Mega-mega Merah.

347 18 2
                                    

"Jangan merusak hidup mu hanya karena cinta, kau terlalu hebat"
(Itaewon class)

****



      Matahari kini sudah beranjak pulang dari peraduannya, namun rembulan tampak masih malu-malu menunjukkan diri, mega-mega merah mulai menghiasi langit dengan indahnya.
Sore itu selepas dari penilaian akhir panahan Aufa sudah puas berkisah pada ibunya apa saja yang ia lalui hari ini, ibu Aufa pun turut hanyut mendengarkan cerita gadisnya itu. Lelah keduanya berkisah, anak dan ibu itupun kembali kepada kegiatannya masing-masing. Sembari menunggu adzan maghrib yang sebentar lagi berkumandang Aufa memainkan handphonenya.
"Dret, dret, dret" Getar handphone Aufa.
"Assalamu'alaikum" Sapa seseorang di sebrang telfon.
"Waalaikumsalam" Jawab Aufa yang menempelkan handphone nya di telinga sembari tersenyum lebar.
"Gimana tadi?" Tanya orang di sebrang begitu antusias.
"Hmm... Alhamdulillah" Jawab Aufa singkat, hingga membuat penasaran.
"Cerita dong, ayo lah" Rayu orang di sebrang itu yang tak lain ialah Khalil.
"Haha gak ah capek besok aja" Jawab Aufa di iringi tawa.
"Gitu ya, awas besok gak cerita" Kata Khalil seperti ingin mengancam.
"Apa? Ha? Mau apa? Mau ku patahkan tangan mu? Mau ku cubit? Ha?" Tanya Aufa dengan nada songongnya.
"Ih kok jadi lebih sereman situ dari saya haha" Tawa Khalil.
"Hahaha" Tawa dua manusia itu bersahut-sahutan. Tak lama berselang adzan maghrib pun mulai berkumandang.
"Eh adzan, udah yuk shalat dulu." Ajak Aufa.
"Oke siap baby" Kata Khalil dengan lembut.
"Ih apa baby. Oke lah honey haha" Balas Aufa. Panggilan itu malah jadi olok-olok bagi mereka berdua.
"Assalamualaikum" Pamit Khalil.
"Waalaikumsalam" Jawab Aufa, di barengi jarinya menutup telfon.
Aufa beranjak dari kamarnya menuju dapur hendak mengambil wudhu, ia melewati ruang tv yang di sana ada Radit ibunya dan adik bungsu Aufa yang sedang berganti popok.
"Shalat woy" Usil Aufa sambil melempar bantal kecil kearah Radit yang sedang menonton tv.
"Sakit bah. Tau bah orang tu" Kata Radit yang hendak melempar balik bantal itu tapi tidak jadi karena takut dimarahi ibunya.
"Cepatlah biara sama-sama wudhunya nanti sendirian takut" Ujar Aufa, yang tahu Radit memanglah penakut sedari dulu.
"Ndak sadar diri padahal dia nya pun takut." Balas Radit yang mulai berjalan kearah Aufa.
"Pandai kau." Kata Aufa sembari menjitak pelan kepala Radit. Tak menjawab Radit hanya mengusap kepala yang barusan dijitak kakaknya itu.

