Wattpad Original
There are 3 more free parts

3 - Penolakan

19.9K 1.4K 428
                                    

Mario mengetukkan jarinya ke atas meja, menatap lekat pada sebuah note di atas kertas kuning yang bertuliskan, No Thank you. Kertas itu berasal dari T-Laundry, yang dititipkan pada orang suruhannya. Tavisha menolak ajakan makan malamnya, padahal tidak tanggung-tanggung Mario memesan restoran paling mewah dan mahal. Dia pikir semua wanita menyukai itu, tapi ternyata tidak berlaku untuk wanita keras kepala itu.

Sebuah penolakan, Mario nyaris tidak pernah mendapatkan ini dari wanita manapun.

Merasa jengkel, Mario langsung berdiri. Dia keluar dari ruangannya dan pergi begitu saja. Padahal Mario ingat tentang meeting beberapa menit lagi, tapi dia sedang sangat marah sekarang.

"Ke mana, Pak?" tanya Pak Bagas saat Mario tiba-tiba minta diantar di jam yang paling pantangan seorang Mario pergi dari kantor. Untung tadi dia sudah selesai menyeruput kopi dan menggoda kepala pantry di perusahaan itu.

"Tempat laundry kemarin," jawab Mario datar.

Pak Bagas pun langsung menjalankan mobil ke sana.

Sesampainya di tempat itu, Mario langsung turun. Dilihatnya, Tavisha tengah sendirian mencoret-coret sesuatu di atas kertas.

Melihat kedatangan Mario, Tavisha langsung menyimpan apa sesuatu dikerjakannya tadi. "Kalau tujuan kamu ke sini untuk mengambil cucian ..."

"Apa ini?" Mario meletakkan notes itu ke atas meja Tavisha.

Tavisha melirik memo yang dia berikan itu, lalu tersenyum sinis, namun tipis. "Kamu pasti tahu artinya, kan?" tanyanya sedikit mengejek.

"Apa harus aku yang datang ke sini dan memintamu untuk makan malam bersamaku?" tanya Mario langsung.

"Aku tetap tidak mau," tolak Tavisha.

"Aku tidak suka ditolak," tegas Mario.

"Anggap ini yang pertama untukmu," balas Tavisha.

Mata Mario berkilat-kilat penuh emosi. Rahangnya bergerak. "Apa alasanmu menolak?" tanyanya menunjukkan rasa tersinggung.

"Aku rasa ini sudah jelas, Mario. Kita tidak saling mengenal, bahkan berteman saja tidak. Aku bukan wanita yang biasa pergi dengan laki-laki yang tidak aku kenal."

"Apa hal semacam itu diperlukan? Kamu tidak mengetahui siapa Mario Abimanyu?"

"Aku hanya tau, kamu pelanggan di sini dan cucianmu masih dalam proses." Tavisha tersenyum setelah mengatakan itu. "Maaf, saya sibuk, kamu bisa pergi kalau sudah selesai."

Kedua tangan Mario menggebrak meja, dia mencondongkan tubuhnya ke arah Tavisha. "Jangan pernah menantang seorang Mario, ingat lah kalau uangku bisa menghancurkanmu dan tempat ini dalam sekejap."

Tavisha tersenyum sinis, "Sayangnya tidak ada yang membutuhkan uangmu di sini."

Dada Mario bergemuruh, naik turun. Dia menatap Tavisha tajam dan penuh kemarahan. "We'll see," ucapnya dengan nada mengancam.

Tavisha diam saja saat Mario pergi, dia malah berani menantang dengan terus melemparkan tatapan. Sampai mobil Mario hilang dari pandangan, Tavisha kembali melanjutkan pekerjaannya tadi.

***

"Tavisha, akhir-akhir ini omset kita menurun. Apa ada tempat laundry baru di sekitar sini?" tanya Haris. Dia nyaris tidak punya pekerjaan hari ini, hanya satu orang yang datang mengantar cucian, itu pun langganan tetap mereka.

"Mungkin Ibu-Ibu lagi rajin, Yah, nyuci sendiri," jawab Tavisha.

"Hahaha. Kalau Ibu-Ibu pada rajin, kita bisa bangkrut. Laundri didirikan untuk orang-orang yang malas."

DesireWhere stories live. Discover now