Hilang.

944 50 2
                                    

      "Aaa...!" Teriak Aufa didepan rumahnya.
"Ada apa Aufa?" Tanya ibunya panik dan langsung berlari kearah Aufa berada.
"Ha... ibu hp Aufa kecebur parit, gimana ni?" Tangis Aufa.
"Ya Allah Aufa teledor banget sih kamu tu, kan liat udah kecebur. Gimana coba kalau udah gini mana bisa hidup lagi. Lagian bisa-bisanya kecebur segala." Omel ibunya Aufa yang geram melihat tingkah anaknya itu.
Aufa hanya menangis tak menjawab omelan ibunya itu, karna dia sedang berfikir gimana cara ambil hp yang kecebur parit itu.

      Setelah berlalu tangisan Aufa karna hp nya yang kecebur kini Aufa ada di depan tv, dia menonton siaran tv kesukaannya dan bertingkah seolah tak ada apa pun yang terjadi, mungkin dia pun sudah lupa sama hp nya yang sudah sekaratul maut di parit.
"Hu... Gak punya hp." Olok Radit sambil melet-meletin lidahnya.
"PRAK." Melayang remot tv hampir saja mengenai Radit.
"Hu.. Gak kena." Olok Radit lagi.
"Radit udah Radit, bisa-bisa tv nanti melayang!" Pekik ibunya Aufa dari dapur.
"Wek." Olok Radit menjulurkan lidahnya lagi dan langsung pergi. Aufa hanya menatap Radit dengan kesalnya.

     Aufa beranjak dari depan tv menuju kamarnya, setelah sampai di kamarnya "BRUK" Aufa menjatuhkan tubuhnya diatas kasur, Aufa menatapi langit-langit kamarnya sambil memikirkan sesuatu..
"Gimana caranya hubungi dia hp ku udah mati kecebur parit. Gak mungkin dengan mudah ibu mau beli in lagi." Batin Aufa begitu berfikir keras.
"Bapak kapan ya pulang? Minta aja lah sama bapak ya kan? Tapi dikasih gak ya? Nanti kalo gak dikasih gimana? Aku harus meyakinkan bapak gimana ya?" Benak Aufa penuh dengan tanda tanya.
"Ah... Udah ah mending aku tidur dulu." Ucapan Aufa yang langsung mencari posisi ternyamannya untuk tidur.

***

   Hari sudah berganti, hari ini hari libur terakhir, sebenarnya Aufa pun sudah bosan karna libur terlalu lama dan tak begitu banyak kegiatan baru yang bisa ia kerjakan selain rutinitas seperti biasanya. Tak banyak hal baru yang bisa ia kerjakan selama libur, Aufa hanya di rumah main pun ya kalau teman-temannya mengajak main. Akhir-akhir ini Aufa memang jarang bermain keluar bersama teman-teman satu kompleks nya itu, tentunya karna kesibukan mereka masing-masing.
"Bu, bapak kapan pulang?" Tanya Aufa yang sedang menyapu.
"Minggu depan mungkin." Jawab ibu yang sedang sibuk mencuci sayurannya.
"Yah... lama banget sih." Batin Aufa.
"Kenapa memang?" Tanya ibunya pada Aufa.
"Gak pa-pa." Jawab Aufa mencoba biasa-biasa saja.
"Besok sekolahkan? Baju sudah di setrika?" Tanya ibunya.
"Iya. Nanti Aufa setrika." Jawab Aufa yang sudah selesai dengan sapunya.

     Aufa pun beralih dari yang tadinya menyapu sekarang sudah menyetrika seragam sekolahnya. Sambil menyetrika ada saja terlintas di otaknya hp gimana hp?
"Haduh... kok mikirin hp terus ya?" Batin Aufa sambil terus menyetrika baju.

***

Meninggalkan Aufa dan seribu kebimbangannya. Kini Luqman tengah mondar-mandir di dalam rumahnya seperti seterikaan.

