Chapter 38. Say Love You

35 6 0
                                    

Kini sudah berganti bulan April, sudah satu bulan lebih mereka menyusuri Jepang di beberapa daerah. Sekarang daerah Tohoku dan Hokuriku yang mendapat giliran untuk memamerkan bunga sakuranya, setelah dua minggu lalu mereka menetap di Hokuriku maka dua minggu terakhir di bulan April mereka menetap di Tohoku. Alih-alih memesan hotel, Jungkook justru kembali menyewa rumah tradisional dalam setiap perjalanan mereka. Agar suasana yang tercipta lebih intim, lebih hangat, lebih romantis saat hanya bedua, kata Jungkook sewaktu dulu sang istri pernah bertanya. Tidak tahu berapa banyak uang yang dihabiskan lelaki itu untuk semua ini. Baginya itu tak masalah, ini salah satu momen terbaik dan ia tak takut kehilangan banyak uang demi mendapatkannya.

Sudah seminggu mereka menetap di Tohoku, kemarin malam mereka pulang lebih awal setelah menyusuri Taman Hirosaki seharian. Jungkook sempat dibuat heran sebab sang istri jarang sekali, hampir tidak pernah mengatakan lelah selama mereka disini.

Pagi ini keduanya masih betah berdiam diri dalam gelungan selimut yang membungkus polosnya tubuh mereka. Jangan ditanya, mereka sering melakukannya selama di Jepang, Jungkook sering meminta pada sang istri agar Jeon kecil cepat hadir dan menikmati liburan bersama orangtuanya meski masih didalam kandungan.

"Jung..." Panggil Hwa Young ditengah keheningan pagi mereka. Tangannya masih bermain dengan milik Jungkook, menyelipkan disela jemari yang lebih besar dari miliknya, berbalas suaminya yang mengeratkan penyatuan tangan mereka dan berbuah torehan senyum diwajah masing-masing.

Jungkook menyahut dalam gumam menunggu kalimat Hwa Young selanjutnya. Sedikit lama, mungkin sekitar lima detik wanita itu baru melanjutkan kalimatnya, "ingin punya berapa ekor yang membuntutimu?" Tanyanya sambil terkekeh kecil.

"Hm? Ekor?" Ulang suaminya tak cukup paham.

Hwa Young berhasil mengulas senyum gemas, tangannya terangkat mengira-ngira tinggi anak kecil, "yang segini?"

Jungkook terkekeh saat mengerti maksud sang istri. "Kau masih mengingatnya?"

"Hm. Tentu saja."

Lelaki itu lantas mengeratkan dekapan seraya berkata, "hmm... Masih tetap sama seperti waktu itu, aku ingin..., jika Tuhan mengizinkan, aku ingin dua. Tidak peduli laki-laki semua atau perempuan semua atau laki-laki dan perempuan."

Matanya jauh memandang taman didepan mereka, senyum terlukis begitu saja menghiasi wajah kala seutas bayangan akan masa depan tentang keluarga kecilnya terputar. Merealisasikannya dalam ucap, "aku membayangkan betapa bahagianya kita nanti saat akhir pekan, di rumah kita yang baru, di taman belakang rumah, anak-anak bermain kejar-kejaran sementara aku tidur dalam pangkuanmu dan dirimu asik membaca buku. Hari yang akan dipenuhi suara tawa anak kita saat menikmati waktu bersama hingga sore sambil sesekali mengawasi mereka."

"Aku juga menantikan mereka menangis, mengadu pada kita sambil terisak sebab jatuh saat berlari atau saat belajar sepeda. Aku juga ingin kita bersepeda bersama mengelilingi Taman Hangang, menikmati akhir pekan dalam cuaca yang bagus. Pasti menyenangkan."

"Saat hari-hari biasa, kau bangun pagi berkutat didapur memasak sarapan, sementara aku menenangkan anak kita yang menangis saat terbangun kala tak menemukan satu diantara kita sewaktu membuka mata. Bukankah itu manis sekali?"

Hwa Young ikut tersenyum dalam untaian bayangan yang dituturkan sang suami. Ia merasakan kehangatan yang mengalir, entah bagaimana mendeskripsikannya, tapi ia ingin mewujudkannya juga bersama Jungkook. Lantas ia menyakan satu sosok yang terlewat dalam angan sang suami, "dimana Jiwoo?"

Jungkook berbalas senyum, "Jiwoo tak pernah lepas dalam pikiranmu, ya?"

Hwa Young terkekeh lalu menjawab, "dia terlalu manis untuk dilewatkan dalam keluarga kita kelak. Apa perannya?"

Who Are You?Where stories live. Discover now