Part 1

2K 17 4
                                    

Pagi menyapa. Seorang gadis masih memilih tidur. Ia sudah berhari-hari uring-uringan tidak jelas karena jenuh akan keadaan.

"Dea, sini bantu ibu di dapur sebentar."

Dea menghela nafas. Ia menarik selimutnya untuk menutupi seluruh tubuh. Ia tidak mengerti dengan keluarganya.

Gadis itu sudah meminta izin agar mencari pekerjaan supaya ia bisa membeli ponsel sendiri, tapi sang ayah menolak dengan keras. Ayahnya menginginkannya untuk kembali ke pondok pesantren, tapi Dea tidak mau dengan alasan ia akan sakit lagi jika berada di sana. Pernah suatu hari sang ayah memberikan alternatif agar Dea mencari pondok pesantren baru, namun tetap saja Dea menolak.

Kedua orang tua Dea dibuat kebingungan. Akhirnya sang ayah menyerah. Beliau membelikan Dea ponsel baru seperti yang diinginkan sang anak dengan syarat, Dea tidak lalai dan tetap mengerjakan tugasnya.

Pada awal-awal ia memiliki ponsel, semuanya berjalan normal. Dea juga membantu sang ibu. Namun, lambat laun mulai terlihat kemalasan Dea. Ia cenderung menghabiskan waktunya untuk bermain ponsel.

Tak hanya itu, ia mulai menggunakan media sosial dengan dalih agar bisa berkomunikasi dengan teman-temannya.

Dea melihat banyak sekali dari teman-temannya memposting foto di sana. Apalagi terdapat banyak like dari sekitar. Hal ini membuat keinginan Dea bangkit. Gadis itu juga ingin memposting fotonya di sana.

"Ah, cuma buat foto profil aja biar teman-teman pada tahu kalau ini akunku," Dea bergumam.

Hari-hari berikutnya, Dea semakin gencar bermain dengan media sosial. Banyak orang baru dikenalinya. Parahnya sebagian besar dari mereka meminta Dea untuk mengirimkan fotonya dan juga nomor Whatsapp gadis itu.

Dea menolak, ia tidak melakukan itu karena rasa khawatir jika foto dan nomornya disalahgunakan oleh orang-orang yang baru dikenalinya itu.

Dea melihat beberapa akhwat diluar sana jadi dikenal dan terkenal karena memamerkan keahliannya. Ada yang membuat tutorial hijab, tutorial makeup, ada yang bernyanyi, bershalawat, bahkan mengaji. Banyak pujian menghinggapi mereka.

Hal itu menimbulkan rasa suka pada Dea. Gadis itu jadi tertarik untuk memperlihatkan keahliannya. Ia juga punya suara bagus, tak kalah dari mereka.

"Ah, kan cuma shalawatan. Rasulullah sangat mencintai ummatnya yang bershalawat padanya, apalagi shalawat bisa menjadi syafa'at atau penolong bagi ummat di akhirat kelak." pikir Dea. Mungkin, pada suatu hari ia akan melakukan itu.

***

Di lain tempat, seorang pemuda tampak sedang merekam segala aktivitas dirinya. Ia akan menghabiskan uangnya hanya untuk membeli buku-buku dan barang-barang klasik yang sedang trendi.

Namun, dia jarang bahkan hampir tidak pernah menampakkan wajahnya pada publik.

Akun media sosial itu telah lama dimilikinya dengan penuh kerja keras. Hingga saat ini mencapai puluhan ribu pengikut.

Satu hal yang unik, dia selalu beraktivitas di dalam kamar dan tidak pernah menunjukkan suasana ruangan lain atau keadaan keluarganya. Entah, mungkin itu privasinya.

Sebagian besar dari pengikut media sosialnya adalah kaum hawa. Mereka terlalu terpana pada semua potret dan video dari si pemuda. Hasil foto yang diambilnya selalu bagus dan rapi, ditambah dengan dukungan kamera dari ponsel yang bergengsi.

Banyak perempuan yang diam-diam mengirimnya direct message. Ada pula yang terang-terangan menyatakan kekaguman pada keahliannya di bidang fotografi. Ia selalu dipuja dan dipuji oleh para pemudi.

Laki-laki itu bernama, ....

Lanjut part 2 ya!
Jangan lupa share cerita ini :)
Semoga ada manfaat di dalamnya.
Juga, dalam menuliskan inj harus penuh akan kehati-hatian agar tidak menyinggung siapapun.

Menulis adalah cara saya mengevaluasi diri

bintkariim

Pendosa BerhijabTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang