c i n g.

273 72 37
                                    

Setelah obrolan singkat Olif dan Felix, kini menyebar beberapa rumor yang menjengkelkan bagi Olif namun tidak untuk Felix

Ops! Esta imagem não segue as nossas directrizes de conteúdo. Para continuares a publicar, por favor, remova-a ou carrega uma imagem diferente.

Setelah obrolan singkat Olif dan Felix, kini menyebar beberapa rumor yang menjengkelkan bagi Olif namun tidak untuk Felix. Lelaki itu terlihat santai saja menerima rumor kencan antara dirinya dan Olif.

Syukurlah tidak ada orang yang melabrak Olif seperti adegan-adegan film romansa remaja. Namun tetap saja, nama Olif melejit seketika hanya karena ketahuan berbicara dengan Felix ditambah Felix sendiri lah yang menemuinya di depan kelas.

Auditorium kini terasa lenggang, hanya Olif yang berada disana untuk kembali mencari surat yang masih belum ditemukan. Olif sebenarnya ingin menemui Felix di kelasnya, namun mengingat mereka sedang jadi bahan pembicaraan ia akhirnya memutuskan untuk pergi seorang diri.

Olif berkeliling auditorium santai, suasana sekolah masih ramai karena siswa sedang melakukan kegiatan esktrakulikuler baik dilapangan, laboratorium maupun kelas. Olif sendiri belum memilih kegiatan ekstra di manapun, selain tidak ada yang menarik perhatianya kegiatan ekstrakulikuler tidaklah wajib diikuti setiap siswa.

"Kamu nggak nungguin saya?" Felix tiba-tiba muncul dari ujung pintu merucutkan bibirnya.
"Saya nyari kamu dikelas, loh. Kenapa nggak manggil dulu?"

"Sorry, Lix. Aku malas ke kelas kamu, terlalu ramai."

"Alasan tidak diterima

Ops! Esta imagem não segue as nossas directrizes de conteúdo. Para continuares a publicar, por favor, remova-a ou carrega uma imagem diferente.

"Alasan tidak diterima." Felix mulai menyusuri seisi auditorium sama seperti Olif namun gadis itu terhenti dan duduk di salah satu kursi siswa.

"Kenapa?" Felix bergerak duduk disebelahnya. "Rumor pacaran sama saya memangnya mengganggu, ya?" Olif memasang wajah datar, semakin dekat dengan Felix ternyata membuatnya semakin cerewet.

"Padahal saya ganteng, loh."

Olif memegang dahinya. Tidak hanya cerewet, Felix juga menyebalkan. "Lumayan, loh. Kamu jadi nggak kelihatan ngenes."

"Saya malah senang dirumorkan begitu," Felix berucap tanpa ragu. "Adik kelas yang chat saya jadi berkurang."

"Aku yes aja, mas ganteng." Celetuk Olif sarkastik dengan senyum datar seperti yang Felix lakukan saat masuk auditorium. Lelaki yang mendengar itu mendengus.

Letter's | ft. Lee FelixOnde as histórias ganham vida. Descobre agora