t r o i s.

306 82 33
                                    

Derap langkah cepat seorang gadis menimbulkan bising dikoridor kelas, terlebih kini seisi sekolah sudah mulai sepi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Derap langkah cepat seorang gadis menimbulkan bising dikoridor kelas, terlebih kini seisi sekolah sudah mulai sepi.

"Tunggu sebentar!" Teriak Olif dari kejauhan. Kini ia tengah mengejar punggung seorang lelaki yang sedari tadi berusaha menghindarinya.

Merasa sudah tertangkap–Felix yang sedari tadi dikejar oleh Olif membuang napas kasar kemudian membalikan badanya.

"Apalagi?" Ucapnya pelan, namun tidak terdengar lembut. Lelaki itu terdengar sedang menahan amarahnya.

"Kasih tau dimana mini campnya, please." Tutur Olif memohon didepan lawan bicaranya seraya menangkup kedua tangan. "Habis ini gue nggak akan ganggu lo lagi."

Felix yang ada dihadapanya memutar bola mata. "Kenapa mau tau?"

"Tolong, gue nggak akan lama disana kok." Olif kembali memohon melihat reaksi Felix yang enggan melunak. Lelaki itu bedecak.

"Kebiasaan, kamu belum jawab pertanyaan saya." Tukasnya, kini raut muka pemuda tampan itu malah semakin runyam.

Olif tidak mungkin langsung mengatakanya secara gamblang tentang surat yang ia temukan, dan mungkin saja ia hanya berujung ditertawakan Felix karena percaya hal sepele

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Olif tidak mungkin langsung mengatakanya secara gamblang tentang surat yang ia temukan, dan mungkin saja ia hanya berujung ditertawakan Felix karena percaya hal sepele.

Memangnya si wajah datar ini bisa tertawa?

Melihat Olif yang kebingungan menjawab pertanyaan Felix memalingkan wajahnya. "Percuma kalau tujuanya nggak jelas." jelas Felix.

Olif membuang napasnya kasar, mau tidak mau ia harus mengatakanya–surat yang sebenarnya sangat konyol. "Gue nemuin surat," tutur Olif seraya menunjukan surat kedua yang ia dapat ke hadapan wajah Felix yang enggan menoleh.

"Cuma surat?" Felix mengintimidasi. "Kamu bahkan nggak tahu siapa pengirimnya?"

Felix menolak melihat kearah tulisan di secarik kertas yang dihadapkan padanya. Ia tampak semakin kesal.

"Salah ya?"

Felix berdecih kemudian manatap Olif tajam, gadis itu sedikit mundur karena perlakuan lelaki tersebut. "Nggak salah. Kamu cuma aneh."

Letter's | ft. Lee FelixWhere stories live. Discover now