5. Time of Dying

236 41 14
                                    

Time of Dying-Three Days Grace

***

Tempo permainan terasa semakin cepat. Baik dari pihak Rafael maupun Titan tidak ada yang mau mengalah. Keduanya berusaha untuk memasukkan bola ke ring lawan sebanyak mungkin.

Dari diskusi singkat yang berlangsung sebelum permainan dimulai, diputuskan bahwa akan ada tiga pertandingan. Pertandingan pertama berlangsung hari ini, dengan permainan satu lawan satu untuk melihat siapa yang memiliki kemampuan lebih unggul. Sedang, untuk dua permainan berikutnya akan diputuskan nanti setelah pertandingan hari ini selesai.

Berita tentang adanya pertandingan basket sepulang sekolah tentu saja menarik atensi semua murid. Gedung olahraga yang biasanya hanya digunakan untuk latihan anggota ekstrakurikuler sepulang sekolah, sekarang mendadak penuh dengan siswa-siswi yang ingin melihat bagaimana pertandingan berlangsung.

Salsa sendiri rasanya sampai lupa bernapas karena laju permainan yang sangat intens. Rafael yang selalu fokus dengan dunk dan Titan yang menggunakan three point shot sangat membedakan gaya permainan mereka.

Poin terus diungguli dan mengungguli. Para penonton dibuat lelah dengan cara keduanya melakukan dribble dan mengecoh lawan. Meskipun demikian, hanya ada suara decitan lantai serta pantulan bola yang memenuhi gedung olahraga. Tidak ada hiruk pikuk manusia yang membuat obrolan dengan orang di sekitarnya. Semua mata terfokus pada dua sosok yang berlari ke sana ke mari mengejar bola di tengah gedung olahraga.

Salsa tentu menyadari jika Rafael sudah sangat kelelahan di set ketiga, mengingat di antara pemuda itu dan Titan, ia-lah yang paling sering melompat. Napasnya terlihat sudah sangat tidak beraturan, tetapi keinginan untuk menang tidak juga redup dari matanya.

Set ketiga berakhir dengan seri. Rafael dan Titan segera menepi untuk sekadar mengambil minum dan mencoba berpikir jernih agar mampu bertanding dengan baik di set terakhir. Guru olahraga yang sedari tadi menjadi wasit, memberi beberapa wejangan bagi keduanya tentang kekurangan masing-masing agar menjadi evaluasi di permainan berikutnya.

Tak lama setelah istirahat singkat, permainan kembali dilanjutkan. Tempo permainan sudah tak secepat tadi, mengingat stamina mereka benar-benar sudah dikeluarkan untuk tiga set sebelumnya. Kendati demikian, suasana yang menekan tidak memudar sedikit pun.

Rafael mencoba untuk men-dribble bolanya melewati Titan, tetapi lawan dengan segera menghalangi. Postur tubuh Titan yang memang tinggi besar menjadi alasan mengapa ia tidak dengan mudah memberi serangan.

Hal yang membuat Salsa terkejut adalah gerakan Titan yang tiba-tiba menjadi lebih cepat. Pemuda itu menghempaskan bola dari tangan Rafael kemudian dengan gesit meraihnya. Karena serangan cepat tersebut, ia mampu membuat three point shot dari tengah lapangan. Suara gemuruh penonton mendadak terdengar, takjub dengan lemparan yang baru saja terjadi.

Waktu mulai menyempit. Poin yang menunjukkan 97 untuk Rafael dan 95 untuk Titan membuat penonton tak mau melepaskan pandang dari dua pemain yang masih berusaha untuk merebut bola.

Tiga detik lagi. Salsa meyakini jika semua orang yang berada di gedung tengah menghitung waktu berjalan mundur. Harapan bagi Titan untuk menang seolah tidak mungkin bisa terjadi. Begitu yang ada di pikiran orang-orang saat ini. Namun Titan mampu mematahkan pemikiran tersebut.

Dari seberang lapangan, Titan secara tiba-tiba bersiap untuk menembak bola. Posisinya yang menunjukkan ancang-ancang membuat Rafael tentu saja bersiap untuk segera menghalangi. Benar saja, pada saat itu pula bola tiba-tiba dilambungkan menuju ring.

TIEMPO (revisi) Where stories live. Discover now