part 5

108 14 0
                                    


Part : 5

NARATOR

SEMUA ADA WAKTUNYA

=====================

Dengan langkah gontai, Amran menghampiri jasad Emak. Aira terus menangis terisak-isak, tangan nya sibuk menghapus linangan air matanya. Sementara Fatimah hanya menangis terdiam, sambil sesekali terisak Isak.

Fatimah kemudian merapihkan posisi jenazah Emak, layaknya jenazah pada umum nya, seperti sedang menjalankan ibadah sholat.

Bersimpuh Amran di samping jenazah Emak.
Raut wajahnya menggambarkan penyesalan yang mendalam, kelopak matanya sudah tidak mampu lagi membendung air mata penyesalan. Di perhatikan nya Wajah Emak dalam-dalam.
Di pandanginya Wajah wanita yang telah melahirkan nya, merawatnya, membesarkan nya, menyekolahkan nya, tanpa pernah meminta balasan apapun terhadap nya. Justru dia balas jasa seorang ibu dengan mencampak'kan nya di jalan.

"Mak" sambil di usap nya kening Emak.
Air matanya sudah membasahi pipi nya, suaranya terdengar parau,terisak Isak tangis nya

"Tidak maukah Emak mendengar permintaan maaf Amran mak?" terdengar bergetar suaranya.

"Tidak maukah Emak memberikan maaf pada Amran makk...." semakin terisak-isak tangis nya.

"Amran menyesal Mak...bangun Makk....putra durhaka mu ini, ingin meminta maaf makk..." tersengal-sengal tangisnya."

Aira masih terus menangis di pelukan Fatimah
Sementara tetangga mulai ramai berdatangan ke rumah Fatimah.

Jenazah Emak, Ramai-ramai di pindahkan dari kamar ke ruang tengah keluarga.

Fatimah menutupi jasad Emak dengan kain. Matanya sembab, di bacakan nya Ayat-ayat suci Al-Qur'an, sambil sesekali mengusap air matanya.

Para pelayat mulai ramai berdatangan.
Para tetangga mulai sibuk menyiapkan air dan tempat untuk memandikan jenazah emak.
Tercapai kesepakatan untuk menyemayamkan jasad Emak di tempat Fatimah dan tidak di bawa ketempat Amran. Amran sudah lebih terlihat tegar, walau sesekali dia masih menghapus air matanya.

POV : WINDI

Aku datang untuk melayat, Aira seketika memeluk dan menangis di pelukan ku.

"Nenek sudah ngga ada Tante" di peluknya aku lebih erat,

"yang sabar yah sayang" sambil ku husap dan ku cium lembut rambut nya.

Di datangi nya Amran, yang masih terlihat terpukul atas kematian Emak.

"Aku turut berduka yah mas" Amran hanya tersenyum, matanya terlihat memerah.

"Dari mana kamu tahu jika Emak meninggal Win?"
tanya Amran kepada ku.

"Aira yang menelpon ku mas, saat aku sedang di rumah sakit menemani Elsa, dan sudah ku sampaikan juga kabar duka ini kepada Elsa, mas tidak keberatan kan, jika Elsa juga mengetahuinya."

Amran tersenyum, menggeleng pelan

"Tidak apa-apa Win, dia berhak tau apa yang sudah terjadi pada Emak." Lalu Amran diam termenung

"Aku temani Aira dulu yah mas" Amran hanya tersenyum, lalu Amran mendekati jasad Emak, membacakan kitab suci, bergantian dengan Fatimah.

Aku prihatin dan sedih melihat kondisi Amran, terlihat sekali dia sangat syhok dan terpukul atas wafatnya Emak, aku merasakan rasa sakit mu mas, aku juga merasakan kepedihan mu.

tidak tahu kah kamu, jika aku menyimpan perasaan terhadap mu, selama bertahun-tahun, sejak masa kita kuliah dulu, aku rela mengalah demi Elsa sahabatku, mengalah demi kebahagiaan kalian, tahu kah kamu mas, jika hati ku sakit melihat mu di perlakukan semena mena oleh Elsa, di selingkuhi oleh Elsa, aku tahu semuanya mas...

Judul Standar - IBU YANG DI BUANGWhere stories live. Discover now