Chapter 46. The Wedding Invitation

Start from the beginning
                                    

Hwa Young lantas berjongkok, "Jihoo...," panggilnya sekali lagi dan berhasil membuat wajah anaknya beralih menatapnya dengan mata berair.

"Eomma... Appa terluka karena menyelamatkan Jihoo...," ucapnya diakhiri raungan tangis yang semakin menjadi.

Sementara dua orang dewasa disana akhirnya saling mempertemukan tatap dalam hening yang terisi isakan Jihoo. Hwa Young lebih dulu memutus pandangan dengan cepat, merangsek maju untuk meraih sang anak dalam gendongan. Menepuk ringan serta mengusap punggung kecil Jihoo sembari menenangkan dengan beberapa bujukan kecil yang diangguki.

"Namanya memang Jihoo, tapi dia bukan anakmu." Hwa Young berucap lebih dulu.

"Jika memang bukan anakku, lantas mengapa ia memanggilku Appa?"

"Sebatas membiasakan dirinya menghormati orang lain. Kita pernah menikah, dan–"

"Apa kau sedang mengarang cerita, Young? Aku tahu dia anakku."

Bukannya balas menimpali Jungkook, ia beralih pada sang anak, "apa Jihoo terluka? Apa ada yang sakit, hm? Coba beritahu Eomma."

Jihoo menggeleng dalam senggukannya, sisa tangis yang sudah mereda, "Jihoo baik-baik saja, tapi Appa yang terluka. Eomma coba lihat siku tangan Appa, itu berdarah." Tunjuknya dengan jari yang masih kecil menggemaskan.

Jungkook segera menyembunyikan sikunya yang terluka dari pandangan Hwa Young, "Jihoo, Appa tidak apa-apa. Lukanya tidak sakit, kok."

Lagi-lagi anak itu menggeleng lalu memohon pada Hwa Young, "Eomma, ayo kita obati Appa."

Gelengan serupa juga Jungkook berikan, "tidak, tidak, Appa bisa mengobatinya sendiri. Kalian bisa melanjutkan perjalanannya."

"Tujuan kami kemari karena ingin bertamu kerumahmu. Jadi percuma kalau kami datang kesana dan pemiliknya masih berdiam disini," kata Hwa Young menatap lurus pada ruas jalan. "Tujuan kita sama, jadi mengapa tidak bersama sekalian kesana?"

Jujur Jungkook merasakan buncahan bahagia yang menghampiri kala mendengar dua orang terkasihnya hendak berkunjung ke rumahnya merupakan suatu keajaiban baginya yang terasa tak mungkin terjadi.

Setidaknya, walaupun sudah berpisah, setidaknya Jungkook bisa mendapatkan secuil waktu mereka untuk menciptakan memori singkat berharga yang akan dikenangnya sebaik mungkin untuk hari-hari selanjutnya.

"Kau bisa berdiri?" Tanya Hwa Young memecah lamunan Jungkook.

Ia mengangguk lalu mencoba bangkit namun rasa sakit justru menjalar kian parah, Jungkook tahu kakinya terkilir, beruntung hanya satu saja, jadi masih bisa berjalan walaupun pincang.

"Kakimu terkilir, biar kupanggil taksi saja."

Jungkook menolaknya dengan sebuah gelengan, "jaraknya dekat dan aku masih kuat untuk berjalan."

"Biar Jihoo bantu Appa untuk berjalan. Appa pegang Jihoo, ya," Jihoo menempatkan tangan kiri Jungkook di bahu mungilnya seolah sang ayah yang betumpu pada tubuhnya yang mungil. Jungkook tersenyum gemas, benaknya cukup yakin kalau sampai ia bertumpu pada anaknya, bukannya bisa berjalan malah jatuh bersama dan Jihoo pasti menangis lagi.

"Eomma juga bantu, Appa berat," pinta anak itu pada Hwa Young.

Mengalahkan egonya sejenak, ia mengikuti permintaan sang anak dengan mengalungkan tangan Jungkook pada pundaknya, memapah lelaki itu dalam langkah perlahan.

"Jihoo, tangannya jangan ditarik, ya? Nanti bisa jatuh," pesannya yang diangguki sang anak.

*****

Who Are You?Where stories live. Discover now