o n z e.

231 55 20
                                    

Felix mengetuk-ngetuk jarinya di meja kantin, ia sedang memerhatikan Olif

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Felix mengetuk-ngetuk jarinya di meja kantin, ia sedang memerhatikan Olif. Sudah beberapa kali muncul kesempatan berpapasan dengan gadis itu, namun ia tetap tak bisa membuka obrolan. Felix sangat gugup dan juga takut.

Pemandanganya juga kurang bagus, lelaki tanpa identitas itu sedang makan dengan Olif. Mereka kelihatan akrab, Felix menundukan kepalanya melihat kejadian itu.

Kini ia tau seberapa perih hati Olif melihatnya kala itu, dan entah mengapa tubuhnya pun ikut melemas seakan tak punya tenaga untuk bergerak.

Felix meratapi nasib atas kesalahanya sendiri, tersenyum pias melihat Olif yang mulai bahagia kembali -Ah, Tentu Felix senang melihat yang didambanya bahagia namun sayangnya tak lagi bersama denganya.

Olif dan lelaki itu berjalan keluar kantin dibuntuti dengan Felix, kali ini ia membawa motor dengan tujuan bisa membawa Olif naik di jok belakangnya. Namun sepertinya impian itu harus kandas, lelaki yang bersama Olif sudah lebih dulu membawa gadis itu naik ke sepeda yang dibawanya.

Dengan berat hati Felix menarik stang motornya keluar lapangan parkir sendirian. Ia kecewa dengan dirinya sendiri yang terlanjur insecure dengan lelaki itu.

Entah apa yang merasuki Felix saat ini, ia membeli bunga mawar dan berniat menyatakan perasaanya pada Olif

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Entah apa yang merasuki Felix saat ini, ia membeli bunga mawar dan berniat menyatakan perasaanya pada Olif. Felix tak lagi bisa menahanya, ia menginginkan gadis itu segera. Sebelum ada orang lain yang berhasil merebut tempatnya.

Ia sudah membuntuti Olif saat ini, gadis itu tengah berada diperpustakaan sendirian. Felix berusaha melawan rasa takutnya, Olif terlihat tidak ramah.

Menggenggam tangkai mawarnya ia berjalan memasuki perpustakaan. Kemudian berhenti sejenak mengatur napasnya yang tidak beraturan karena rencana gilanya.

Felix tahu Olif masih marah padanya, dan ia ingin langsung menyatakan perasaanya adalah ide yang gila.

Kaki Felix sedikit menekuk canggung, ia sudah dihadapan gadis itu. Olif tengah duduk fokus pada bacaanya.

"E‐e, Olif." Panggilnya pelan. Gadis itu menatapnya sekilas kemudian memalingkan wajahnya. Felix kecewa, ia berharap Olif menatapnya.

"Apa saya mengganggu kamu?" Felix bertanya hati-hati. Gadis di depanya hanya membuang napasnya kasar, Felix kembali terenyuh. Ia akan gagal.

Letter's | ft. Lee FelixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang