Media.

1.1K 57 0
                                    

        Hari ini di studio foto Aufa sudah berdiri dengan gamis berwarna hijau soft dengan khimar panjangnya yang berwarna senada dengan gamisnya namun sedikit gelap, wajahnya terus mengembangkan senyum. Nisa yang sedari tadi berdiri memegangi tangan Aufa pun terlihat cantik dengan gamis berwarna navi dan khimar panjang berwarna senada dengan gamis miliknya itu. Berbeda dengan mereka berdua Risna berdiri dengan mengenakan baju kemeja, rok hitam dan kerudung segi empatnya.

"Eh udah mulai fotokah?" Tanya Nilam yang datang dari luar studio foto. Nilam datang dengan gamis hitam dan khimar panjang berwarna biru terang yang di buatkan oleh uminya sendiri.
"Belum kok Nil. Kita masih nunggu bu Lina datang." Jawab Risna sambil membenarkan kerudungnya.
"Eh... Ada para bidadari syurga." Kata Farid yang datang bersama Zihan. Tak ada yang menjawab perkataan Farid mereka hanya memandangi Zihan.
"E... MasyaAllah ustadz." Kata Arisya sambil tertawa. Zihan tak merespon sedikit pun dan langsung berlalu ketempat para lelaki berkumpul.
"Assalamualaikum. Maaf ibu terlambat." Salam bu Lina yang datang terlambat sekali.
"Ibu tadi posyandu anak ibu dulu." Lanjut ibu Lina.
    Ibu Lina adalah wali kelas mereka dan sekarang ibu Lina harus pindah dari sana karna mengikuti suaminya yang pindah tugas, ibu Lina pun harus menjaga orang tua nya yang tengah sakit. Jadi menurut mereka moment ini lah yang akan menjadi kenang-kenangan untuk mereka.
Ibu Lina akan berangkat nanti malam. Jadi pagi ini mereka menyempatkan waktu untuk foto bersama sebagai kenang-kenangan untuk bu Lina bawa ke tempat barunya.

Semua sudah siap dan berpose cantik dan senatural mungkin.
Air mata pun tak terelakan saat mereka semua akan pulang dari studio itu. Banyak yang tak mau jika ibu Lina pindah dan tidak mengajar di sana lagi.
"Sudah jangan sedih, nanti juga ibu kesini lagi." Tenang ibu pada Risna yang begitu terlihat sedih.
"Bu kami pamit pulang ya." Pamit anak-anak yang lain, tapi tidak dengan mereka berlima dan Farid, Zihan.
"Eh... kita kerumah makan yuk ibu traktir kalian makan yuk. Kita makan gudeg mau ya?" Ajak ibu Lina pada mereka bertujuh.
Akhirnya mereka pun langsung pergi ke tempat yang menjual gudeg. Kebetulan yang menjual gudeg itu ada di tepian jalan jadi mereka bisa menyaksikan pemandangan orang yang berlalu lalang.

Setelah selesai makan dan berpamitan dengan ibu Lina mereka pun beranjak untuk pulang. Tiba-tiba ketika di jalan Aufa melihat sosok lelaki yang menggunakan sepeda.
"Eh... itu kan Luqman." Ucapnya.
Risna yang mengendarai motor di samping Aufa mendengar ucapan Aufa dan langsung saja...
"Luqman!" Panggil Risna, Aufa pun terkejut bukan main,
"Ya Allah harus bagaimana ini?" Batin Aufa, kali ini Aufa yang membawa motor dan Nilam lah yang ia gonceng.
"Luqman" Sapa Nilam pelan saat Aufa mendahului Luqman, Aufa benar-benar tak berani mengapa nya, untuk menoleh saja ia tidak berani.

       Telah berlalu melewati Luqman, Namun masih saja Aufa merasa debaran kencang di dadanya.

"Fa tadi aku menegur Luqman." Kata Nilam pada Aufa.
"Lalu apa katanya?" Tanya Aufa penasaran.
"Dia jawab iya." Jawab Nilam.
"Duh aku takut sekali mau menegurnya baru saja aku tahu dia dari foto BBM nya tiba-tiba malah bertemu langsung." Kata Aufa.
"Haha... Biasa aja kali Fa kalian kan kawan SD." Tawa Nilam begitu renyah.
"Duh... aku masih dag dig dug ni." Kata Aufa yang begitu panik padahal sudah jauh melewati Luqman.

    Sesampainya dirumah memang sudah mau maghrib, jadi Aufa langsung berbenah diri untuk siap-siap shalat maghrib.
Setelah shalat maghrib Aufa berbaring sambil memainkan hp nya dan tak lama "kring" bunyi hp Aufa menandakan ada pesan masuk. Aufa pun lekas melihat pesan itu dan betapa terkejutnya ketika melihat pesan itu, mata Aufa terbelalak melihatnya.

"Assalamualaikum." Itu pesan dari Luqman.
"Wa'alaikumussalam." Balas Aufa.
"Ana tadi ada lihat perempuan pake gamis hijau siapa ya? Haha..." Kata Luqman bergurau ria.
"Ana juga ada lihat orang pake sepeda tadi. Haha..." Balas Aufa meskipun sebenarnya dia terkejut kok Luqman bisa tau itu dia sedangkan wajah Aufa benar-benar tertutup kaca helm.
"Panggil ana ya tadi?" Tanya Luqman.
"Oh itu bukan ana yang panggil." Balas Aufa.
"Masak sih? Yang bener?" Tanya Luqman lagi meyakinkan.
"Ih bener tau, itu yang panggil Risna. Bukan ana." Balas Aufa yang tak mau Luqman ke ge'eran.
"Haha.. iya iya percaya deh." Balas Luqman.
"Shalat sana kemasjid, udah mau isya ni!" Suruh Aufa.
"Nanti bentar lagi tunggu adzan." Balas Luqman.
"Nanti masbuk lagi." Balas Aufa lagi.
"Iya iya tau aja." Balas Luqman.

Mengikhlaskan Sebuah Rasa.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang