Chapter 04. Her Past

82 11 4
                                    

Entah sudah berapa banyak air mata yang Hwa Young keluarkan dari kedua matanya hingga membuatnya kelelahan dan terjatuh membawanya dalam alam mimpi. Beruntung flat Nari aman selama semalaman hingga pagi menjelang siang ini. Matahari yang menyingsing naik mulai menempati posisi tepat diatas kepala menyorot sinar dengan teriknya pun tak mampu membuat presensi Hwa Young membuka matanya. Mungkin alam mimpi membuainya tenggelam kelewat dalam, menghiraukan segalanya disana. Terlalu pulas hingga bunyi teleponlah yang berhasil membuat matanya terbuka. Terlalu parah jika dikatakan baik-baik saja, keadaannya berantakan, matanya bengkak teramat sangat membuktikan banyaknya air mata yang sudah dilewatkannya. Buru-buru tangannya mengambil alih ponsel pintar miliknya, betapa terkejutnya melihat nama yang tertera disana, tangannya beralih pada ikon hijau dan menempelkan pada telinga.

"Yeoboseyo?" Ucapnya secepat mungkin dengan suara yang masih serak, pelupuknya sudah dipenuhi air mata.

Jujur, Hwa Young takut mendengar hal buruk. Dirinya belum siap menerima kabar buruk apapun itu tentang Park Nari.

"Young? Ada apa denganmu? Terjadi sesuatu? Teleponmu sangat banyak, aku takut terjadi apa-apa padamu. Kau baik-baik saja?" Suara Nari menyapa gendang telinganya dengan panik yang kentara.

Suara yang diinginkannya sedari malam oleh Hwa Young kini akhirnya terdengar. Senyum lebar terukir pada wajahnya dengan air mata yang meluruh, kali ini bukan air mata kesedihan tapi menggambarkan kebahagiaan dan kelegaan yang dirasakannya.

"Eonni? Ini benar kau, kan? Kau – kau masih hidup?"

"Tentu saja aku masih hidup. Kau kenapa? Tidak terjadi apa-apa kan disana?" Tanya Nari khawatir.

"Syukurlah... Tadi – tadi malam ada berita mengenai pesawat yang kau tumpangi kecelakaan dan jatuh. Semua penumpang diperkirakan tewas. Pesawat itu terbakar dan keadaannya sangat parah. Aku – hiks... Aku takut kau disana. Hiks..."

"Young, kau mendengar suaraku, bukan? Aku sedang berbicara denganmu sekarang, ini jelas suaraku. Itu artinya aku masih hidup. Jangan khawatir, oke? Aku sudah sampai, ponselku harus kumatikan tadi dan sialnya ponselku juga kehabisan daya. Dan pesawat itu, beruntunglah aku tidak jadi menggunakannya. Semalam sebelum berangkat, ada seseorang yang memohon-mohon padaku untuk bertukar dengan penerbangannya. Keluarganya ada di pesawat yang sama denganku, ia ingin bersama keluarganya. Jadi aku memutuskan untuk bertukar dengannya. Ah, kasian sekali orang itu, tapi setidaknya ia sekarang tenang bersama dengan keluarganya disana."

Hening, tidak ada jawaban dari seberang sana. Nari menjauhkan ponsel miliknya, melihat layar yang menyala, sekadar memastikan jika telepon itu masih tersambung dengan Hwa Young, yang nyatanya memang masih tersambung. Hanya saja Hwa Young tidak merespon apapun dari ceritanya.

"Young? Kau masih disana, Princess?" Sekali lagi Nari memastikan Hwa Young masih ada disana.

"Ce-cepatlah kembali. Aku takut. Aku khawatir padamu."

"Baik-baik. Baiklah, aku tidak akan lama disini. Sepertinya urusan disini akan lebih cepat selesai, tunggulah emm... mungkin lima hari lagi. Aku akan pulang. Kau ingin aku membawakan apa?"

"Tidak ada. Bawa dirimu dengan selamat sampai disini."

"Iya, iya. Aku akan pulang dengan selamat. Berikan pelukan terbaikmu saat aku pulang nanti. Baiklah, akan kututup, telepon beda negara benar-benar mahal. Sampai jumpa."

"Hmm... Sampai jumpa. Hati-hatilah disana. Aku menunggumu."

*****

Urusan disana ternyata selesai lebih cepat sehari dari perkiraan Nari. Empat hari mengurus semuanya dengan managemen waktu yang sangat padat membuatnya kembali menginjak tanah yang dirindukannya. Tempat tinggal, proses kepindahan dan hal-hal lainnya dilakukan dengan singkat, Nari tidak pernah meninggalkan Hwa Young selama ini dengan jarak yang jauh seperti ini. Tentu saja dirinya juga khawatir dengan keadaan Hwa Young di Korea, bisakah adik kecilnya itu merawat diri dengan baik selama tanpa dirinya, apakah dia makan dengan baik, tidur cukup dan sekolah dengan baik.

Who Are You?Where stories live. Discover now