Seusai Aufa shalat maghrib ia beranjak ke dapur untuk mengambil makan. Sembari berjalan sembari tangannya terus mengetuk layar handphonenya itu, sesekali ia tersenyum-senyum, tak jarang ia pun memasang wajah masamnya.
"Kak jagain Mumtaz dong." Pekik Radit dari ruang tv. Seketika Aufa menoleh sambil mengerutkan dahinya.
"Baru juga mau makan." Jawab Aufa sembari menyabet piring di rak piring.
"Ish" Gumam Radit. Aufa melanjutkan kegiatannya tadi, makan sambil main hp.
"Dret, dret" Getar Handphone Aufa.
"Udah makan?" Isi pesan itu
"Ini lagi makan" Balas Aufa.
"Aku belum ni, sini ayuk temanin aku makan" Lagi masih pesan dari orang yang sama.
"Lah, orang aku juga lagi makan suka ndak bener kamu tu" Balas Aufa.
"Bercanda loh sayang..wkwkwk" Pesan dari Khalil lagi.
"Opo wkwkwk, memang kamu Bebek wekwekwek ha? 😂" Ejek Aufa.
"Suka bangetkan ngoloin. Untung sayang" Kata Khalil ditambah bumbu gombal.
"Kalo ndak sayang lagi ya ku pergi😛" Jawab Aufa dengan santainya.
"Yah yah bercanda loh aku nya" Kata Khalil pura-pura takut.
"Aku sih serius... Apa lagi kalo kamu terlalu nempel sama si mbak itu. Kita aja nggak nempel-nempel, masa sama orang lain nempel banget 😌" Balas Aufa.
"Ih aku sama dia cuma sahabatan doang kok... Lagian aku juga nganggepnya dia itu kayak adik laki-laki aku aja kok ndak lebih" Khalil coba menjelaskan.
"Adik laki-laki gimana? Dia kan perempuan sayang, emang kamu mau ngerubah kodrat dia apa gimana? Sayang kita aja yang deket lebih dari sahabat masih maunya menjaga jarak. Tapi kamu ke orang lain malah begitu gimana coba" Balas Aufa yang sudah mulai bad mood.
"Gak gitu loh Fa. Aku juga mencoba, ya tapikan masa aku harus berubah tiba-tiba. Apa kata teman ku nanti" Jawab Khalil.
"Lil semua temen tu pasti ngerti kalo kamu emang mau berubah dari awal. Mereka juga pasti punya orang yang disuka, punya pacar,punya gebetan. Mereka juga pasti ngerti lah posisi mu gimana, toh mereka juga begitukan,toh mereka juga mau jaga hati orang yang mereka sayang. Aku coba ngejaga jarak dari teman-teman laki-laki yang ada di sekeliling ku buat siapa ya buat kamu lah... Kamu lupa kejadian kamu marah sama aku cuma gara-gara aku bergurau sama Didit? Kamu tinggalin aku di parkiran depan, padahal aku ngejar kamu dari kelas ku lumayan cape loh Lil. Dari situ aku introspeksi diri aku... Ternyata kamu gak suka kalo aku terlalu dekat sama laki-laki lain, sejak itu aku jadi mulai berubah, lebih pengen menjaga perasaan kamu aja. Ya masa aku pengen kamu berubah kayak gitu aja kamu sama sekali gak mau Lil" Balas Aufa dengan penuh frustasi.
"Fa bukannya aku gak mau jaga perasaan kamu ya, cuma kamu tau lah apa lagi di organisasi aku gimana... Aku berusaha ngindar tapi mereka tetep aja sama kan" Jawab Khalil yang tampaknys tak kalah frustasi juga.
"Lil aku juga banyak ikut organisasi... Semua tergantung di kitanya aja kok. Aku yakin suatu saat kamu pasti bisa kok asal kamu jangan banyak alasan aja kok. Kita udah mau kelas 11 berarti udah hampir setahun kita sama-sama semangat ya😊" Balas Aufa mencari aman saja.
"Iya... Maafin aku ya Fa" Pesan Khalil.
"Iya aku juga ya." Balas Aufa sekaligus menutup chating malam itu.
Selesai Aufa makan ia pun beranjak ke kamarnya. Sebelum sampai ke kamar ia pun singgah di ruang tv.
"Mana Mumtaz nya?" Tanya Aufa pada Radit yang posisinya ada di bawah kaki Aufa.
"Ih kaki tu bah! Udah tidurlah lama benar sih makannya." Omel Radit.
"Ya udah." Kata Aufa lalu lekas masuk ke kamarnya.
Masih dengan handphone ditangannya.
"Nike, lagi ngapain?" Pesan Aufa pada Nike.
"Dret, dret" Getar handphone Aufa.
"Gak ada lagi baring aja" Jawab Nike.
"Aku telfon ya? " Tanya Aufa.
"Pasti mau curhat, curhat apaan nih? " Nike balik bertanya.
"Biasalah jodoh orang. Oh iya ni aku kirim ss, diliat ya itu yang mau ku bahas" Kata Aufa. (SS=screenshot)
"Oke" Jawab Nike.

Mengikhlaskan Sebuah Rasa.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang