Tiga

16 0 0
                                    

Adit menerawang ke seluruh bagian ruangan paling luas di rumah sakit. Mencari sosok perempuan berambut hitam pekat sebahu yang meninggalkannya di kantin, diantara seluruh Ko-Ass yang hampir memenuhi ruangan dengan jas putihnya. Matanya menangkap sosok itu tepat di baris kedua bagian pojok kanan. Seorang perempuan yang sedang duduk sendirian dengan pandangan kosong sambil memeluk tasnya.

"Nih makan dulu"

Adit menyodorkan sebuah kantong plastik hitam kepada Reina.

Reina melirik kearah Adit lalu memandangi kantong plastik hitam itu.

"Lo belom sarapan, makan ini, nanti lo sakit lagi!"

Perintah Adit yang meminta Reina untuk tetap memperhatikan kesehatannya. Kesehatan Reina menjadi perhatian utama Adit sejak Reina pernah dirawat di rumah sakit selama satu bulan, karena penyakit tifusnya.

"Ma-kan!"

Dimas mengambil tangan kanan Reina dan menggenggamkan plastik hitam yang dibawanya.

Reina masih saja diam dan tidak menanggapi Adit.

"Rein, udah dong marahnya"

Pinta Adit sambil memelas

Reina memandangi sahabatnya. Kemudian Adit membalas tatapan Reina dengan wajah tanpa rasa bersalah.

"Basi ah,!" Reina memalingkan wajahnya sambil menarik kantong plastik ditangan Adit.

"Gapapa deh lo ngambek, yang penting lo makan!"

Reina tidak menghiraukan ucapan Adit, ia fokus dengan isi kantung plastik itu. Didalamnya terdapat dua potong bakpau coklat kesukaan Reina.

Tanpa ragu Reina mulai menyuapi dirinya dengan bakpau coklat yang dibelikan Adit. Adit tau bakpau coklat adalah snack favorit Reina.

"Tumben banget lo sensitive"

Adit membuka pembicaraan kembali

Reina menatap Adit tidak mengerti,

"Katanya lu udah move on, harusnya omongan nyokap lo bukan masalah besar lagi buat lo!"

"Diem ah, gausah bawel!"

balas Reina ketus

"Kalo gitu, itu artinya lo belom move on!"

Lanjut Adit

Reina menghentikan suapannya. Nafsu makannya hilang kembali. Ia menoleh menghadap Adit.

"Enggak usah sok tau!"

balas Reina

"Gue emang tau elo!"

Jawab Adit

"Gue cuman mau cerita doang, bukan buat dikomentarin. Kalo mau komentar gausah! Komentar nyokap gue, masih nancep di kepala gue!"

Jelas Reina sambil menaikkan nada bicaranya.

"Tapi Rein, Gue cuman mau lo bahagia!"

Adit membalas tatapan Reina yang seketika terdiam dan tidak merespon perkataan Adit.

Mendengar ucapan Adit, Reina hanya bisa diam dan tidak membalas Adit. Memang, Adit adalah sahabat laki laki Reina yang paling mengerti Reina. Meskipun ia seorang laki laki, tapi kemampuan kuping baja untuk mendengarkan setiap cerita Reina tidak perlu diragukan lagi. Adit selalu tau keadaan Reina meskipun Reina tidak bercerita kepadanya. Bahkan ia juga tahu perasaan yang Reina rasakan, entah disaat senang, ataupun sedih. Meskipun tidak jarang omongan Adit menyakiti perasaan Reina, tapi itulah yang membuat Reina sadar akan kenyataan, dan tidak selalu terjebak dalam bayang bayang ataupun harapan semu.

Adit yang mengenal Reina, ia tahu, Dimas adalah cinta pertamanya. Kebahagiaan yang tersirat, terlihat ketika ia akhirnya jatuh cinta pada Dimas. Namun sayangnya, kebahagiannya tiba tiba musnah dan menghilang.

Sekarang, jangankan untuk bahagia, untuk move on dari masa lalunya saja rasanya Reina kesulitan. Sebagai sahabatnya, ia merasa perlu membantu Reina. Ia ingin Reina menemukan kembali kebahagiaannya meskipun bukan dengan cinta pertamanya.

"Woy, seru amat main pelototannya!"

Suara Diandra mengalihkan pandangan semu diantara keduanya.

"Misi misi, gue ditengah ya"

Diandra berjalan melewati Reina dan mengambil tempat duduk yang ada disebelah Reina dan Adit.

"Ganggu aja lo Di!" komen Adit yang merasa terganggu oleh kehadiran Diandra.

SEBUAH KESEMPATANWhere stories live. Discover now