Cantik

1K 207 19
                                    

Jeno membuka pintu mobilnya, bersamaan dengan ayahnya yang baru saja keluar dari rumah.

"Mau kemana kamu?" tanya tuan Lee, Jeno menghela napas. "Jemput Bianka,"

Tuan Lee memandang Jeno.

"Kenapa?" tanya Jeno sembari memeras kain pembersih mobilnya.

"Kenapa kamu tiba-tiba bisa deket sama perempuan kayak gitu?" tanya Tuan Lee.

"Perempuan kayak gitu maksud ayah apa?" Jeno mengelap kaca depan mobil miliknya.

"Ya maksud ayah kamu tiba-tiba deket sama perempuan," Tuan Lee masih setia berdiri dengan jarak satu meter dari Jeno.

"Gimana sih ayah sama ibu ini... Jeno sendiri, ditanyain terus, giliran Jeno dapet pasangan, dikira aneh?" Jeno membalik badan sembari memasukan kain miliknya kedalam tempat yang seharusnya.

"Ya nggak masalah, tapi ini mendadak banget," Tuan Lee masih bertahan dengan kecurigaannya.

"Emangnya untuk berkomitmen itu butuh waktu lama? Nggak kan? Jeno juga udah dewasa yah, tahun ini lulus, terus nerusin kerja di kantor, kapan lagi Jeno punya waktu buat nyari pasangan?"

Tuan Lee menghela napas, ia lalu berbalik dan berjalan kembali memasuki rumah.

Jeno memandang punggung ayahnya itu dalam diam.

***

"Lo nggak papa?" tanya Bianka, Jeno menggeleng.

"Ayah gue curiga," ujar Jeno sembari mengaduk jus alpukatnya. "Dia emang peka banget sih masalah beginian, ibu malah nggak peka dan marah-marah,"

Bianka ikut menyender disebelah Jeno, menyimak segala ucapan pria muda itu.

"Dulu gue yang bilang jangan sampai ketauan keluarga, tapi kayaknya gue juga yang ingkar janji," Jeno tertawa miris.

"Nggak kok Jen," Bianka menepuk lengan Jeno. "Ini baru awal, masa kita udah angkat tangan gitu aja?" ujar Bianka lembut.

"Orang tua gue kira gue bohongan, padahal gue serius," Jeno memijat pelipisnya. "Ya walaupun ini hubungan palsu tapi gue beneran serius ngejalaninnya, lo ngerti maksud gue kan?"

Bianka mengangguk, kalau dipikir-pikir memang masalah Jeno lebih ribet ketimbang dirinya yang cuman mengambil kesempatan ini untuk kabur dari pertanyaan keluarga besar dan beban orang tua.

"Maaf ya Bi, kayaknya bakalan rumit, kayak dicerita-cerita sinetron itu lho,"

Bianka seketika tertawa keras, hingga ia mengeluarkan airmata. Jeno yang tadinya cemberut akhirnya ikut tersenyum kecil melihat tawa Bianka.

"Yaampun, haduh," Bianka menyeka airmata yang keluar diujung kedua matanya. "Jen, gue akuin lo lucu," Bianka masih berusaha meredakan tawanya, ia lalu menghadap kearah Jeno.

"Kita pasti bisa," Bianka mengepalkan tangannya. Jeno tersenyum kecil, lalu ia mengusap kepala Bianka.

"Lo lebih tua tapi kenapa gemesin banget sih," ujar Jeno membuat Bianka terkekeh. "Gue awet muda lah,"

***

Bianka menoleh kekanan dan kekiri. Sudah 30 menit namun Jeno belum hadir.

Iya, Bianka meminta Jeno untuk dapat menjemputnya di rumah sakit tempat ia bekerja sebagai apoteker.

"Nyariin?"

Bianka memekik tertahan saat hembusan napas seseorang hadir tepat ditelinganya.

"Jeno!" Bianka memegangi dadanya, "gue kaget!"

FICTIOUS LOVE • LEE JENOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang