Part 2

857 14 6
                                    

Dea dan sahabatnya,  Tari, berencana menghadiri pernikahan salah satu teman SMA mereka. Sudah menjadi kodrat seorang perempuan setiap kali bepergian pasti begitu repot dalam bersiap-siap karena ingin terlihat cantik. Malam ini Dea bahkan tidur di rumah Tari setelah mempersiapkan beberapa pakaian yang akan dipilih untuk ke acara itu besok pagi.

"Aku dengar, mempelai lelakinya seorang ustaz, pasti di sana nanti juga ada teman-teman atau santri lelaki di acara resepsi itu," ujar Tari yang tengah memoles masker di wajahnya.

"Lalu?" Tanya Dea tidak mengerti. Dirinya tidak bisa begitu fokus pada percakapan karena tengah membaca buku fiqih di meja belajar kamar Tari.

"Pake cadar yuk, siapa tahu bisa memikat salah satu akhi di sana," ajak Tari. Dirinya membuka lemari, hendak menyetrika jilbab besarnya yang panjang seperti mukena.

"Hukum bercadar apa?" Dea menyuguhkan pertanyaan.

"Tergantung," balas Tari dengan cueknya.

"Menurutku, kalau bercadar untuk memikat hati lelaki soleh, itu salah besar. Nanti kalau kita tidak sanggup mengimbangi diri, bagaimana? yang ada, membuat image orang terhadap wanita bercadar jadi rendah. Gak usah pake cadar ah," tanggap Dea.

"Tapi wajah perempuan cantik juga fitnah. Kalau nggak pake cadar nanti malah dilirik-lirik ikhwan di acara kondangan itu," komentar Tari.

"Ya udah kalau gitu ...." Tari mengukir senyum ketika mendengar kalimat Dea, tetapi dia terkejut dengan kata-kata Dea selanjutnya. "Aku nggak pergi."

"Ya nggak bisa, dong. Linda itu teman SMA kita, masa kita gak datang?"

"Tujuan kita untuk menghadiri undangan Linda, masa kita datang ke sana untuk cari perhatian? Jangan mempermainkan cadar, Tari," balas Dea yang terdengar lirih di akhir.

"Ah, bilang aja kalau kamu pengen para lelaki melihat wajah kamu, biar mereka jatuh cinta," seloroh Tari sambil membereskan pakaian yang sudah disetrika. Sementara sebagian pakaian lagi tidak jadi ia setrika karena suasana hatinya mulai tidak bagus. Bukannya mencerna nasihat Dea, tapi ia kesal pada Dea.

***

Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi. Acara resepsi milik teman SMA Dea sudah berlangsung. Linda, si pengantin wanita sudah berada di atas pelaminan bersama suaminya. Mereka baru saja menjadi pasangan halal sekitar tiga jam lalu. Terlihat semburat bahagia di raut wajah Linda dan keluarganya. Ya, siapa yang tidak bahagia bila berjodoh dengan seorang ustaz.

Pada akhirnya, Tari dan Dea datang ke resepsi itu dengan penampilan seperti biasanya. Dea dengan gamis longgar dan khimar yang sedikit lebar agar menutupi mahkotanya. Tak lupa ia memakai kaos kaki. Dea juga membawa sling bag untuk menaruh ponsel dan dompetnya karena gamis yang Dea pakai tidak memiliki saku.

Sementara Tari tampak rempong dengan pakaiannya yang panjang sampai menyentuh tanah. Jilbab yang dia pakai juga tak kalah panjang, menjulur sampai ke dengkul. Dia tidak memakai kaos kaki karena menurutnya gamisnya itu sudah bisa menutup kakinya, walaupun Dea sudah mengingatkan bisa saja sesekali pakaiannya itu tersibak, tapi Tari tidak peduli.

Polesan make up dipakai Tari dengan lengkap, sampai pada melukis alis dan memasang bulu mata palsu. Dea sampai harus memijat pelipisnya sendiri karena tadi menunggu Tari bersolek memakan durasi hingga dua jam.

Ketika Dea dan Tari hendak mengucapkan tahniah pada kedua mempelai itu, seseorang memanggil Dea dari belakang.

"Ukhty Deandra?"

Dea berbalik, ia kaget melihat sosok lelaki dengan tubuh menjuntai tersenyum padanya. Tari langsung kesal dan iri pada Dea yang bertemu seorang santri tampan seperti lelaki itu.

Sialan, rupanya Dea yang cari perhatian! umpat Tari dalam hatinya. Sementara Dea, merasakan kebingungan karena tidak mengenal siapa yang sudah menyapanya.

***

Gak butuh yang good looking, nyarinya yang good listening.

Memang pada dasarnya semua orang pasti menginginkan pasangan yang cantik, tampan, postur badan yang bagus, dll agar tidak menzolimi keturunan. Tapi ketahuilah bahwa ketampanan dan kecantikan itu tidak akan berguna jika dia tidak bisa menjadi pendengar yang baik untukmu.

Untuk mencari seorang teman saja, kita menginginkan teman yang mau mendengarkan setiap keluh kesah kita dan menghargai pembicaraan kita. Apalagi untuk urusan pasangan seumur hidup, tentunya kita butuh yang lebih dari itu.

Semua itu tergantung pada dirimu, mau menentukan yang seperti apa. Sekali lagi aku ingin mengingatkan, kita butuh pendengar yang baik, bukan penebar pesona yang baik.

Postingan itu sudah mencapai ribuan suka dan ratusan komentar dari pengguna Instagram.

Para pengikut semakin penasaran siapakah sebenarnya pemilik akun tersebut. Banyak postingannya menyentuh ulu hati mereka. Bahkan, banyak yang tiba-tiba mengirimkan pesan apakah dirinya sudah menikah atau belum.

Pada instastory, si pemilik akun membuatkan stiker QnA.

Drop your question, anything!

Pengikutnya mulai bersiap menaipkan pertanyaan. Barangkali, nanti si lelaki mau memosting fotonya jika mereka meminta.

Dea sebagai salah satu pengikutnya, ingin menanyakan pertanyaan.

Bolehkah kalau ana yang jadi good listening itu?

Cepat-cepat Dea menghapusnya kembali. Ia beristighfar, lalu mematikan ponselnya.

Pendosa BerhijabHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin