Chapter. IX

48 6 0
                                    

Catatan: Fanfiksi ini terinspirasi dari film Crimson Peak (2015). I'd suggest you to watch it!

Tokoh-tokoh yang aku gunakan adalah Erik Lehnsherr/Magneto, Charles Xavier/Professor X dan Raven Darkholme/Mystique dari franchise X-Men trilogy prekuel-nya Fox. Iya tau. Saya lambat banget.

I hope you enjoy this story!

--------

Erik terbangun saat merasa dirinya berbaring di atas kasur yang empuk. Kasurnya sendiri. Entah siapa yang memindahkannya, Erik tidak bisa mengingatnya lagi. Dia juga belum benar-benar terbangun, karena kepalanya masih terasa berat dan sakit, jadi Erik memutuskan untuk kembali tidur saja. Dia menyadari ada sebuah tangan kecil di atas dadanya. Tangan kiri yang memiliki cincin kawin berwarna emas di jari manisnya. Erik merapatkan tubuhnya pada Raven yang memeluknya.

"Erik...?" terdengar suara lembut. "Kau sudah bangun? Mau ku buatkan teh?"

Erik memejamkan matanya, "Tidak perlu. Aku ingin tidur saja."

Suasana sepi dan kehangatan tubuh Raven di dalam pelukannya sepertinya bekerja untuk meredakan rasa sakit di kepalanya. Lama kelamaan Erik bisa merasakan dia bernapas semakin teratur.

"Erik... apa kau mau tinggal di sini selamanya?"

Erik hanya menjawab dengan menggumam. Dia sedang tidak ingin berpikir.

"Kau sepertinya tidak bahagia di sini, Erik."

"Aku bahagia dimana pun ada kau di sisiku, Raven."

Tidak ada jawaban selama beberapa detik.

"Kalau begitu kau harus tinggal di sini bersamaku selamanya."

"Kau ingin aku melakukan apa, Raven?"

Erik tahu dia semakin dan semakin mengantuk. Dia juga tahu Raven menyentuh pipinya dengan tangan kirinya. Kemudian bibirnya bersentuhan dengan bibir Erik. Hanya menempel dan sebentar saja. Raven menatapnya dari atas, rambut pirangnya yang terurai bebas terjatuh ke atas leher dan dada Erik.

"Tinggalkan kehidupanmu di Amerika Serikat, Erik. Kita bangun keluarga kita di sini."

Erik tidak menemukan kilat keemasan dari mata Raven.

-----

Erik terbangun ketika dia merasakan sinar matahari menimpa tubuhnya. Di musim dingin seperti ini, matahari akan tinggi ketika hari sudah sangat siang. Erik melihat ke arah jam, dan jarum jam memang sudah menunjukkan pukul 12 siang. Erik mengerang pelan saat dia bangun. Sungguh jarang sekali dia bangun sesiang itu. Tidak peduli apa musimnya, atau apakah langit masih gelap atau terang, Erik biasanya selalu bangun pagi-pagi, saat jarum jam masih menunjukkan pukul 7. Erik juga menyadari lagi-lagi dia terbangun sendiri, tanpa ada Raven di sana.

Setelah membersihkan dirinya sendiri dan berpakaian, Erik mengelilingi rumah itu, berniat untuk mencari para penghuni rumah. Setelah memasuki musim dingin, rumah itu semakin terasa sepi dan hening. Saat melewati sebuah ruangan, Erik memasuki ruangan itu terlebih dahulu. Dahulu itu adalah ruang kerja kepala rumah tangga Xavier, dan kini Erik-lah yang menggunakannya, selaku kepala rumah tangga baru. Erik ingin menulis surat, untuk memberitahu pengacaranya untuk menutup toko pakaian ibunya dan mencairkan semua harta miliknya dan ibunya. Dia juga menuliskan permohonan untuk mengundurkan diri dari bank tempatnya bekerja. Erik menuliskannya dengan cepat, tanpa berpikir dua kali. Dia juga mengambil kertas lain, untuk menuliskan surat untuk temannya, Emma Frost. Erik baru menyadari dia belum pernah mengirimkan surat untuknya selama hampir lima bulan. Erik hanya menuliskan hal-hal yang umum seperti kabar, kemudian memberitahu alasannya untuk tinggal secara permanen di Inggris, serta menuliskan undangan bagi Emma, bahwa dia akan selalu diterima jika berkunjung atau sekedar mengirim surat. Untuk Emma, Erik tidak ingin benar-benar memutuskan hubungan dengan temannya itu.

Crimson PeakWhere stories live. Discover now