#35. "SECEPAT INI?"

581 310 289
                                    


~Kisah kita berakhir di Januari~

Tidak terasa semua itu telah berakhir secepat ini. Entahlah, alasan apa yang kuat untuk menjelaskan sebenarnya hubungan ini. Aku sudah terlalu banyak berharap lebih dan dia hanya menganggapku sebagai teman biasa. Aku saja yang tidak menyadari hal itu, hingga akhirnya ku peluk luka ini atas dasar besarnya harapan yang berlebih.

Cukup sampai disini. Mungkin esok hari aku mulai melupakanmu. Melupakan segala hal yang pernah ku lalui bersama dia. Aku tidak membencinu. Aku hanya benci pada harapan ku sendiri.

Januari 2019

Selbia menutup buku diary-nya, lalu memandang ke arah jendela yang terbuka. Sebuah senyuman terukir di bibirnya, manik matanya menangkap banyaknya bintang di langit sana.

"Menggapai dia, mungkin sama halnya dengan menggapai bintang. Sebatas mengaguminya saja." Gumam Selvia.

Selama ini, semua yang dilakukan Bryan pada Selvia, layaknya memberi harapan. Ah benar, Selvia yang kebaperan. Kini telah menjadi kenangan. Kenangan yang akan terlupakan.

Sesuai dengan mood-nya, Selvia mendengarkan sebait demi bait lagu untuk menghidupkan suasana hatinya kali ini.

Entah kenapa hanya lelaki itu yang ada dalam pikirannya. Karena hanya lelaki itu yang berhasil membuat Selvia bahagia, kecewa, tertawa bahkan menangis.

Oke, mulai lupakan dia!

*******

Seperti biasa, Selvia datang ke sekolah pukul 06.30. Memang masih terlalu pagi. Tapi dari pada terlambat kan? Kelas-kelas pun masih sepi, ia terus menyusuri koridor menuju kelas.

Astaga, Selvia lupa bahwa hari ini ada PR yang harus di kumpulkan. Inilah manfaat datang pagi, bisa mengerjakan PR dulu.

"Kalo sepi, gue nyontek siapa dong?" Gerutunya dalam hati.

Selvia mendengus kesal. Tapi bagaimana pun PR itu kan harus di kerjakan sendiri bukan? Oke, ambil ponsel, lalu buka google. Itulah cara paling jitu untuk mencari jawaban.

"Huh, selesai juga." Setelah beberapa menit, gadis itu berhasil mengerjakan tugasnya. Emang matematika yang menyebalkan.

Kemudian Selvia keluar kelas untuk menghirup udara segar. Ia berjalan menuju balkon dan dapat melihat pemandangan indah, karena kan kelasnya berada di lantai 4.

Melelahkan bukan?

"Sunrise!" Takjub Selvia. Manik matanya menangkap matahari terbit, bulat, dan warna kuning ke-emasan. Sungguh memanjakan mata.

Senyuman gadis itu pun langsung terukir indah.

*******

Selamat! Hari ini, tuh cowok bangsat tidak hadir. Sangat-sangat malas untuk melihat wajah fuck boy -nya. Tapi sebenarnya, sekolah ini rasanya sepi tanpa dia.

"Woi Sel! Lo tau gak?" Teriak Intan. Gadis itu datang dengan hebohnya.

"Hm, apa?" Tanggap Selvia malas.

"Bryan nggak masuk loh," Ujar Intan.

"Gak duli!" Ketus Selvia.

"Galak bet mbak, cie...ngambek. Kenapa lo? Udahlah move on aja, dikelas juga banyak yang jomblo,"

"Gak berbobot njir!"

"Emang dia berbobot? Bisanya cuma nyakitin perasaan orang, lo bilang berbobot?"

Mampus!

Selvia menelan salivanya susah payah. Intan memang benar. Apa coba yang busa di banggakan dari Bryan? Ganteng dan jabatan OSIS?

Huh, memalukan.

"Makanya bantuin gue,"

"Apa?"

"Ngelupain dia!" Kata Selvia dengan penuh penekanan.












Haaiii gyuuss!!!

Terimakasih telah mampiirr^^

Jan lupa jejaknya yaa:P

Salam manis dari author paling manis😘😚😋

November Lalu [COMPLETED]Where stories live. Discover now