dyba yang mendengar tawa itu memicing. "Kamu bohong kan? Ih, aku gak ileran!"

"Habisnya kamu kebo sih jam segini belum mandi. Udah mandi sana, aku tungguin atau mau aku mandiin?"

"Bacot!"

Possessive Samudera [Selesai] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang