7

382 31 0
                                    

Aku berharap. Harapan yang aku harapkan.
Tidak sekedar mengharap.
Menjadi harapan.

-----------------------------------------------------------------

Hosh ... hosh ... hosh ...

"Bisakah kau, tidak ... tidak pergi begitu saja ..."

Lelaki itu berbalik, si pemilik netra hitam.tersenyum, tanpa mengucapkan sepatah katapun. Ia meninggalkan Lia yang tertegun beberapa saat.

Lia memandang punggung lelaki itu saat dia berjalan melewati pintu dan menghilang di baliknya.

Lia mengerutkan kening. Ia tidak menyangka lelaki itu tidak akan membuka mulutnya sedikitpun. Setidaknya berbicara sedikit tidak akan melukai pita suaramu.

Sungguh menyebalkan. Apa dia bisu?? Jika tidak semoga saja kau benar-benar menjadi bisu!.

Walaupun begitu Senyuman Itu sukses mengundang bibir Lia ikut tersenyum. Senyumnya menawan. Ia bahkan menambahkan itu akan menjadi salah satu senyum faforitnya.

Lia kembali, saat sampai di depan kamat ibunya dirawat. Ia tertengung senyum yang semulanya bertahan di bibir. Kini luntur.

Perlahan Lia berjalan mendekat. Dan bertanya keadaan sang ibu. Lia tidak begitu memperhatikan apa yang dibicarakan. Dokter. Fokusnya hanya pada satu kata. "mati"

Mati!!?

Tubuhnya berguncang. Tenggorokan Lia tercekat, perlahan air mata  mengalir melewati pipi putih gadis itu.Lia mencengram dada seolah berharap dapat meredakan sakitnya.

Dunianya seolah sunyi. Tiba-tiba Lia merasa orang yang berada di sekelilingnya menghilang. Semua terasa sunyi, begitu tenang.Hingga ia kehilangan kesadarannya.

-------------NMT---------------

Kekasih Bisu Penyuka Hujan (TAMAT)✔Where stories live. Discover now