Chapter. III

68 9 0
                                    

Catatan: Fanfiksi ini terinspirasi dari film Crimson Peak (2015). I'd suggest you to watch it!

Tokoh-tokoh yang aku gunakan adalah Erik Lehnsherr/Magneto, Charles Xavier/Professor X dan Raven Darkholme/Mystique dari franchise X-Men trilogy prekuel-nya Fox. Iya tau. Saya lambat banget.

I hope you enjoy this story!

--------

Kini sudah lewat beberapa hari setelah pesta debut. Di malam pesta debut itu, setelah berdansa, Erik membawa Raven berjalan-jalan sebentar di sekitar rumah dan kemudian mengajaknya bertemu lagi keesokan harinya. Raven mengiyakan dengan senyuman manis. Tapi tentu mereka tidak bertemu berdua saja, Charles tentu ikut setiap kali mereka bertemu, bertindak sebagai chaperone, atau pendamping bagi Raven. Raven adalah seorang gadis kalangan atas yang terhormat, jadi tentu saja dia tidak akan bertemu dengan seorang pria sendirian.

Charles adalah kakak yang baik, Erik bisa melihat itu. Setiap kali dia membawa Raven berjalan-jalan di taman, atau minum teh di kafe, Erik selalu bisa merasakan tatapan Charles setajam elang selagi mengawasi mereka.

Raven sendiri, menurut Erik adalah gadis cantik dengan pembawaan yang baik. Erik tahu gadis-gadis seperti Raven memang dibesarkan seperti itu, dan Raven sepertinya lulus dengan nilai A. Dia selalu mendengarkan Erik dengan baik, memiliki senyum dan tawa yang secerah matahari, dan memiliki intelektualitas yang tinggi. Tetapi Semanis-manisnya Raven, dia tidak takut terlibat debat dengan Erik, juga memiliki bahasa sarkasmenya sendiri.

Tidak sepertinya namanya, Raven adalah sosok keemasan.

Saat itu mereka sedang duduk menikmati piknik sore hari setelah Erik bekerja. Sambil mengobrol, Erik mengelus tangan Raven yang lembut.

"Aku tahu, kamu suka tangan wanita yang bekerja kan?" kata Raven, memandang tangan Erik. "Aku dengar soal ibumu. Wanita yang luar biasa."

"Aku tahu perjuangan ibuku," kata Erik. "Meskipun begitu, yang aku harapkan adalah aku bisa menafkahi istriku dengan baik, sehingga dia tidak perlu memusingkan soal pekerjaan."

"Tapi kadang wanita bekerja untuk menantang dan memperluas wawasannya."

"Apa pun yang diinginkan oleh kekasihku, akan ku dukung. Apakah dia ingin jadi juru ketik, sekretaris, penyanyi atau hanya bermalas-malasan di sofa," Erik mencium tangan Raven, kemudian Erik menatap mata emas Raven.

"Kamu tidak apa-apa kalau punya istri yang seperti seekor sapi?" Raven tertawa. Sebelum Erik sempat menjawab, tiba-tiba Raven melanjutkan,"tapi bagaimana kalau gadis yang ingin kamu nikahi itu tidak punya mas kawin?" tanya Raven, air mukanya mendadak serius.

Melihat perubahan di wajah Raven itu, Erik membalas menatap lurus ke mata gadis itu. "Wanita itu bukan sekedar mas kawinnya."

Erik dan Raven sama-sama saling menatap lama satu sama lain. Erik tidak melepaskan pandangannya sama sekali, karena dia serius soal yang dia katakan. Dia ingin Raven tahu soal itu. Sekitar beberapa detik kemudian, tawa Raven pecah. Erik menarik napas panjang tanpa sadar.

"Yah, laki-laki yang sudah kaya sepertimu akan berpikir begitu," kata Raven.

Erik ikut tersenyum. "Jangan pikir aku tidak serius, Raven."

------

Ketika hari sudah menjelang sore, Erik harus pamit dari acara piknik itu karena dia diundang untuk menemui Emma. Raven menatap Erik yang menghilang di ujung jalan, lalu mengalihkan perhatiannya pada Charles yang duduk tidak jauh dari mereka, meminum teh dengan tenang. Raven beranjak tanpa bersuara dan kemudian duduk di depan Charles.

Crimson PeakWhere stories live. Discover now