Empat; Kenapa Aku Harus Ada?

7.1K 1K 647
                                    

Sejauh Fajar mengenal sosok Sonya, ia tahu wanita itu membenci tiga hal. Pertama; Sonya benci air mata Fajar. Kedua; Sonya benci suara tawa Fajar. Ketiga; Sonya benci kehadiran Fajar. Kesimpulannya, wanita itu benci Fajar. Semua yang Fajar lakukan tidak akan pernah benar dan seluruh pintanya hanya akan menjadi angin yang tidak perlu wanita itu dengar.

Seharusnya jarak yang Sonya ciptakan sudah cukup untuk membuat Fajar paham bahwa memang ada batas terlarang di antara mereka. Bahwa dingin sikap wanita itu adalah isyarat tegas yang menolak hadirnya. Seharusnya Fajar tahu diri sejak detik dimana Sonya tidak pernah lagi menyentuhnya. Sejak hangat peluk wanita itu hanya menjadi milik Cairo dan Clara, tetapi tidak untuknya.

Seharusnya ia tetap diam saja, menelan amarahnya dalam dekap erat jeda dan menyimpan keluhnya di dasar jelaga. Namun setiap kali melihat Sonya, naluri Fajar selalu meronta, lalu kakinya akan membawa cowok itu berlari mendekat bahkan ketika ia tahu akan jatuh pada akhirnya.

"Masih sakit?" Suara Cairo detik itu menarik kesadaran Fajar dari pekat yang menjebak. Seketika cowok itu menyentuh keningnya yang sudah ditempel plester luka dan menggeleng singkat.

"Udah ngak apa-apa. Makasih, Kak."

Suara helaan napas Cairo terdengar sebelum akhirnya pemuda itu duduk di sisi Fajar. Setelah melihat anak itu terluka, Cairo memutuskan untuk membawanya kembali ke sekolah. Kebetulan ruang kesehatan belum dikunci dan di sanalah mereka kini.

"Kenapa lo nekat banget? Pertama, orang-orang bisa lihat kalian berdua dan akhirnya tau lo siapa. Kedua, lo pasti cuma bakal sakit karena Mama. Kenapa lo suka banget bikin susah diri lo sendiri?"

"Gue cuma pengen ketemu Mama. Waktu acara press conference 'kan Mama cuma ngajak kalian berdua. Sementara gue cuma lihat di tv aja. Dua bulan lho Mama nggak pulang. Emangnya salah kalau gue kangen?"

"Tapi lo tau Mama kayak gimana, Jar. Kalau lo nekat, yang ada dia marah. Sekali aja coba nggak usah bikin masalah. Lo cuma nyusahin diri lo sendiri tau nggak?!"

"Maaf."

Dan hanya dengan satu kata itu Fajar membuat Cairo lemah. Tidak tahu juga kenapa. Ia masih dapat begitu keras saat Clara membujuknya yang sedang marah. Ia masih akan tetap diam setiap kali Papa mendekat dan meminta maaf. Tapi jika itu Fajar, Cairo selalu berhasil goyah.

Anak itu selalu punya cara untuk membuat amarahnya menguap bahkan hanya dengan tatap. Padahal, dulu, Cairo juga sama seperti yang lainnya. Ia benci punya adik kecil yang hanya membuat gadus suasana rumah. Ia tidak suka tangisnya saat merengek minta susu atau mengeluhkan makanan yang tidak enak. Cairo tidak pernah dekat dengan Fajar sebagai seorang Kakak.

Sampai hari itu, saat usinya bahkan belum genap enam tahun, ia melihat tubuh kecil Fajar mengapung di kolam renang rumah. Begitu tenang dan tidak bergerak. Hari itu, untuk pertama kali Cairo menangis begitu keras. Meraung-raung sampai dadanya sesak. Bahkan setelah Papa datang dan membawa Fajar ke rumah sakit untuk mendapat pertolongan, ia masih belum berhenti terisak.

Dan semenjak kejadian itu, diam-diam Cairo bertekad untuk selalu menjaga adiknya. Mengawasi kemana pun anak itu melangkah. Menjadi yang pertama datang ketika ia menangis dan tidak ada yang mendekat. Sebelas tahun berlalu dan Cairo masih menjaga janjinya.

Tapi ia tidak pernah suka ketika anak itu mulai bertingkah lebih daripada seharusnya. Mendekati Sonya hanya akan membuat ia terluka. Kenapa dia keras kepala?

"Lain kali jangan kayak gitu lagi. Jangan pernah nekat nemuin Mama di tempat umum kayak tadi. Dia punya rumah, punya keluarga. Kalau pun enggak sekarang, nanti, dia pasti pulang."

Kalimat Cairo tidak mendapat bantahan. Karena sejak awal, Fajar memang tidak pernah diajarkan untuk melawan. Anak itu hanya memberi anggukan dan menunduk, menatap ujung sepatu yang ia kenakan. Meski sekarang kata pulang menjadi yang paling keras berteriak dalam diam. Lalu batinnya seolah mempertanyakan; kapan Sonya pulang?

Memeluk Fajar [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang