「désespérée」

1.1K 227 391
                                    

Khusus part ini diperbolehkan untuk menghujat/memaki

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Khusus part ini diperbolehkan untuk menghujat/memaki.

Happy reading♡

"Kal, lo mau beli apa?" Arsen membuka suara setelah mobil Galen terparkir apik di depan supermarket.

Haikal menatap Arsen kemudian berdehem, "kalo gue sebutin ... ntar lo beliin gue jajanan yang lain," ia menjeda kalimatnya, memikirkan bahwa Arsen dan pemikiran liciknya pasti akan bekerja setelah ini, "gue ikut turun aja deh kalo gitu."

"Emangnya siapa yang mau beliin lo! Gue kan niatnya mau nitip, makanya gue nanya!" vokal Arsen meninggi, merasa tidak terima akan pemikiran buruk Haikal tentangnya.

Helaan nafas kasar Galen luruhkan, "udahlah turun semua!" tutur Galen final menengahi, sekaligus menghentikan lanjutan aksi ribut mereka.

Mereka memutuskan turun dan berkeliling di bagian cemilan, dengan Haikal yang selalu mengekori Arsen.

Merasa jika Arsen terlalu serius, Haikal pun berdehem, "Sen, gue punya pertanyaan."

Arsen yang sedang memilih cemilan pun mendongak menatap Haikal. Menghela nafas pelan, tidak habis pikir dengan apa yang Haikal mau sekarang. Tidak sadarkah Haikal, bahwa sekarang bukan saatnya untuk menggunakan otak serta tenaganya terkuras akibat lontaran tebak-tebakan yang Haikal maksud.

"Mending gausah, Kal," ia bawa tubuhnya untuk menatap air muka Haikal, "pertanyaan lo gak bermutu." lanjutnya, dan segera berbalik untuk fokus kembali pada jajanan di depannya.

Bibir Haikal mengerucut kala mendengar jawaban dari Arsen, padahalkan dirinya belum memberi tahu tebak-tebakannya. Tapi sudah di tolak duluan.

Menyaksikan kedua temannya yang membuang-buang waktu untuk obrolan yang dirinya tidak tahu. Galen menghela nafas pelan, memilih menunggu dua temannya diluar supermarket saja.

Notifikasi pesan masuk pada ponsel di saku mengalihkan perhatiannya, dengan cepat ia membuka pesan tersebut.

Melvin:
Gue udah di cafe.
Buruan dateng!
Atau gue pulang.

Netra Galen terbelalak lebar. "Melvin gercep banget," ia buru-buru menyimpan ponselnya kembali pada saku jaketnya sembari menggumam, "bisa didiemin Melvin nih kalo ngaret."

Dengan tergesa Galen masuk ke mobilnya dan segera menuju cafe tempat Melvin berada. Meninggalkan kedua temannya yang masih beradu mulut didalam supermarket.

Tanpa pamit.


❁❁❁

Terik matahari memicu bergemuruhnya kekesalan Melvin, tabiat teman-temannya jika ada janji pasti mengulur waktu. Jari telunjuknya ia gerakkan untuk memberikan ketukan pada meja dengan tempo pelan; menyalurkan rasa jenuh yang tengah menginvasi diri.

Can I? - Mark Lee✓Where stories live. Discover now