"Kemana ya dia? Kenapa gak balas? Apa dia marah?" Tanya Luqman pada dirinya sendiri, ia tak mau membuat Aufa kecewa apalagi menangis karnanya.
"Padahalkan sudah ku bilang hanya seminggu saja, tapi kenapa dia tak membalas pesan ku? Jangan kan membalas membacanya pun tidak." Ucap Luqman pelan. Luqman terlihat begitu cemas, meskipun dia sudah mencoba menutupi rasa cemasnya itu, tapi sekali lagi Luqman gagal menyembunyikannya, jelasnya itu terlihat begitu jelas dimata wanita muda itu dan membuat wanita muda itu begitu heran sekaligus risih.
"Jangan macam-macam, fokus saja pada tujuan mu!" Peringatkan wanita muda itu yang sebenarnya sudah lebih tua dari Luqman.
"I-iya." Jawab Luqman sedikit gugup karna peringatan wanita muda itu, sampai-sampai Luqman tak berani menoleh dan lebih memilih pergi kekamarnya. Entah tujuan apa yang dimaksud wanita muda itu, yang jelas peringatan wanita muda itu mampu membuat Luqman takut dan pergi dari sana.
      Sedangkan di kamarnya Luqman tengah memegangi hp nya menimang-nimang apa kah harus ia mencari informasi dari teman Aufa? Atau kah biarkan saja?  Namun Luqman tak bisa berbohong bahwasannya dia sangat penasar akan hal itu, akhirnya ia memutuskan untuk menanyakannya pada Umi teman Aufa.
"Assalamualaikum." Salam Luqman dalam pesan itu.
"Wa'alaikumussalam, ada apa? Tumben chat aku?" Balas Umi dan langsung di hujani pertanyaan. Luqman sedikit ragu, haruskah ia bertanya? Atau jangan?
"Aufa kemana ya? Kok di chat gak di balas?" Tanya Luqman cemas, tapi sekarang Luqman cemas dengan jawaban yang akan di jawab Umi nantinya.
"Kurang tau, aku juga chat tapi gak di bales." Balas Umi.
"Cie... Tanya in Aufa, kamu suka kan sama Aufa?" Balas Umi lagi. Luqman sudah curiga tadi dia tau nanti Umi pasti akan bertanya aneh-aneh tentang dia dan Aufa. Tak ingin memperpanjang dan memperumit bahasa itu,
"Oh begitu." Luqman hanya membalas tanpa menjawab pertanyaan dari Umi.
"Iya. Kok aku nanya gak dijawab, bener ya pertanyaannya ku? Udah sejak kapan suka sama Aufa? Apa sejak pertama kali dekat dengannya? Kenapa bisa suka sama dia?" Balas Umi lagi dengan berbagai macam pertanyaan, Luqman begitu merasa risih dengan semua pertanyaan itu tapi Luqman menahan untuk tidak membalas pesan dari Umi itu karna takutnya nanti Umi salah sangka dan menyebarkan sesuatu yang tidak benar.
"Anak itu sedikit saja di kasih umpan langsung saja memancing kesegala penjuru." Batin Luqman yang di ikuti gerak kepalanya yang menggeleng-geleng.

***

     Hari ini hari pertama masuk sekolah setelah libur selama seminggu kemarin, jadi riuh ribut mereka yang baru datang terdengar dari segala penjuru.
"Hy!" Sapa seorang siswa.
"Hallo!" Jawab siswa lainnya.

"Hey, hey kalian nonton gosip para artis gak? Aku liat...." Kata seorang siswi yang membuat banyak siswi lain tertarik bergabung bersamanya.

"Suara mereka udah kayak suara lebah ih." Batin Aufa dengan muka yang benar-benar merasa kebingungan.
Dari lorong-lorong kelas saja sudah terdengar ocehan mereka, mungkin semua kelas sama saja.
"Hy Fa!" Sapa Nilam dari depan pintu kelas.
"Hallo Nil!" Aufa yang membalas sapa Nilam sambil melambaikan tangannya.
"Eh... kok kamu aku sms, chat, gak kamu balas?" Tanya Nilam yang sudah berada di depan Aufa.
"Oh... Itu hp ku rusak." Jawab Aufa.
"Rusak kenapa?" Tanya Nilam lagi sambil mengernyitkan dahinya.
"Kemarin waktu beresin halaman depan hp ku kecebur parit depan rumah, ya jadinya mati deh hp ku terendam air parit." Jelas Aufa dengan muka flat seperti tak ada beban.
"Astaghfirullah, ada-ada aja sih kamu Fa. Terus dia gimana?" Tanya Nilam lagi dengan muka penuh penasaran.
"Dia siapa?" Aufa balik tanya kali ini dahi Aufa yang mengernyit.
"Ih... Sok gak tau kamu tu, ya Luqman lah siapa lagi coba, emang mau kalo aku tanya in tentang Farid lagi." Jawab Nilam sambil menggoda Aufa yang tentunya akan marah.
"Ih ya gak mau lah." Tolak Aufa sambil memalingkan badannya.
"Ya makanya. Terus gimana?" Tanya Nilam lagi.
"Hm... Bilangin dia aja lah Nil kalo hp ku lagi rusak." Kata Aufa sembari membalikan badannya lagi.
"Hm ok deh." Jawab Nilam yang langsung beranjak ke tempat duduknya.
"Ok makasih Nil." Teriak Aufa.
"Astaghfirullah." Batin Nilam. Nilam hanya membalasnya dengan senyuman saja.

***

      Saat pulang sekolah, Aufa seperti biasa bersama Umi tentunya mereka mengayuh sepedanya untuk pulang kerumah.
"Assalamualaikum." Salam Aufa di depan rumah.
"Wa'alaikumussalam." Jawab ibunya dari ruang tv.
Aufa masuk kedalam rumah dan berjalan menuju kamarnya.
"Senanglah tu." Ejek Radit. Aufa pun menoleh kearah Radit dengan muka bingungnya, tapi Aufa tak begitu memperdulikan kata-kata Radit dan langsung melanjutkan berjalan ke kamarnya lagi.








Maaf jika banyak typo dan jika membosankan.
Slow update ya shalehah.
Jangan lupa vote & komen ya 😊
Syukran.

Mengikhlaskan Sebuah Rasa.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang