10. [Ceritakan yang sebenarnya]

2.2K 411 47
                                    

maaci yang udah nyimpen work abal abal ini di library kalian


Mereka menghabiskan waktu 3 jam lebih untuk mengitari satu mall. Hingga disinilah tujuan istirahat mereka, sebuah kafe aesthetic yang tak berada jauh dari mall tersebut. Karena menurut Chenle, musim sekarang itu lumayan dingin, mungkin secangkir kopi atau coklat panas bisa menghangatkan tubuh mereka.

Seperti sekarang ini, secangkir americano dan hot chocolate telah siap tersedia di meja sudut kafe berdekatan dengan jendela yang telah mereka tempati. Ditemani pancake madu dan macaroon warna wani kesukaan Chenle.

Mata Chenle fokus memperhatikan Jisung yang tengah meneguk americano-nya.

"Ewhh.."

"Kenapa?"

"Apa gak pahit tu americano-nya? gimana kamu bisa santai gitu minumnya gak kepahitan sama sekali?"

"Hm? kata siapa? ini manis kok!"

"Bohong banget, aku tau americano itu pahit!"

"Ini manis kok, buktinya gulanya ada di depan aku sekarang..." kardus kotak ala bapak Park. Reflek Chenle mundurin kursinya.

"Bodoamat sung! aku gak denger, aku pake kacamata!" Chenle menutupi pipinya yang pastinya memerah itu dengan kedua tanganya. Tapi emang bener si Chenle lagi pake kacamata sebiji sama Jisung , hasil beli tadi.

"Hehe..gak kok! lidah aku emang toleransi banyak sama kopi pahit, jadi ya.. udah biasa aja."

"Jangan kebanyakan minum kopi, gak baik. Atau jangan jangan waktu kamu bayi bunda kamu gak kasih susu malah kasih kopi pahit ya?"

"Eehh..sembarangan, enggaklah.. aku sekedar suka, gak bakal candu kok. Palingan juga candu natap kamu lama.." Kardus kotak Jisung pt.2 sambil naik turunin alis dah kek om om pedo.

"Sung, coklat aku masih panas, mau aku siram gak ke wajah kamu nggak?"

"Eh! Jangan dong, iya iya maaf.. Nih mau nyoba dikit?"

"Nggak, nggak! makasih banyak!" gimana enggak? Chenle tu kurang suka sama yang namanya kopi, apalagi kopi pahit, ewewwh deh pokoknya. Paling minimal juga latte, moccahino, sama caramel macciato doang. Yang lain mah angkat tangan aja Chenle. Karena Chenle tu bucin akut sesuatu yang berbau coklat coklat, ya kayak coklat panas sama kue coklatnya mama contohnya. Soalnya mama Chenle tu hampir tiap hari bikin kue coklat bertoples toples, bukan buat jualan si (holkay buat apa jualan? ciailahh..) tapi buat persediaan cemilan dirumah, karena beliau tau Chenle tu anaknya gampang laperan (kek gw misalnya).

"Jisung!"

"Hm?" Jisung masih fokus ke layar ponselnya memanfaatkan wifi kafe ceunah. Lucknut emang.

"Ihh, serius pengen ngomong.." Chenle udah rebut hp Jisung duluan dari tangannya.

"Eh, hp aku! IYAA IYAA AKU DENGERIN." Jisung tu sabar aja ngadepin Chenle.

"Hmmm..cerita sesuatu..yang mungkin.. sulit kamu percaya, dan aku cerita ini karena emang udah saatnya aku nyeritain ini ke kamu" Raut wajah Chenle udah mulai serius.

"Sulit dipercaya? apa itu?"

"Sebelumnya, Lele mau tanya sesuatu ke kamu." si lumba kalo udah ngelembut mah nyebut namanya ndiri, ututuu..uwu:3

"Ya?"

"Apa kamu percaya hantu itu ada?"






H I D D E N || Jichen [Completed]✅Место, где живут истории. Откройте их для себя