part 3: the light shining in my hell way

157 84 26
                                    

Hai, hai, cek multimedia, ya! Ada gambar visual Archer muda dan soundtrack part 2 ini “Lovely – Billie Eilish ft. Khalid”. Happy reading all. ^^

*****

KETIKA Archer membuka matanya yang rapat terpejam, dirinya mendapati bahwa ia sedang tertidur di bawah tanah yang kotor. Dia mencari-cari keberadaan Albern dan tidak menemukannya sehingga ia mengambil ponselnya di saku.

“Suasananya berbeda. Ini bukan di New York,” gumamnya. Archer memutuskan untuk membuka map di aplikasi petanya yang terhubung dengan alat pelacak milik Albern terlebih dahulu sebelum meneleponnya.

“Washington?!” jerit Archer dengan suara melengking yang bernada rendah. “Apa yang dilakukannya di sini di depan sebuah rumah tua bekas gereja?”

Archer menekan nomor Albern dan menghubunginya untuk segera menjemputnya ditambah Albern harus secepatnya menyelidiki siapa pemilik rumah besar ini. Jika ditelusuri dari corak-coraknya yang menghiasi tembok, sepertinya rumah itu milik seorang bangsawan yang pernah menghuni rumah ini sebelum meninggalkannya.

Archer memutuskan untuk memasuki rumah tersebut. Beberapa perabotan tertutup oleh kain putih yang lusuh. Archer mengelus debu usang yang menutupi sebuah piano klasik. Kemudian, Archer berjalan membuka sebuah pintu dan menarik sebuah kain yang menutupi lukisan keluarga yang besarnya memenuhi ruang tamu.

“Rumah ini pasti ditinggalkan sebelum renovasi selesai, tapi kenapa?” gumam Archer pelan. Betapa terkejutnya ia mendapati wajah familier kepala keluarga bangsawan Duke rupawan berkenegaraan Inggris-lah yang pernah menempati rumah ini setelah kabur dari Inggris, terutama kepala keluarganya yang tercatat di dalam buku sejarah. “Sir Arthur Vandelik.”

“Itu pasti kau. Gotcha!” Archer berusaha mengingat-ingat kisah lama mengenai Sir Arthur Vandelik di ponselnya yang kebanyakan bertautan dengan kata penyihir yang selicin belut.

*****

Sebungkus rokok filter Archer habis dalam waktu kurang dari sejam. Hari ini, dia akan mengeksekusi seorang pengkhianat yang lolos dari terkamannya saat pingsan, Sylverter Syvar, dengan cara menculik anak laki-lakinya, Benedict Syvar, yang berusia sama seperti Valentine.

"Syvar, Syvar, oh, Syvar. Apa kau menyadari apa kesalahan terbesarmu?" tanya Archer kepada Sylverter yang terikat tangan dan kakinya.

Sylverter memilih diam dan dari raut wajahnya, ia sama sekali tidak menunjukkan penyesalan. Jadi, Archer mengarahkan pucuk pistolnya tepat ke dada Sylverter. "Kenapa kau membocorkan keberadaan Valley kepada Delano?! Jawab atau pistol ini benar-benar akan menembus jantungmu!"

"Tembak saja, Archer, tapi jangan libatkan Ben dan bebaskanlah dia. Kumohon," pinta Sylverter yang menunjukkan raut wajah berani tanpa ketakutan mampu menguasainya sedikit pun.

"Permintaan ditolak. Sayang sekali, Syvar. Hidupmu berakhir di sini. Sampai jumpa di Neraka!" ucap Archer sembari memamerkan seringainya yang menakutkan dan menarik kembali pistolnya, lalu menyuruh beberapa bawahannya untuk menyiksanya hidup-hidup hingga mati. "Kau juga punya anak, Syvar. Kau tidak tahu betapa sulitnya menjaga seorang anak."

"Lupara bianca," desis Archer kepada salah satu bawahannya di tempat eksekusi itu setelah menyaksikan Sylverter benar-benar mati menderita. Setelah memberikan tanda hormat kepada Archer, bawahan-bawahannya langsung bergerak sesuai perintah. "Lupara bianca akan menjadi nama yang bagus apabila artinya tidak buruk. Oh, ya, jangan sentuh Benedict, dia milikku, kalian mengerti?"

The Buried Rose and Another Flower Into DarknessWhere stories live. Discover now