「naître ou mourir」

1.3K 207 384
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.







"Kita yang salah. Seharusnya sedari awal kita tidak membiarkanmu melahirkan anak pembawa sial seperti itu."

"Bahkan kematiannya pun tetap membuatku malu,"

Sederet kalimat yang terucap dari pria dewasa disana membuat tubuh Melvin menegang. Ia mengepalkan tangannya. Sungguh, orang-orang disana benar-benar tidak menggambarkan sosok panutan.

Hal inilah yang membentuk beragam karakter Jia.

Merasa tidak tahan, Melvin pun segera menyela di antara konversasi yang sedang mereka lakoni, "jadi ... kelahiran Jia membuat kalian mengalami kesialan?!"

Netra pria dewasa disana memicing, menatap lamat-lamat orang asing yang berani menginterupsi perbincangan mereka, "siapa kamu? Tidak ada sopan-sopannya masuk rumah orang lain tanpa permisi."

Peduli setan dengan kata sopan santun.

Melvin terkekeh pelan. Memilih berhadapan langsung dengan Ayah dari gadisnya. Mengabaikan tatapan Gaffin yang menatapnya dengan raut wajah lelah yang kentara.

"Saya Melvin, pacar Jia."

Melvin balas menatap Ayah Jia dengan berani, "seharusnya Jia yang merasa malu. Punya orangtua yang tidak memiliki sisi kemanusiaan dan gila hormat seperti kalian."

Ucapan Melvin sukses membuat rahang Adrian semakin mengeras. "Apa yang sudah Jia katakan? Bisa-bisanya kamu bicara seperti itu?!"

Dengusan kesal ia lontarkan, "tanpa Jia bilang pun saya bisa tau keluarga kalian ini seperti apa," Melvin terkekeh pelan kala kilasan memori tentang mimpinya terlintas, "saya kira penyebab Jia mengakhiri hidup karena ulahku saja ... tapi ternyata tidak."

"Saya juga mengira bahwa tidak hadirnya kalian di hari pemakaman karena sangat berduka. Ternyata juga tidak,"

Gelengan kepala ia lakukan, "kalian hanya takut tentang opini publik,"

"Ck. Menggelikan,"

"Kurasa ... keputusan Jia sudah tepat."

"Memilih pergi dari orangtua yang bahkan sama sekali tidak bisa di jadikan panutan."

Satu hela nafas terhela dari belah bibirnya, "tolong ... biarin Jia tenang. Jangan bebankan Jia dengan kalimat penuh cacian dari kalian ...." Melvin menggantungkan kalimatnya, menatap ekspresi yang di tampilkan dari Ayah Jia, "tidakkah kalian sadar, desakkan dan tuntutan yang selama ini kalian tuju untuk Jia yang membentuk beragam karakter dari Jia? Tidakkah kalian berfikir jika selama ini Jia lebih kuat dari yang kalian kira, ia mampu bertahan sejauh ini dari siksaan batin keluarganya,"

"..., Harusnya yang selama ini kalian berikan adalah dukungan moral. Bukan sebuah tuntutan yang mengharuskan Jia untuk menjadi orang lain. Dan harusnya Anda menghentikan aksi membanding-bandingkan kemampuan seseorang. Semua orang memiliki porsinya masing-masing, begitu pula dengan Jia. Anda tidak berhak untuk menghakimi."

Can I? - Mark Lee✓Where stories live. Discover now