Bryan

918 173 10
                                    

Bianka menutup pintu instalasi farmasi dan berbalik untuk mendapati Jeno yang tengah terduduk dikursi tunggu pasien. Bianka berlari kecil kearah Jeno.

"Lama ya? Maaf ya,"

Jeno menggeleng, ia dengan cekatan mengambil alih jaket Bianka dan juga tasnya.

"Jen, nggak papa nganter pulang? Bunda lo gimana?" tanya Bianka. Iya, sudah 4 hari ini nyonya Lee terbaring di bangsal rawat inap. Jeno menggeleng, "ada kakak, lagipula udah malem banget," Jeno membenarkan jaket kulitnya. "Yuk?"

Bianka mengangguk kecil dan mengikuti langkah Jeno.

Jeno menghidupkan mesin mobil, sedangkan Bianka memasang safety beltnya.

"Jeno,"

"Hm?"

Bianka terlihat berpikir kembali, lalu perempuan itu menggeleng,"nggak, kayaknya nggak pantes diomongin kalau keadaannya lagi kayak gini,"

Jeno mengerutkan dahinya, "kenapa?"

Bianka menggeleng, "udah, besok aja ya?"

Jeno memutar sedikit badannya untuk dapat memandang Bianka dengan jelas. "Sekarang jam 10, jangan bikin gue mati penasaran, ada apa?"

Bianka menggigit bibirnya.

"Angela tau nomerku,"

Jeno terlihat kaget, "darimana?"

Bianka menggeleng, Jeno membenarkan posisinya agar dapat menghadap Bianka dengan leluasa. "Dia ngapain?"

Bianka menggeleng, "ya... begitu, ya nggak perlu lah–"

"Bi bisa ngga sih ngomongnya tuh yang jelas?"

Bianka memandang Jeno dengan pandangan bertanya, "kok lo malah jadi yang emosi?"

Jeno menyisir rambutnya dan menghela napas dengan berat. "Dia ngapain Bi?"

"Jeno–"

"Tapi dia nggak ngomong yang aneh-aneh kan?"

"Dia minta gue putusin lo," ujar Bianka.

"Terus? Lo iyain?"

Bianka mengernyit, "ya nggak lah aneh banget lo?"

Jeno terkekeh, "kali aja lo iyain, since lo udah tau gue ga sehebat yang orang-orang pikir," Jeno kembali menghadap kedepan dan menyenderkan dirinya pada kursi mobil.

"Arjeno, yang kalo nggak kuat, pasti nangis," Jeno tersenyum miris sebelum menutup matanya dan mendongak kelangit-langit mobil.

"Sejak kapan laki-laki nggak boleh nangis?"

Jeno membuka matanya kembali dan menoleh memandang Bianka. Bianka membalas tatapan Jeno dengan pandangan penuh tanya. "Laki-laki kan juga manusia, ya nggak masalah lah nangis... Lagipula lo nangis didepan gue, nggak bakalan ada yang tahu selain gue, jadi jangan mikir gitu ih?"

Jeno masih setia memandang Bianka sebelum akhirnya ia tersenyun kecil.

"Thanks..."

***

Jeno bersiap menduduki motor sport miliknya saat ia melihat sosok Angela yang berlari kearahnya, lebih tepatnya kearah parkiran motor fakultas.

"Apa?" tanya Jeno jengah, menaruh helm miliknya dipangkuan. Angela memandang Jeno dengan tatapan memohon, "Jen, anterin gue jenguk nyokap lo ya?"

Jeno mengernyit.

"Udah 5 hari lo baru jenguk nyokap gue?"

Sedangkan Bianka sudah ada dari awal. Selain ia merupakan apoteker di rumah sakit tersebut namun Bianka benar-benar sopan kepada nyonya Lee.

FICTIOUS LOVE • LEE JENOWhere stories live. Discover now