Prologue.

189 12 0
                                    

Catatan: Fanfiksi ini terinspirasi dari film Crimson Peak (2015). I'd suggest you to watch it!

Tokoh-tokoh yang aku gunakan adalah Erik Lehnsherr/Magneto, Charles Xavier/Professor X dan Raven Darkholme/Mystique dari franchise X-Men trilogy prekuel-nya Fox. Iya tau. Saya lambat banget.

I hope you enjoy this story!

-------

Erik Lehnsherr percaya pada hantu. Setidaknya sejauh dia bisa percaya.

Kali pertama dia melihat hantu adalah saat pemakaman ayahnya. Ketika itu dia masih berumur 6 tahun, dan ayahnya meninggal oleh penyakit kolera yang menyebabkan ibunya meminta agar Erik tidak perlu melihat bagaimana tubuh ayahnya saat meninggal. Erik hanya bisa menatap peti mati berisikan ayahnya, jauh dari pandangan. Semasa ayahnya sakit, Erik tidak boleh menengok karena penyakitnya menular. Erik pun tak sempat melihat masa-masa terakhir sang ayah. Sehingga, tidak ada ucapan atau ciuman selamat tinggal.

Setelah prosesi pemakaman selesai, hari sudah mendekati malam. Erik sudah berbaring di kasur tidurnya saat ibunya masih berbincang dengan tamu-tamu yang masih tinggal untuk menghibur ibunya yang terpaksa menjanda di usia begitu muda. Erik berusaha memejamkan mata, mencoba untuk bisa tertidur, karena hal terakhir yang ingin dia lakukan adalah membuat ibunya khawatir. Tapi saat matanya hendak terpejam, tiba-tiba dia merasa kamarnya yang seharusnya hangat karena ada perapian, jadi mendingin seperti suasana pemakaman ayahnya.

Telinga Erik menangkap suara suara angin berhembus, padahal semua jendela sudah tertutup rapat. Tubuhnya mendadak kaku dan Erik tidak berani bergerak sesenti pun meskipun dia merasa ada seseorang menyentuh bahunya. Terdengar suara parau, tapi Erik ingat itu adalah suara milik ayahnya.

"... berhati-hatilah pada Crimson Peak..."

Entah apa yang mendorongnya, Erik memberanikan diri untuk melirik melalui sudut matanya. Sosok yang tertangkap oleh matanya adalah sosok tengkorak manusia berwarna hitam, memiliki sedikit kulit transparan yang terlihat memiliki banyak luka mengerikan. Sosok itu memandang kembali pada Erik melalui soket matanya yang kosong. Hampir ada perasaan sayang di sana, namun Erik tidak mengerti.

Karena Erik hanyalah seorang anak berumur 6 tahun. Ketika dia melihat sosok yang dilihatnya sebagai sosok yang menyeramkan, dia hanya bisa menjerit keras-keras karena ketakutan. Bersamaan dengan suara derap kaki yang ribut menaiki tangga dan teriakan Erik sendiri, sosok itu segera menghilang bagaikan kabut.

-----

To be continued

-------

A/N. Terima kasih bagi yang sudah membaca, silakan tinggalkan komentar, saran dan kritik jika berminat!

See you next chapter!

Crimson PeakWhere stories live. Discover now