Katakan Saja

327 17 6
                                    

"Jika Ini terus menyakitkan bagiku maka aku akan pergi...

Aku tidak ingin menyia-nyiakan diriku demi hal yang bahkan aku tidak tahu apa yang akan terjadi pada hal itu di esok hari"
(Juliyetharumawati07)

***

    Pagi ini langit tampak cerah namun hawanya begitu sejuk, tampak mentari seperti setengah hati menyinari bumi. Aufa sudah siap dengan roti bakar di tangan kanannya sembari menggendong tas dan berlari kecil mengejar langkah kaki Dinda yang sudah lebih dulu meninggalkan parkiran.

"Fa lama amat sih kamu tu." Oceh Dinda sembari mengunyah roti yang sudah ada dalam mulutnya.

"Sabar kenapa sih Din." Jawab Aufa yang terus menyamai langkah Dinda yang kian menyepat.

"Pr mu udah di koreksi lagi Fa?" Tanya Dinda.

"Belum lah kan ini mau ngoreksi lagi, mau bandingin lagi sama Ariny." Jawab Aufa dengan santainya .

"Loh kok yo iso bandingke karo wong sing ra teliti. Marai percumo ndok." Ceramah Dinda yang tidak percaya dengan pemikiran Aufa yang terasa begitu konyol.

"lah lapo mange? mbok ben to, mengko aku sing akeh bener e" Jawab Aufa lagi.

"halah otak mu hih jan ra di kanggo yo ngene. Memangnya jawaban mu kunci jawaban apa gimana sih ndok, kita kan cari jawaban yang paling bener supaya nanti pas dikoreksi gak banyak salah. Kalo kamu bandinginnya sama yang banyak salah ya pasti menurut mu punyamu yang udah paling bener walaupun sebenarnya mah gak da yang bener." Jelas Dinda panjang kali lebar.

"Lah opo iyo? duh otak ku lagi touring tadi Din maaf..hehe" Cengenges Aufa.

"Gendeng emang arek ki" Gumam Dinda sambil menggelengkan kepalanya.

  Mereka berdua kembali memandang kearah depan, sembari terus mengoceh berbagai hal yang ada di kepala mereka. Sampai saatnya mereka harus melewati kelas Khalil, Aufa terlihat terdiam sejenak menutup rapat mulutnya yang sedari tadi mengoceh bersama Dinda kini hanya tertutup rapat dan kakinya terus berpacu dengan cepat. Dinda yang melihat hal itu hanya diam saja dan memilih mengabaikannya. sedangkan Aufa, hati, dan otaknya tengah kalut berfikir apa yang harus ia lakukan.

"Aduh jangan sampe ketemu dia, bisa gagal rencana ku nanti. Duh duh kalo ketemu udah lah ni aku harus usaha ngehindar ni, gimana pun caranya gak boleh teguran sama dia." Begitulah sekiranya kalut hati Aufa selama perjalanan melewati kelas Khalil. Tapi sepertinya tuhan benar-benar tengah berbaik hati dengan Aufa, ia benar-benar tak bertemu dengan Khalil. Ntah Khalil yang memang belum datang atau memang Khalil tengah sibuk dikelasnya atau bahkan Khalil pun ingin menghindar dari Aufa, ntah lah tak ada yang tahu hati orang lain bukan?

   Seperti yang sudah di bicarakan Risna dan Aufa di chatting mereka kemarin. Hari ini Aufa akan mencoba untuk menghilang sejenak dari penglihatan Khalil, demi mendapatkan sebuah bukti yang mungkin akan menyakitkan hatinya sendiri. Tapi sebaiknya memang kita perlu tau sendiri ketimbang kita harus tau dari orang lain, karena jika begitu ah.. itu akan menjadi akhir yang benar-benar tidak di inginkan oleh siapa pun di dunia ini kan? Bukan berarti mengetahui sendiri tidak menyakitkan setidaknya kita tidak perlu merasa hantaman yang begitu tajam dan penyesalan yang begitu mendalam, dalam satu waktu yang bersamaan. Kasian hati dan tubuh kita yang perlu beristirahat, hanya karna kita yang egois dengan dunia kita demi menciptakan dunia yang kita inginkan kita mengabaikan diri kita sendiri yang butuh perhatian lebih dari siapapun terlebih dahulu.

Mengikhlaskan Sebuah Rasa.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang